Suku Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Penambahan gelar ( ? ) [ * ] VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
Baris 140:
==== Kesultanan Banjar ====
{{main|Kesultanan Banjar}}
Kerjaan Banjar berdiri pada Tahun 1520 dan menjadi Kesultanan Banjar sejak 1526 Lalu, Wilayah terluas kesultanan ini pada masa kejayaannya disebut empire/kekaisaran Banjar membawahi beberapa negeri yang berbentuk kesultanan, kerajaan, kerajamudaan, kepengeranan, keadipatian dan daerah-daerah kecil yang dipimpin kepala-kepala [[suku Dayak]].
Kemunculan Banjar sebagai kerajaan berbasis Islam didukung oleh [[Kesultanan Demak]] yang merupakan kerajaan didirikan komunitas Jawa-Melayu Palembang. Pedagang Banjar berhubungan dagang dengan kota-kota pelabuhan Tedunan, Jepara, Demak, Tuban, Giri, Surabaya, Arosbaya dan Sumenep. Oleh seorang ulama yang yang datang dari negeri Arab dan komunitas Melayu, Raja Banjar diberi gelar Sultan.
 
Ketika ibu kotanya masih di [[Banjarmasin]], maka kesultanan ini disebut '''Kesultanan Banjarmasin'''. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari [[Kerajaan Negara Daha]] yaitu kerajaan Hindu yang beribu kota di kota Negara, sekarang merupakan ibu kota kecamatan [[Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan]].
Pada masa kegemilangan Mataram, seluruh kerajaan yang terkoneksi dengan Jawa mengalami pengaruh keislaman dengan disahkannya pengadopsian sistem pemerintahan ala Timur Tengah, yakni [[kesultanan]]. Sejak saat itu, kerajaan Banjar bertransformasi menjadi kesultanan Banjar; yang mana pemimpin monarkinya berupa seorang [[sultan]] (bukan lagi raja seperti sebelumnya).
 
Kemunculan kesultanan Banjar tidak lepas dari [[Maharaja Sukarama]], [[Raja Negara Daha]] yang telah [[berwasiat]] agar penggantinya adalah cucunya [[Raden Samudera]], anak dari putrinya Puteri Galuh Intan Sari. Ayah dari [[Raden Samudera]] adalah [[Raden Manteri Jaya]], putra dari [[Raden Begawan]], saudara [[Maharaja Sukarama]]. Wasiat tersebut menyebabkan Raden Samudera terancam keselamatannya karena para putra Maharaja Sukarama juga berambisi sebagai raja yaitu [[Pangeran Bagalung]], [[Pangeran Mangkubumi]] dan [[Pangeran Tumenggung]].
 
Dibantu oleh [[Arya Taranggana]], Pangeran Samudra melarikan diri dengan sampan ke hilir sungai [[Barito]]. Sepeninggal Sukarama, [[Pangeran Mangkubumi]] menjadi [[Raja Negara Daha]], selanjutnya digantikan Pangeran Tumenggung yang juga putra Sukarama. Pangeran Samudra yang menyamar menjadi nelayan di daerah Balandean dan [[Kuin]], ditampung oleh [[Patih Masih]] di rumahnya. Oleh Patih Masih bersama Patih Muhur, Patih Balitung diangkat menjadi raja yang berkedudukan di [[Bandarmasih]].
 
[[Pangeran Tumenggung]] melakukan [[penyerangan]] ke [[Bandarmasih]]. [[Pangeran Samudra]] dibantu [[Kerajaan Demak]] dengan kekuatan 40.000 [[prajurit]] dengan armada sebanyak 1.000 perahu yang masing-masing memuat 400 prajurit mampu menahan serangan tersebut.) Akhirnya Pangeran Tumenggung bersedia menyerahkan kekuasaan Kerajaan Negara Daha kepada Pangeran Samudra. Kerajaan Negara Daha kemudian dilebur menjadi Kesultanan Banjar yang beristana di Bandarmasih. Sedangkan Pangeran Tumenggung diberi wilayah di [[Batang Alai]].
 
Pangeran Samudra menjadi raja pertama Kerajaan banjar dengan gelar Sultan Suriansyah. Ia pun menjadi raja pertama yang masuk islam dibimbing oleh Khatib Dayan, keislaman ini lambat laun di ikuti oleh rakyat yang tinggal di kesultanan Banjar yang pada saat itu merupakan orang orang asli Dayak, rakyat lambat laun melakukan perpindahan keyakinan dari yang sebelum nya Hindu menjadi Islam, dan menyerap budaya Melayu yang lebih beradap, dan dekat dengan nilai nilai Islam. inilah cikal bakal orang-orang tersebut di sebut rakyat Banjar atau sekarang menjadi suku Banjar.
 
== Sistem kekerabatan ==