Histori Kutai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pekerti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Pekerti (bicara | kontrib)
Baris 11:
 
== Isi buku ==
Narasi histori Kutai lebih dari sekadar teks sejarah lokal. Historiografi Kutai telah menempati ruang literasi sejarah nasional, melintasi batas lokalitas daerah Kutai dan Kalimantan Timur. Titik nol sejarah peradaban Kepulauan Nusantara dimulai dari kehadiran aksara pada [[Prasasti Yupa|prasasti yupa]] di [[Muara Kaman, Kutai Kartanegara|Muara Kaman]]-[[Kerajaan Kutai Martapura|Martapura Kutai]] abad V Masehi. Pada masa kini, pusat pemerintahan baru Negara Indonesia dimulai pembangunannya di [[Nusantara (ibu kota terencana)|Ibu Kota Nusantara]] di timur Pulau Kalimantan. Dari aspek sejarah, seluruh lokasi Ibu Kota Nusantara, baik kawasan inti pusat pemerintahan maupun pengembangannya, pada zaman monarki tradisional merupakan perkampungan di dalam otoritas pemerintahan [[Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura|Kerajaan Kutai Kertanegara]].
 
Entitas Kutai mengalami dinamika politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam lini masa yang panjang lebih dari 16 abad. Dari zaman Hindu-Buddha hingga transformasi ke Islam, lalu dari zaman VOC sampai era kolonial [[Hindia Belanda]], kemudian dari zaman [[Jepang]] hingga era Republik, Kutai mengalami sejarah yang pasang-surut. Ada ''glory'', ada tragedi. Samarinda, kota seribu sungai, menjadi bandar dagang Kesultanan Kutai sejak ibu kota monarki dipindahkan dari Jaitan Layar ke Jembayan (1732) dan Tenggarong (1782). Infiltrasi Van Mook 1946 memecah belah kerabat Sultan Kutai. Sempat menjadi Daerah Istimewa dalam NKRI. Tapi Revolusi Nasional Indonesia 1960 melikuidasi birokrasi kesultanan. Kaum aristokrat diburu aparat bersenjata. Setahun pasca-Reformasi 1998, Kesultanan Kutai resmi direstorasi. Beredar kabar adanya dana triliunan Rupiah milik Sultan Kutai di lembaga perbankan Belanda, akumulasi royalti dan bagi hasil kontrak Kutai-Belanda sejak akhir abad ke-19.
 
Penelitian historis buku ini berbasis prasasti yupa di Museum Nasional Jakarta dan menggunakan sumber dokumen koleksi ANRI di Jakarta, manuskrip Arab Melayu ''Salasilah Kutai'', catatan koleksi kerabat Kesultanan Kutai, serta sumber lisan cucu dan kerabat Sultan Kutai di Jakarta dan Kalimantan Timur.<ref>{{Cite web|author=|date=26 September 2023|title=Histori Kutai: Peradaban Nusantara di Timur Kalimantan dari Zaman Mulawarman hingga Era Republik|url=https://www.pustakahorizon.com/2023/09/histori-kutai-peradaban-nusantara-di.html|website=Pustaka Horizon|access-date=28 Desember 2024}}</ref>
 
== Tanggapan ==
Asvi Warman Adam dalam presentasinya menyatakan, [[Nusantara (ibu kota terencana)|IKN Nusantara]] bukan sembarang tempat ''“somewhere in the jungle”.'' Bangsa Indonesia perlu berterima kasih kepada Provinsi Kalimantan Timur, khususnya wilayah yang dulu bagian kerajaan tertua di tanah air. Pusaka kerajaan disumbangkan ke [[Museum Nasional Indonesia|Museum Nasional]] bahkan Istana Kesultanan diserahkan kepada pemerintah untuk dijadikan [[Museum Mulawarman|Museum Kutai]]. "Sungguh besar sumbangan dan pengorbanan [[Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura|Kesultanan Kutai]] bagi Republik Indonesia,” paparnya. Dalam epilognya di buku ''Histori Kutai'', Asvi Warman Adam menyatakan bahwa pandangannya sejalan dengan penulis buku ini dalam uraian tentang empat dari lima periode yang dibahas. Namun, adanya perbedaan pendapat tersebut tidak mengurangi pentingnya isi buku ini.<ref name=":1" />
 
Nanda Puspita Sheilla menyatakan harapannya agar pembaca buku ''Histori Kutai'' dapat menilai secara objektif tanpa memandang subjektivitas penulis sebagai orang lokal. Menurutnya, adanya epilog yang ditulis oleh Asvi Warman Adam di buku ini bisa menetralisasi perspektif pembaca non-Kaltim untuk tidak mempermasalahkan penulisnya yang dari lokalitas Kaltim. Epilog tersebut memang sangat membantu menetralisasi dan berfungsi seperti ''endorsement'' untuk buku ini.<ref>{{Cite web|author=Sheilla|first=Nanda Puspita|date=16 Februari 2024|title=Histori Kutai dalam Perspektif Kaum Muda|url=https://kaltimkece.id/rupa/risalah/histori-kutai-dalam-perspektif-kaum-muda|website=Kaltimkece.id|access-date=28 Desember 2024}}</ref>