Perang di Samarinda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pekerti (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Pekerti (bicara | kontrib)
Baris 16:
Nanda Puspita Sheilla mengungkapkan, dirinya antusias membaca karya sejarah bertema Samarinda karena ia mengaku tidak mendapatkan pengetahuan sejarah lokal di bangku sekolah. Sebagai orang yang lahir di Samarinda dari orang tua yang juga warga Samarinda, ia merasa perlu mengetahui sejarah Kota Samarinda. ''Buku Perang di Samarinda'' ini dibacanya selesai dalam sehari. Dikatakannya, ketika Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 tidak seluruh wilayah Indonesia yang merdeka. Hanya tentara Jepang yang pergi dari Indonesia. Sedangkan Belanda kembali menduduki wilayah Nusantara, termasuk juga di Samarinda.<ref name=":1" />
 
Rusmadi Wongso mengemukakan, di Samarinda sejarah autentik perjuangan warga dapat dilihat dengan berdirinya empat tugu palagan. Keempat tugu palagan itu terdapat di [[Sambutan, Samarinda|Sambutan]], Solong, [[Teluk Lerong Ulu, Sungai Kunjang, Samarinda|Teluk Lerong]] dan [[Bukit Pinang, Samarinda Ulu, Samarinda|Bukit Pinang]] yang menandakan bahwa terdapat perjuangan rakyat Samarinda melawan agresi penjajah. Perjuangan yang dilakukan ini tidak hanya sebatas perlawanan dengan baku tembak secara fisik saja, tetapi juga perjuangan secara diplomasi politik. Rusmadi mengungkapkan pula peran tokoh-tokoh pers di Samarinda yang membangkitkan semangat patriotisme warga Samarinda.<ref name=":15">{{Cite web|author=Yokominarno|first=Himawan|date=4 Oktober 2023|title=Wawali Samarinda Ingatkan untuk Tidak Lupakan Sejarah|url=https://beritaborneo.com/main/wawali-samarinda-ingatkan-untuk-tidak-lupakan-sejarah/|website=Berita Borneo|access-date=7 Januari 2025}}</ref>
 
Inui Nurhikmah selaku pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda Nurhikmah menilai, buku yang menjadi bahan diskusi tentang sejarah perlawanan rakyat Samarinda dalam menentang penjajahan pada waktu itu memberikan gambaran bahwa rakyat Samarinda pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945 menolak kembalinya Belanda untuk melanjutkan penjajahannya. Dikatakannya, informasi data yang diambil sebagai dasar bagi penulisan buku tersebut sebagian besar dikumpulkan oleh penulis dari sumber-sumber pustaka tentang sejarah Kalimantan Timur. Data yang dikumpulkan terkhusus sejarah tentang perjuangan di Samarinda. Pengumpulan informasinya pun dilakukan dalam waktu bertahun-tahun.<ref name=":14">{{Cite web|author=Nevrianto|first=|date=24 November 2023|title=Asvi Warman Adam Membedah Buku Histori Kutai Peradaban Nusantara di Timur Kalimantan|url=https://kaltim.tribunnews.com/2023/11/24/asvi-warman-adam-membedah-buku-histori-kutai-peradaban-nusantara-di-timur-kalimantan?page=all|website=[[Tribun Kaltim]]|access-date=28 Desember 2024}}</ref>