Marhaenisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Aldo samulo (bicara | kontrib)
←Membatalkan revisi 2691326 oleh 202.70.50.219 (Bicara)
Baris 4:
 
Marhaenisme pada esensinya sebuah faham perlawanan yang terbentuk dari sosio-demokrasi dan sosio-ekonomi Bung Karno.
Ideology menurut rudi memiliki pengertian suatu perumusan gagasan yang tegas mengenai asas-asas serta nilai-nilai dalam kehidupan yang diyakini bersama untuk penyelenggaraan kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat ( rudi, 2003: 77). Dalam kamus ilmah popular idiologi berarti: cita-cita yang merupakan dasar salah satu system politik, faham kepercayaan dan seterusnya (2000:115)
Pengertian idiologi Marhaenisme Ajaran Bung Karno merupakan landasan dasar nasionalisme yang berkembang saat ini. Paham marhaenisme yang merupakan salah satu propaganda politik yang dilakukan oleh bung karno pada rezim penjajahan. Dimana dalam Nukilan Pidato pembelaan Bung Karno di depan sidang Pengadilan Kolonial, di Bandung, 1930 bung karno mengatakan(editor Tono, 2008:67-68):
… pergerakan Indonesia haruslah sesuatu pergerakan yang hampir melulu mencari tenaganya di dalam kalangan Kang Kromo dan Kang Marhaen saja, oleh karena Indonesia hamper melulu mempunyai kaum kromo dan Marhaen belak!dalam kaum kromo dan kaum marhaen itu terutama letaknya nasip Indonesia…
 
Hal ini tidak terlepas dari kisa pertemuannya dan refleksinya atas, petani “Marhaen” dimana pada saat itu Bung Karno melihat dan bertanya kepada pak marhaen “apakah sawa dan alat-alat untuk membajak sawa ini punya bapak?” Di jawab pak marhaen “ya sawa sebidang dan cangkul ini milik saya” disinilah Bung Karno terpikir bahwa seseorang yang memiliki sawa dan alat produksi sendri yang bersklala kecil akan kalah bersaing dengan pemilik modal yang besar (kaum kapitalis) serta pajak yang besar yang dibebankan kepada masyarakat kecil seperti pak marhaen oleh colonial Belanda. Semenjak saat itu soekarno berjuang untuk kaum marhaen (kaum buruh, petani miskindan rakyat miskin) dan sosok penyelamat kaum marhaen adalah kaum marhaenisme yang beridiologikan marhaenisme yaitu
1. Sosio-Nasionalis
2. Sosio-Demokrasi
3. Ketuhan Yang Maha Esa
 
Didalam partai partido yang didirikan oleh Bung Karno juga beridiologikan Marhaenisme hal ini terbukti dengan dalam Konferensinya dikota mataram pada tahun 1933, Partindo sudah mengambil putusan tentang Marhaen dan Marhaenisme yang poin-poinnya antara lain (soekarno, 2005: 253):
1. Marhaenisme, yaitu Sosionasionalisme dan Sosiodemokrasi
2. Marhaen, yaitu kaum prortar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat, dan kaum melarat Indonesia lain-lain.
3. Partindo memakai perkataan Marhaen dan tidak proletar, oleh karena perkataan proletar itu bisa juga diartikan bahwa kaum tani dan lain kaum yang melarat termktud didalamnya.
4. Karena Paetindo berkeyakinan bahwa didalam perjoangan, kaum melarat Indonesia lain-lain itu yang menjadi elemen-elemennya (bagian-bagianya) maka partindo memakai nama Marhaen itu.
5. di dalam perjoangan Marhaen maka Partindo berkeyakinan berkeyakinan kaum proletar mengambil bagian yang banyak sekali.
6. Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat dan susunan negeri yang di dalam segala hal menyelamatkan Marhaen.
7. Marhaenisme adalah pula cara perjoangan untuk menvapai susunan masyarakat dan susunan negeri yang demikian itu, yang ileh karenanya harus suatu perjoangan yang revolusioner.
8. Marhanis adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia yang menjalankan Marhaenisme.
 
Idiologi marhaenisme itu terus berkembang pesat sejalan semakin dikenanalnya sosok Bung Karno di segala kalangan. Beliau adalah seorang yang tidak perna menyerah dalam perjuangannya Bung Karno merupapakan sosok yang di segani oleh teman dan ditakuti oleh pemerintahan Kolonial Belanda amupun Jepang. Hingga masa kemerdekaan Indonesia Bung Karno memili karimastik tersendiri.
Jadi Idiologi Marhaenisme merupakan paham atau landasan berpikir dan perpijak bagi kaum marhaenis untuk memperjuangkan kaum marhaen dari ketertindasan akibat kaum kapitalis yang semena-mena serta menjadi pedoman dalam mempelajari ajaran-ajaran Bung Karno.
Pada saat Indonesia telah merdeka semangat bung Karno tidak perna luntur hal ini terbukti dalam organisasi yang dinbentuknya pada tahun 1954 pada konfrensi besar GMNI di Kaliurang 17 Febuari 1959 di kaliwurung bung karno merumuskan bahwa marhaenisme adalah suatu azas yang paling cocok untuk gerakan rakyat di Indonesia. Dengan rumusan sebagai berikut:
• Marhaenisme adalah azas yang menghendaki susunan masyarakat dan Negara yang didalam segala hal yang menyelamatkan kaum Marhaen.
• Marhaenisme adalah cara perjuangan yang revolusioner sesuai dengan watak kaum Marhaen pada umumnya.
• Marhaenisme adalah dua azaa perjuangan “tegelijk”, menuju kepada hilangnya kapitalisme, imprealisme dan kolonialisme.
Secara positif, maka marhaenisme bung karno namakan sosio-nasionalis dan sosio demokrasi: karena nasionalis kamu marahen adalah nasionalis yang social bewust dan demokrasinanya kaum marhaen adalah demokrasi yang social bewust pula.
 
 
[[Kategori:Politik]]