Kwee Thiam Tjing: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 7:
Pada pertengahan [[1947]] kota Malang berubah menjadi lautan api. Kwee melaporkan kejadian-kejadian itu dengan cermat hingga [[tragedi Mergosono]] yang mungkin telah banyak dilupakan orang.
Berbagai kejadian yang diamatinya itu, termasuk masa-masa sebelumnya yang terjadi pada masa paling kacau di Indonesia ([[1939]]-[[1947]]) ditulisnya dalam sebuah buku setebal 200 halaman dengan menggunakan kertas merang, tanpa penerbit (ada(Ada siapa!!?? ini ditoelis langsoeng oleh opa Kwee., dari pada saja jang toelies aken djadi polemik lagi neh saja salinken toelisan opa Kwee di harian Indonesia raja tertanggal 23 Aoestoes 1972 berboenji :''' Direct sehabis clash pertama, di Malang saja langsoeng toelis boekoe “INDONESIA dalem API dan BARA” ditjitak dan diterbitken oleh pertjetakan “PERFECTAS” di Petjinan. Tetapi makloemlah di tjitak diatas kertas merang, tinggalan zaman Djepang hingga kertas`nja poen tida bisa tahan lama.''''''Teks ini akan dicetak tebal''' yang menyebut ''Perfectas Di Petjinan Malang'' sebagai penerbitnya) dan nama pengarang (namun Kwee Thiam Tjing sendiri memberikan pengantar di buku tersebut menggunakan nama aslinya). Isinya adalah sebuah catatan peringatan untuk anak-cucu, sebuah kenangan yang diberinya judul "[[Indonesia dalem Api dan Bara]]".
Setelah terbitnya buku kenangan itu, Kwee lama menghilang dari dunia jurnalisme Indonesia. Baru 24 tahun kemudian ia mendadak muncul kembali dalam sebuah tulisan semacam obituari di harian "[[Indonesia Raya (surat kabar)|Indonesia Raya]]" yang dikelola [[Mochtar Lubis]]. Tulisannya muncul dalam 34 judul dengan 91 edisi penerbitan selama [[1971]]-[[1973]].
|