Sindrom pascapensiun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{rapikan}}
== Sindrom pascapensiun ==
Adalah tidak lebih daripada “ketidaksiapan” mental individu saat menghadapi masa purnabaktinya pada satu institusi formal. Atau, kecanggungan menerima fakta bahwa ia tidak lagi berada dalam “dunia kekuasaan” yang dipegang sebelumnya.
== Definisi ==
 
'''Sindrom pascapensiun''' adalahatau sindrom masa purnabakti merupakan gejala atau tanda-tanda yang memperlihatkan kondisi seseorang mengalami ketidaksiapan [[mental]] dalam menghadapi [[kenyataan]] yang tengah dan bakal ia hadapi. Pada umunya, situasi dan kondisi tersebut terjadi menimpa orang-orang yang sebelumnya aktif dalam satu institusi sipil maupun militer dengan segala bentuk fasilitas dan kemampanannya. Kemudian, secara tiba-tiba saja dan seolah-olah "dipaksakan", ia harus "rela" melepaskan [[kemapanan]] yang selama ini senantias melekat dan menjadi kebanggaan pada dirinya.
 
== Bias perilaku ==
 
[[Sindrom]] ini tidak hanya berlaku pada mereka yang berpangkat tinggi saja, terhadap orang-orang yang berpangkat, atau [[golongan]], atau jabatan yang paling rendahpun sekalipun dapat terjadi hal demikian, terlebih lagi mengingat pada jabatan dan posisinya yang disandang sebelumnya. Hal ini, menurut [[Hery Santoso]], -seorang penulis, peneliti dan psikoterapis- secara empiris menyebutkan bahwa semakin tinggi dan "enak" [[pangkat]] maupun [[jabatan]] yang di sandangnya akan memberikan kontribusi besar dalam menjadikan orang tersebut terjebak dalam sindrom ini.