Si Pitung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
 
 
==='''Sejarah'''===
 
Pada dasarnya ada tiga versi yang tersebar di masyarakat mengenai si Pitung yaitu versi Indonesia, Belanda, dan Cina. Masing-masing penutur versi cerita tersebut memiliki versi yang berbeda dari cerita si Pitung itu sendiri. Apakah Si Pitung sebagai seorang pahlawan berdasasrkan versi cerita Indonesia, dan sebagai seorang penjahat jika dilihat dari versi Belanda. Cerita Si Pitung ini dituturkan oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini dan menjadi bagian lengenda serta warisan budaya Betawi khususnya dan Indonesia umumnya. Kisah Legenda Si Pitung ini terkadang dituturkan menjadi rancak (sejenis balada), sair, atau cerita Lenong. Menurut versi Koesasi (1992)<ref>Koesasi</ref> SI Pitung di identikan dengan tokoh Betawi yang membumi, muslim yang shaleh, dan menjadi contoh suatu keadilan sosial (Van Till, 1996)<ref>Van Till</ref>
 
 
==='''Tempat Lahir''' ===
 
Si Pitung lahir di daerah Pengumben sebuah kampung di Rawabelong yang pada saat ini berada di sekitar lokasi Stasiun Kereta Api Palmerah. Ayahnya bernama Bung Piung dan ibunya bernama Mbak Pinah. Pitung menerima pendidikan di pesantren yang dipimpin oleh Haji Naipin (seorang pedagang kambing). Seperti yang dikisahkan dalam film Si Pitung (1970)<ref>SI Pitung</ref>.
 
 
==='''Nama Asli Si Pitung'''===
 
Si Pitung merupakan nama panggilan asal kata dari Bahasa Jawa Pituann Pitulung (Kelompok Tujuh), kemudian nama panggilan ini menjadi Pitung. Nama asli Si Pitung sendiri adalah Salihun (Salihoen).
 
 
=== '''Awal Legenda''' ===
 
Menurut versi van Till(1996) Si Pitung merupakan seorang kriminal, yang diawali ketika Si Pitung menjual kambing di pasar Tanah Abang, kemudian dicuri oleh para “centeng” (Si Gomar menurut versi Film Si Pitung (1970) tuan tanah. Sebagai tindakan balasan kemudian Pitung melakukan pencurian di tempat Haji Saipudin seorang kaya Juragan Tuan Tanah di Marunda pada waktu itu. Rumah Haji Saipudin (Rumah ini sekarang menjadi tempat Musium Si Pitung. Legenda maupun di kisahkan dalam film Si Pitung Banteng Betawi, Si Pitung dan Kawanan-nya menggunakan cara yang “pintar” dengan menyamar sebagai pegawai Pemerintah Belanda (Di Versi Film Si Pitung Banteng Betawi, Pitung sebagai Demang dan Jiih sebagai (“Opas Kompeni”). Kemudian melakukan pnipuan dengan memberikan surat kepada Haji Saipudin untuk menyimpan uang Haji Saipudin ke tempat Demang. Pitung menyatakan bahwa uang tersebut dalam pengawasan pencurian. Haji Saipudin setuju kemudian Pitung dan Kelompoknya membawa lari uang tersebut.
Baris 66:
 
 
==='''Kisah Nyata Si Pitung'''===
 
Menurut <ref>Hindia Olanda</ref> 22-11-1892 (Koran Terbitan Malaya pada saat itu. Pada tahun 1892 SI Pitung dikenal pada sebagai “one Bitoeng”, “Pitang: kemudian menjadi “SI Pitoeng” (Hindia Olanda 28-6-1892:3; 26-8-1892:2).
Laporan pertama dari surat kabar ini menunjukkan bahwa schout Tanah Abang mencari rumah “One Bitoeng” di Sukabumi. Dari hasil penemuannya ditemukan Jas Hitam dan Seragam Polisi serta Topi serta beberapa perlengkapan lainnya yang digunakan untuk mencuri kampung Hindia Olanda, 28-6-1892:2).
Kemudian sebulan kemudian polisi menggeledah rumahnya kembali dan ditemukan 125 gulden. Hal ini diduga uang curian dari Nyonya De C dan Haji Saipudin seorang Bugis dari Marunda (Hindia Olanda 10-8-1892:2;2; 26-8-1892:2) Kemudian SI Pitung menggunakan senjata untuk mencuri pada tanggal 30 Juli 1892, ketika Si Pitung dan lima kawanannya (Abdoelrachman, Moedjeran, Merais, Dji-ih, dan Gering) menerobos rumah Haji Saipudin dengan mengancam bahwa Haji Saipudin akan ditembak.
 
Pada tahun 1892 Pitung dan kawanannya ditangkap oleh polisi sesudah adanya nasehat dari Kepada Kampung Kebayoran yang menerima 50 ringgit (Hindia Olanda 26-8-1892:2). Kurang dari setahun kemudian pada musim semi 1893), Pitung dan Dji-ih menrencanakan kabur dengan cara yang misterisu dari tahan Meester Cornelis. Sebuah investigasi kemudian dilakukan oleh Asisten Residen sendiri, tetapi tidak sukses. Kemudian kepala penjara dicurigai karena kemungkinan melepaskan si Pitung dan Dji-ih. Kemudian akhirnya seseorang petugas penjaran ternyata meminjamkan sebuah "belincong (sejenis linggis pencungkil)”. Kemudian digunakan untuk membongkar atap dan mendaki dinding Hindia Olanda, 25-4-1893:3; <ref>Lokomotief</ref> 25-4 1893:2).
 
Si Pitung lepas lagi, dan rumor dari petualangan Pitung itu pernah dikatakan menampakkan diri ke seorang wanita di sebuath perahu dengan nama Prasman. Detektif mencoba mencari di kapal tesrebut Hidia Olanda, 12-5-1893:3). Harga untuk SI Pitung menjadi meningkat sebesar 400 Gulden.
Baris 79:
 
 
Selanjutnya Dji-ih ditangkap kembali di kampun halamannya, karena menderita sakit. Dji-ih pulang ke kampung halamannya untuk pengobatan. Kemudian dia pindah ke rumah orang tua yang dikenal. Kepala kampunga pada saat itu (Djoeragan) melaporkannya ke Demang kemudian memerintahkan tentara untuk menangkap Dji-ih dirumahnya. Karena dia terlalu sakit dia tidak dapat berdaya untuk melawan walaupun pistol dalam jangkauannya. (Hindia Olanda 19-8-1893:2). Dia menyerah tanpa perlawana. Untuk menutupi hal ini kemudian Pemerintah Belanda melansir di <ref>Java-Bode</ref> (15-8-1893:2) bahwa Dji-ih kabur ke Singapura. Informan yang bertanggungjawab melaporkan Dji-ih kemudian ditembak oleh Pitung di tempat yang susah dijangkau hanya beberapa minggu kemudian.
 
Pernyataan surat kabar Hindia Olanda yang menyatakan si informati dibunuh oleh Pitung,
Baris 91:
 
 
==='''Kesaktian dan Kematian Si Pitung'''===
 
Berdasarkan cerita legenda Si Pitung dapat dibunuh oleh Belanda dengan beragam argumen tersebut diatas. Menurut Hindia Olanda (18-10-1893:2) sebelum ditangkap Pitung dalam keadaan rambut terpotong beberapa jam sebelum kematiannya pada hari Sabtu. Hal ini mengindikasikan bahwa seperti yang diceritrakan oleh legenda bahwa kesaktian SI Pitung hilang akibat dipotong rambutnya.
Baris 107:
{{reflist}}
 
Van Till, Margereet, 1996, '''In Search of Si Pitung''', dalam Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 152(1996), no: 3, Leiden, 461-482).
 
Basoeki Kaoesasi, 1992, '''Lenong dan SI Pitung''', Centre of Southeast Studies-Australian National University.
 
Palupi Damardini , 1993, '''Cerita Si Pitung Sebagai Sastra Lisan: Analisis Terhadap Struktur CeritaCerit'''a, Tesis Master, Fakultas Sastra Universitas Indonesia)
 
Rahmat Ali, 1993, '''Cerita Rakyat Betawi I''', Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
 
Hindia Olanda