Orang Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
k ←Suntingan Kris18 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Afandri
Afandri (bicara | kontrib)
Baris 143:
Kedatangan reformis Muslim yang menuntut ilmu di [[Kairo]] dan [[Mekkah]] mempengaruhi sistem pendidikan di Minangkabau. Sekolah Islam modern [[Sumatera Thawalib]] dan [[Diniyah Putri]] banyak melahirkan aktivis yang banyak berperan dalam proses kemerdekaan, antara lain [[Ahmad Rasyid Sutan Mansur|A.R Sutan Mansur]], [[Siradjuddin Abbas]], dan [[Djamaluddin Tamin]].
 
Pada periode 1920 - 1960 banyak politisi Indonesia yang berpengaruh berasal dari Minangkabau. Setelah kemerdekaan, empat orang Minangkabau duduk sebagai perdana menteri ([[Sutan Syahrir]], [[Mohammad Hatta]], [[Abdul Halim]], [[Muhammad Natsir]]), seorang sebagai wakil presiden (Mohammad Hatta), seorang sebagai presiden Republik Indonesia dibawah RIS ([[Assaat]]), seorang menjadi pimpinan parlemen ([[Chaerul Saleh]]), dan puluhan yang menjadi menteri, diantara yang cukup terkenal ialah [[Agus Salim]] dan [[Muhammad Yamin]]. Selain di pemerintahan, di masa Demokrasi Liberal parlemen Indonesia di dominasi oleh politisi Minang. Mereka tergabung kedalam aneka macam partai dan ideologi, Islamis, Nasionalis, Komunis dan Sosialis. Disamping menjabat gubernur Provinsi Sumatera Tengah/Sumatera Barat, orang Minangkabau juga duduk sebagai gubernur provinsi lain di Indonesia. Mereka adalah [[Datuk Djamin]] ([[Jawa Barat]]), Muhammad Djosan dan Muhammad Padang ([[Maluku]]), Anwar Datuk Madjo Basa Nan Kuniang dan Moenafri ([[Sulawesi Tengah]]), [[Adenan Kapau Gani]] ([[Sumatra Selatan]]), Djamin Datuk Bagindo ([[Jambi]]).<ref>{{cite book|publisher=http://www.posmetropadang.com|title =Budaya Merantau Orang Minang (1) Kalaulah di Bulan Ada Kehidupan|date =October 11st|year =2008| accessdate = }}</ref>
 
Penulis dan jurnalis Minang banyak mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. Mereka mengembangkan bahasa Indonesia melalui berbagai macam profesi dan bidang keahlian. [[Marah Rusli]], [[Abdul Muis]], [[Idrus]], [[Hamka]], dan [[A.A Navis]] sebagai penulis novel. [[Chairil Anwar]] dan [[Taufik Ismail]] lewat puisi, serta [[Abdul Rivai]], [[Adinegoro|Djamaluddin Adinegoro]], [[Rosihan Anwar]] dan [[Ani Idrus]] sebagai jurnalis. [[Sutan Takdir Alisjahbana]], novelis sekaligus ahli tata bahasa, melakukan modernisasi bahasa Indonesia sehingga bisa menjadi bahasa persatuan nasional.