Mohammad Hatta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Putraaby (bicara | kontrib)
k memindahkan Mohammad Hatta ke Bung hatta: tugas kuliah
k ←Suntingan Putraaby (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Thijs!bot
Baris 1:
{{Infobox President
| honorific-prefix = Dr.(H.C.). Drs. H.
| name = {{PAGENAME}}
| image = Hatta-1.jpg
| office = Wakil Presiden Indonesia
Baris 37 ⟶ 40:
Nama yang diberikan oleh orangtuanya ketika dilahirkan adalah '''Muhammad Athar'''. Anak perempuannya bernama [[Meutia Hatta]] menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam [[Kabinet Indonesia Bersatu]] pimpinan Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]]. Ia dimakamkan di [[Tanah Kusir]], [[Jakarta]].
 
== Latar belakang dan pendidikan =='''Teks ini akan dicetak tebal'''
Hatta lahir dari keluarga ulama [[Minangkabau]], [[Sumatera Barat]]. Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, [[Bukittinggi]], dan pada tahun [[1913]]-[[1916]] melanjutkan studinya ke ''Europeesche Lagere School'' ([[ELS]]) di [[Padang]]. Saat usia 13 tahun, sebenarnya ia telah lulus ujian masuk ke [[HBS]] (setingkat SMA) di [[Batavia]] (kini Jakarta), namun ibunya menginginkan Hatta agar tetap di Padang dahulu, mengingat usianya yang masih muda. Akhirnya Bung Hatta melanjutkan studi ke [[MULO]] di Padang. Baru pada tahun [[1919]] ia pergi ke Batavia untuk studi di Sekolah Tinggi Dagang "Prins Hendrik School". Ia menyelesaikan studinya dengan hasil sangat baik, dan pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke [[Rotterdam]], [[Belanda]] untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (bahasa inggris: Rotterdam School of Commerce, kini menjadi [[Universitas Erasmus]]). Di Belanda, ia kemudian tinggal selama 11 tahun.
 
Baris 44 ⟶ 47:
Saat berusia 15 tahun, Hatta merintis karir sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara [[Jong Sumatranen Bond]] Cabang Padang. Kesadaran politik Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah [[Abdul Moeis]]. Di Batavia, ia juga aktif di Jong Sumatranen Bond Pusat sebagai Bendahara. Ketika di Belanda ia bergabung dalam Perhimpunan Hindia ([[Indische Vereeniging]]). Saat itu, telah berkembang iklim pergerakan di Indische Vereeniging. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada 1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh [[Indische Partij]] ([[Suwardi Suryaningrat]], [[Ernest Douwes Dekker]], dan [[Tjipto Mangunkusumo]]) di Belanda pada 1913 sebagai orang buangan akibat tulisan-tulisan tajam anti-pemerintah mereka di [[media massa]].
 
== Perjuangan =='''Teks ini akan dicetak tebal'''
Saat berusia [[15]] [[tahun]], [[Hatta]] merintis karir sebagai aktivis [[organisasi]], sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond (JSB) Cabang [[Padang]]. Di kota ini [[Hatta]] mulai menimbun [[pengetahuan]] perihal perkembangan [[masyarakat]] dan [[politik]], salah satunya lewat membaca berbagai [[koran]], bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga [[Batavia]]. Lewat itulah Hatta mengenal pemikiran [[Tjokroaminoto]] dalam [[surat kabar]] Utusan Hindia, dan [[Agus Salim]] dalam Neratja.
 
Baris 68 ⟶ 71:
Pada tahun [[1945]], Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama RI, bersama [[Bung Karno]] yang menjadi presiden RI sehari setelah ia dan bung karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena peran tersebut maka keduanya disebut Bapak Proklamator Indonesia.
 
== Kehidupan pribadi =='''Teks ini akan dicetak tebal'''
 
Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal 18 Nopember 1945 di [[Megamendung, Bogor|Megamendung]], [[Kabupaten Bogor|Bogor]], [[Jawa Barat]]. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi'ah, dan [[Halida Hatta|Halida Nuriah]]. Dua orang putrinya yang tertua telah menikah. Yang pertama dengan Dr. [[Sri-Edi Swasono]] dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil Baridjambek. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.