Suku Gayo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
Baris 4:
|poptime=kurang lebih '''500.000'''.
|popplace=
[[Aceh Tengah]]: '''101.707''' (79%) <br />
[[Bener Meriah]]: '''74.811''' (78%) <br />
[[Gayo Lues]]: '''74.151''' (99%) <br />
[[Aceh Tenggara]]: '''24.000''' (26%) <br />
[[Aceh Timur]]: '''19.000''' (8%) <br />
|langs=[[bahasa Gayo|Gayo]]
|rels=[[Islam]]
Baris 63:
[[Berkas:Umah-Pitu-Ruang-Gayo.jpg|thumb|left|180px|Rumah Adat Gayo Pitu Ruang]]
Masyarakat Gayo hidup dalam komuniti kecil yang disebut kampong. Setiap kampong dikepalai oleh seorang gecik. Kumpulan beberapa kampung disebut kemukiman, yang dipimpin oleh mukim. Sistem pemerintahan tradisional berupa unsur kepemimpinan yang disebut '''sarak opat''', terdiri dari:
* Reje
* Petue
* Imem
* Rayat
 
Pada masa sekarang beberapa buah kemukiman merupakan bagian dari kecamatan, dengan unsur-unsur kepemimpinan terdiri atas: gecik, wakil gecik, imem, dan cerdik pandai yang mewakili rakyat.
Baris 99:
Suatu unsur budaya yang tidak pernah lesu di kalangan masyarakat Gayo adalah kesenian, yang hampir tidak pernah mengalami kemandekan bahkan cenderung berkembang. Bentuk kesenian Gayo yang terkenal, antara lain tari saman dan seni bertutur yang disebut didong. Selain untuk hiburan dan rekreasi, bentuk-bentuk kesenian ini mempunyai fungsi ritual, pendidikan, penerangan, sekaligus sebagai sarana untuk mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial masyarakat. Di samping itu ada pula bentuk kesenian Seperti: Tari bines, Tari Guel, Tari munalu,sebuku(pepongoten),guru didong, dan melengkap (seni berpidato berdasarkan adat), yang juga tidak terlupakan dari masa ke masam, Karna Orang Gayo kaya akan seni budaya.
 
[[FileBerkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Graf in de Gajolanden Atjeh TMnr 60038907.jpg|thumb|200px|Kubur tradisional orang Gayo]]
Dalam seluruh segi kehidupan, orang Gayo memiliki dan membudayakan sejumlah nilai budaya sebagai acuan tingkah laku untuk mencapai ketertiban, disiplin, kesetiakawanan, gotong royong, dan rajin (munentu). Pengalaman nilai budaya ini dipacum oleh suatu nilai yang disebut bersikemelen, yaitu persaingan yang mewujudkan suatu nilai dasar mengenai harga diri (mukemel). Nilai-nilai ini diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam bidang ekonomi, kesenian, kekerabatan, dan pendidikan. Sumber dari nilai-nilai tersebut adalah agama Islam serta adat setempat yang dianut oleh seluruh masyarakat Gayo.
 
== Lihat pula ==
* {{id}} [http://www.gayolinge.com Gayolinge]
* {{id}} [http://www.pustaka.nad.go.id Pustaka Nad]
* {{en}} [http://www.uranggayo.wordpress.com Urang Gayo]
* Bowen, John Richard, 1991,"Sumatran Politics and Poetics : Gayo History, 1900-1989", New Haven : Yale University Press.
* Bowen, John Richard, 1993,"Return to Sender: A Muslim Discourse of Sorcery in a Relatively Egalitarian Society, the Gayo of Nothern Sumatra", in C. W. Watson and Roy Ellen (Eds.), Understanding Witchcraft and Sorcery in Southeast Asia, Honolulu-Hawaii: University of Hawaii Press.
* Bowen, John Richard, 1993, "Muslims Through Discourse : Religion and Ritual in Gayo Society", Princeton, N.J. : Princeton University Press.
 
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Gayo]]