Kerajaan Sunda: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
menambahkan informasi mengenai sumber sejarah primer yang memberitakan keberadaan Kerajaan Sunda
Baris 37:
 
Menurut [[Naskah Wangsakerta]], wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi [[Lampung]] melalui pernikahan antara keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh [[Selat Sunda]].
 
[[Gambar: Padrão sunda kelapa.jpg | thumb | kiri | 150px |''''Padrão Sunda Kalapa (1522), sebuah pilar batu untuk memperingati perjanjian Sunda-Portugis, Museum Nasional Indonesia, Jakarta.]]
 
== Sejarah ==
 
Rujukan awal ke nama Sunda yang digunakan untuk mengidentifikasi sebuah kerajaan tertulis dalam Prasasti Kebon Kopi II tahun 458 Saka (536 Masehi). Prasasti itu ditulis dalam aksara Jawa kuno, namun, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini terjemahannya sebagai berikut:
 
((Kutipan | batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat, pada tahun 458 Saka, bahwa tatanan pemerintah dikembalikan ke kekuasaan raja Sunda.))
 
Beberapa orang berpendapat bahwa tahun prasasti harus dibaca sebagai 854 Saka (932 Masehi) karena tidak mungkin Kerajaan Sunda ada pada tahun 536 AD, di era Kerajaan Tarumanagara (358-669 AD ).
 
Rujukan lainnya ke KErajaan Sunda adalah prasasti [[Jayabupati]] yang terdiri dari 40 baris yang ditulis pada 4 buah batu. Empat batu ini ditemukan di tepi sungai Cicatih di Cibadak, [[Sukabumi]]. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Jawa Kuno. Sekarang keempat prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Jakarta, dengan kode D 73 (Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi prasasti (menurut Pleyte):
 
((Kutipan | Perdamaian dan kesejahteraan. Pada tahun Saka 952 (1030 M), bulan Kartika pada hari 12 pada bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, wuku Tambir. Hari ini adalah hari ketika raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramattunggadewa, membuat tanda pada bagian timur Sanghiyang Tapak ini. Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda. Dan tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk melanggar aturan ini. Dalam bagian sungai dilarang menangkap ikan, di daerah suci Sanghyang Tapak dekat sumber sungai. Sampai perbatasan Sanghyang Tapak ditandai oleh dua pohon besar. Jadi tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah. Siapa pun yang melanggar aturan ini akan dihukum oleh makhluk halus, mati dengan cara mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, usus dihancurkan, dan dada dibelah dua.))
 
Tanggal prasasti Jayabupati diperkirakan 11 Oktober 1030. Menurut Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (952-964) saka (1030 - 1042AD).
 
Sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, [[666]]-[[669]] M), menikah dengan Déwi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari, beliau memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. Déwi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan [[kerajaan Sriwijaya]]. Setelah Linggawarman meninggal, kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, Wretikandayun ([[612]]-[[702]]) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta mendirikan [[Kerajaan Galuh]] yang mandiri. Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara, dan selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai [[Cipakancilan]] dimana di daerah tersebut sungai [[Ciliwung]] dan sungai [[Cisadane]] berdekatan dan berjajar, dekat [[Kota Bogor|Bogor]] saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari [[Radite]] [[Pon]], 9 [[Suklapaksa]], bulan [[Yista]], tahun 519 Saka (kira-kira [[18 Mei]] [[669]] M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu [[sungai Citarum]] (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timur).