Wisarga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika
Baris 35:
|}
 
Bisah tidak boleh digunakan apabila hembusan /h/ terletak di tengah kata dan tidak diikuti oleh huruf konsonan. Contohnya (dalam bahasa Bali) kata: <i>''"cihna", "jihwa", "Brahma"</i>'', dan sebagainya. Namun ada pengecualian untuk kata duhka (bahasa Bali), yang berasal dari kata ''dur'' dan ''kha''.
 
==== Suku kata yang sama ====
 
Bisah patut digunakan apabila ada suatu kata yang terdiri dari suku kata yang sama, dan suku kata tersebut mengandung bunyi /h/ yang tidak diikuti vokal /a/. Apabila kata tersebut diluluhkan menjadi [[kata kerja]] (bahasa Bali: ''kapolahang''), tetap memakai bisah, meski suku katanya berubah karena peluluhan tersebut. Contoh (dalam bahasa Bali) kata: <i>''"ca<u>h</u>ca<u>h</u >"</i>'' (jika diluluhkan menjadi <i>''"nya<u>h</u>ca<u>h</u>"</i>''), <i>''"ko<u>h</u>ko<u >h</u>"</i>'' (jika diluluhkan menjadi<i>'' "ngo<u>h</u>ko<u>h</u>"</i>''), dan sebagainya. Huruf H (yang digarisbawahi) pada kata tersebut wajib diganti dengan bisah apabila disalin ke dalam aksara Bali.
 
== Lihat pula ==