Teori kritis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
46Agung (bicara | kontrib)
46Agung (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
 
Tujuan [[teori]] [[kritis]] adalah menghilangkan berbagai bentuk dominasi dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.
 
Ciri khas [[Teori Kritis]] tidak lain ialah bahwa teori ini tidak sama dengan pemikiran [[filsafat]] dan [[sosiologi]] tradisional. Singkatnya, pendekatan teori ini tidak bersifat [[kontemplatif]] atau [[spektulatif]] murni. Pada titik tertentu, ia memandang dirinya sebagai pewaris ajaran [[Karl Marx]], sebagai teori yang menjadi [[emansipatoris]].Selain itu, tidak hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas sosial tapi juga bahwa teori tersebut mau mengubah.<ref>http://ekawenats.blogspot.com/2006/06/teori-kritis-dan-varian-paradigmatis.html</ref>
 
Pada dasarnya, esensi [[Teori Kritis]] adalah [[konstruktivisme]], yaitu memahami keberadaan struktur-stuktur [[sosial]] dan [[politik]] sebagai bagian atau produk dari intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah memiliki karakter [[politis]], terkait dengan kehidupan sosial dan politik. Sifat politis pengetahuan ini berkembang dari atau dipengaruhi oleh tiga pemikiran yang berbeda.
*Pertama, pemikiran [[Kant]] mengenai keterbatasan pengetahuan, yaitu bahwa manusia tidak dapat memahami dunia secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja [[(parsial)]].
*Kedua, pemikiran [[Hegel]] dan [[Marx]] bahwa teori dan pembentukan teori tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Ilmuwan harus melakukan refleksi terhadap teori atau proses pembentukan teori tersebut.
*Ketiga, pemikiran [[Horkheimer]] yang membedakan teori ke dalam dua kategori, yakni tradisional dan kritis. Teori [[tradisional]] menganggap adanya pemisahan antara teoretisi dan obyek kajiannya. Artinya, teori tradisional berangkat dari asumsi mengenai keberadaan realitas yang berada di luar pengamat, sementara teori kritis menolak asumsi pemisahan antara subyek-obyek dan berargumen bahwa teori selalu memiliki dan melayani tujuan atau fungsi tertentu. <ref>Muhadi Sugiono dan Ririen Tri Nurhayati. 2009. Handout 6 Teori Kritis. Program Pascasarjana Ilmu Politik. FISIP UGM Yogyakarta </ref>
 
Dalam [[hubungan internasional]] teori kritis tidak terbatas pada suatu pengujian negara dan sistem negara tetapi memfokuskan lebih luas pada kekuatan dan dominasi di [[dunia]] secara umum. Teori kritis mencai pengetahuan bagi tujuan politis: untuk membebaskan kemanusiaan dari struktur politik ekonomi dan dunia yang menekan dan dikendalikan oleh [[Amerika Serikat]]. Mereka berupaya untuk mendobrak dominasi global negara-negara kaya di belahan bumi [[Utara]] atas negara-negara miskin di belahan dunia [[Selatan]].<ref>Robert Jackson & Georg Sorensen. 2005. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.300</ref>
 
Pada dasarnya, teori kritis dipengaruhi oleh dua pemikiran utama. Yang pertama adalah teori kritis [[Frankfurt School]], yang sumber-sumber pemikirannya bisa dilacak dari pemikiran-pemikiran [[Habermas]], [[Adorno]], dan [[Max Horkheimer]], serta didukung oleh pemikir-pemikir lain seperti [[Herbert Marcuse]], [[Walter Benjamin]], [[Eric Fromm]], [[Albrecht Wellmer]], [[Karl-Otto Apel]], dan [[Axel Honneth]]. Pengaruh kedua berasal dari karya dan pemikiran [[Antonio Gramsci]]. <ref> http://plato.stanford.edu/entries/critical-theory/</ref>
{{reflist}}
[[Pengguna:46Agung|46Agung]] ([[Pembicaraan Pengguna:46Agung|bicara]]) 07:20, 1 April 2010 (UTC)
== Referensi ==
[[Pengguna:46Agung|46Agung]] ([[Pembicaraan Pengguna:46Agung|bicara]]) 07:46, 1 April 2010 (UTC)