Pertanian dan perkebunan di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
43Rambu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
43Rambu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
Secara umum, pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, holtikultura, peternakan dan perikanan.<ref name="pertanian">http://organisasi.org/definisi-pengertian-pertanian-bentuk-hasil-pertanian-petani-ilmu-geografi</ref>. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani dan perkebunan, sehingga sektor - sektor ini sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.
 
Secara umum, pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, holtikultura, peternakan dan perikanan. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani dan perkebunan, sehingga sektor - sektor ini sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.
 
 
Baris 49 ⟶ 48:
2. Avokad
 
Avokad (''Persea Americana'') merupakan buah yang memiliki banyak manfaat dan khasiat bagi manusia<ref name="pertanian">http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/119-avokad-buah-serbaguna-kaya-manfaat.html</ref>. Kandungan nutrisi dalam satu buah alpukat adalah 95 mg fosfor, 23 mg kalsium, 1,4 mg zat besi, 9 mg sodium, 1,3 mg potasium, 8,6 mg niacin, 660 I.U. vitamin A, 82 mg vitamin C.
Daerah penghasil avokad terbanyak terdapat di daerah Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Barat.
 
Baris 99 ⟶ 98:
13. Kapas
 
Kapas adalah serat yang dihasilkan oleh tanaman kapas (''Gossypium Hirsutum'' )<ref name="pertanian">http://www.curvatech.com/2009/11/12/katun-kapas-bahan-dasar-pembuatan-kaos/</ref>. Tanaman kapas ini mempunyai banyak species diperkirakan berjumlah 30-40 species yang tersebar di seluruh belahan dunia dari daerah yang beriklim tropis hingga subtropis, sedangkan yang paling banya digunakan untuk produksi pakaian adalah tanaman kapas jenis Gossypium Hirsutum yang tingkat penggunaanya mencapai 90 % dari produksi kapas di dunia tanaman ini juga termasuk tanaman perdu (semak) karena tanaman ini relatif kecil namun ada juga yang memiliki ketinggian hingga 3 meter lebih. Kapas dipintal menjadi benang kemudian benang di tenun menjadi kain rupanya ini sudah dilakukan oleh orang-orang jaman dahulu di India,Mesir dan china ratusan tahun sebelum masehi tenyata kapas yang sudah diolah juga menjadi komoditas perdangangan yang sudah diperdagangkan bahkan sampai ke daerah mediterania. Daerah - daerah penghasil kapas, antara lain:
 
(1). Asembagus : Jawa Timur
Baris 126 ⟶ 125:
14. Kapuk
 
Kapuk randu atau kapuk (''Ceiba Pentandra'') adalah pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke dalam famili terpisah Bombacaceae), berasal dari bagian utara dari Amerika Selatan, Amerika Tengah dan Karibia, dan (untuk varitas C. pentandra var. guineensis) berasal dari sebelah barat Afrika<ref name="pertanian">http://polly-shielda.blogspot.com/2008/10/sejarah-pohon-randu-dan-pohon-asam-jawa.html</ref>. Kata "kapuk" atau "kapok" juga digunakan untuk menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai kapas Jawa atau kapok Jawa, atau pohon kapas-sutra. Juga disebut sebagai Ceiba, nama genusnya, yang merupakan simbol suci dalam mitologi bangsa Maya. Daerah penghasil kapuk meliputi daerah DI.Aceh, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara.
 
 
15. Karet
 
Sejarah karet bermula ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada 1476. Saat itu, Columbus tercengang melihat orang-orang Indian bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang dapat melantun bila dijatuhkan ketanahke tanah<ref name="pertanian">http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/karet</ref>. Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput yang dicampur dengan suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan seperti bola.Karet mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat indonesia, yaitu salah satu komoditi penghasil devisa negara, tempat persediaanya lapangan kerja bagi penduduk, dan sumber penghasilan bagi petani
Daerah - daerah penghasil karet adalah :
 
Baris 262 ⟶ 261:
22. Kina
 
Kina merupakan tanaman obat berupa pohon yang berasal dari Amerika Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia<ref name="pertanian">Sultoni, A. 1995. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Kina. Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia. Pusat Penelitian Teh dan Kina
Gambung</ref>. Daerah tersebut meliputi hutan-hutan pada ketinggian 900-3.000 m dpl. Bibit tanaman kina yang masuk ke Indonesia tahun 1852 berasal dari Bolivia, tetapi tanaman kina yang tumbuh dari biji tersebut akhirnya mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit kina dari Bolivia ditanam di Cibodas dan tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10 klon. Kina banyak terdapat di daerah Lembang (Jawa Barat) dan tanah Kerinci (Sumatera Barat).Kulit kina digunakan sebagai bahan pembuat obat antimalaria.
 
 
Baris 363:
 
(3). Wonosobo : Jawa Tengah
 
 
== Catatan Kaki ==
 
{{reflist}}
 
 
== Rujukan ==
 
*Bambang Purwanto, “The Economy of Indonesian Smallholder Rubber, 1890s-1940”, J.Th. Lindblad, ed., Historical Foundation of a National Economy in Indonesia, 1890s-1990. (Amsterdam: KNAW, 1996).
*Booth, Anne, Agricultural Development in Indonesia. Sydney: Allen & Unwin, 1988.
*Houben, Vincent J.H., “Private Estates in Java in the Nineteenth Century. A Reaprisal”, J.Th. Lindblad, ed., New Challenges in the Modern Economic History of Indonesia. Leiden: Programme of Indonesian Studies, 1993.
*Soegijanto Padmo, Tobacco Plantations and Their Impact on Peasant Society and Economy in Surakarta Residency:1860-1980s. Yogyakarta: Aditya Media, 1999
*Van der Eng, Pierre, Agricultural Growth in Indonesia Since 1880. Groningen: Universiteitsdrukkerij Rijkuniversitiet Groningen, 1993.
*Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta
*Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Swadaya, Jakarta.
*Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.