Perenjak jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wie146 (bicara | kontrib)
k Ciblek dipindahkan ke Perenjak jawa: Nama baku yang digunakan LIPI dan juga BirdLife Indonesia
Wie146 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
| color = pink
| name = Perenjak Jawa
| status = LC?
| image = Prin fami 060616 7610 cromb ed resize.jpg
| image_width = 200px
Baris 21:
Burung kecil ramping, dengan panjang total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 13 cm. Hampir seluruh sisi atas badan berwarna coklat hijau-zaitun. Tenggorokan dan dada putih, perut dan pantat kekuningan. Sisi dada dan paha keabu-abuan. Ciri khas: ''sayap dengan dua garis putih'', serta ekor panjang dengan ''ujung berwarna hitam dan putih''.
 
Paruh panjang runcing, sebelah atas berwarna kehitaman dan sebelah bawah agak kuningkekuningan. Kaki langsing dan rapuh berwarna coklat kemerahan atau merah jambu.
 
==Kebiasaan dan Penyebaran==
Baris 31:
 
==Ancaman dan Konservasi==
Sebelum tahun 1990-an, burung ini boleh dibilang tidak memiliki nilai ekonomi, sehingga banyak dibiarkan bebas dan meliar seperti halnya [[burung gereja]] dan [[burung pipit]]. Sifatnya yang mudah beradaptasi dan tidak takut pada manusia menyebabkan populasi burung ini cukup tinggi pada wilayah-wilayah yang sesuai.
 
Setelah tahun-tahun itu, burung ini mulai banyak diburu orang untuk diperdagangkan. Apalagi burung ini mudah dijumpai di wilayah perkebunan dan memiliki keistimewaan mudah jinak. Sifat jinaknya membuat ia mudah ditangkap dengan cara dipikat yaitu memakai bantuan cermin di dalam sangkar. Burung yang tertarik dengan bayangannya sendiri akan terjebak di dalam sangkar.
 
Cara lain adalah dengan memasang jerat atau rajut di sekitar sarangnya, atau dengan memasangperangkap getah (''pulut'') pada tempat-tempat tidurnya di waktu malam.
 
Sayang sekali burung ini mudah stres dan mati dalam pemeliharaan, terutama apabila yang ditangkap adalah burung dewasa. Belum lagi jika pemeliharanya tidak berpengalaman. Namun ini agaknya tidak menyurutkan minat para penangkap burung untuk terus memburunya. Sampai sekarang, burung ini belum berhasil dibiakkan dalam tangkaran. Dan para penggemar burung masih bergantung pada tangkapan dari alam.
 
Eksploitasi yang berlebihan ini segera terlihat akibatnya. Di wilayah-wilayah tertentu seperti di pinggiran [[Jakarta]] dan [[Bogor]], di mana burung ini melimpah sebelum tahun ‘90an, kini seolah ‘kehabisan stok’. Perenjak jawa semakin jarang terlihat di taman-taman, dan hadir terbatas di tempat-tempat tertentu yang masih dekat hutan.
 
Dalam pemeliharaan biasanya burung ini sering diberi makanan berupa [[kroto]] (tempayak dan anak [[semut ngangrang]]), [[ulat hongkong]], serta pelet (voer).
Baris 48:
 
==Bahan Bacaan==
*MacKinnon, J., K. Phillipps, B. van Balen. 2000. ''Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan''. LIPI dan BirdLife IP
 
 
==Pranala Luar==
{{en}} [http://www.itis.usda.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=562437 ITIS Database], diakses 28/07/2006]
 
 
Baris 58 ⟶ 57:
[[Kategori:Burung]]
[[Kategori:Burung Pengicau]]
 
[[en:Prinia]]