Masjid Pusaka Banua Lawas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambahkan kategori Kabupaten Tabalong (HotCat)
Baris 8:
 
== Peninggalan ==
Di teras depan Masjid Pusaka, ada dua tajau (guci tempat penampungan air yang dulunya digunakan suku Dayak untuk memandikan anak yang baru lahir). Kendati diterpa atau disengat [[matahari]], namun dua tajau yang usianya mencapai 400 tahun itu, menurut Kaum Masjid Pusaka Abdullah Syarif, tak berubah warnanya.
 
Para peziarah ke sana tak lupa membawa pulang air dalam tajau itu karena diyakini warga memiliki berkah digunakan cuci muka atau diminum. Kebanyakan mereka datang ke Masjid Pusaka pada hari Rabu karena bertepatan hari Pasar Arba di [[Banua Lawas, Tabalong|Banua Lawas]].
Mereka menyempatkan diri ziarah, selain untuk beribadah antara lain sembahyang sunat Tahiyatul[[tahiyatul Masjidmasjid]] dan membaca [[surah YasinYa Sin]], juga ada yang mengaku membayar nazar, karena harapannya terkabul.
 
== Awalnya tempat pemujaan Kaharingan ==
Versi lain terdapat dalam tradisi lisan yang berkembang di daerah Banua Lawas dan sekitarnya yang menyebutkan bahwa tepat di lokasi Masjid Pusaka Banua Lawas yakni masjid tua berarsitektur tradisional beratap tumpang tiga, jauh sebelum agama [[Hindu]] dan [[Islam]] berkembang, sudah berdiri semacam pesanggra­han atau tempat pemujaan keper­cayaan Kaharingan [[suku Maanyan]] dalam bentuk yang sederhana.
Tempat pemujaan itu diang­gap sakral, dan man­faatnya terasa sangat penting bagi [[Suku Maanyan|orang-orang Maanyan]] yang pada masa itu banyak bermukim di Banua Lawas.
 
Mereka kemudian menyebut daerah lokasi bangunan pemujaan tersebut sebagai ''Banua Lawas'' atau ''Banua Usang''. Suatu kemungkinan menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat, kemunculan, dan berkembangnya daerah-daerah lain di sekitarnya berawal dari Banua Lawas ini.