Jamblang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot melakukan perubahan kosmetika |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-terkadang +kadang-kadang) |
||
Baris 36:
Buah jamblang biasa dimakan segar. Di [[India]] dan Filipina, seperti juga kebiasaan di beberapa daerah di Indonesia, buah jamblang yang masak dicampur dengan sedikit [[garam]] dan kadang-kadang ditambahi [[gula]], lalu dikocok di dalam wadah tertutup (biasanya dua mangkuk ditangkupkan) sehingga lunak dan berkurang sepatnya. Buah yang kaya vitamin A dan C ini juga dapat dijadikan sari buah, jeli atau [[anggur (minuman)|anggur]]. Di Filipina, anggur jamblang diusahakan secara komersial. <ref name=verheij&coronel_380-382>Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. ''Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan''. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 380-382.</ref>
Kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan, meskipun tidak istimewa dan agak mudah pecah. Kayu ini cukup kuat, tahan air dan serangan [[serangga]]; sekalipun agak sukar dikerjakan. Yang terlebih sering ialah digunakan sebagai [[kayu bakar]]. Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai (ubar) jala. Kepingan kecil pepagan ini juga
Beberapa bagian tumbuhan juga dipergunakan sebagai bahan obat, tradisional maupun modern. Kulit batang, daun, buah dan bijinya acapkali digunakan sebagai obat [[kencing manis]], murus ([[diare]]), dan beberapa penyakit lain. Bahkan [[simplisia]] dari kulit batang (dikenal sebagai ''Syzygii cortex'') dan biji jamblang (disebut ''Syzygii semen'') dahulu dianjurkan sebagai sediaan [[apotek]] yang tidak wajib. Di samping tanin, bahan aktif yang dikandungnya antara lain adalah glukosida yambolin (''jamboline''). <ref name=heyne_1518>Heyne, K. 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'', jil. 3. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 1518.</ref> <ref name=sutrisno_119&163>Sutrisno, R.B. 1974. ''Ihtisar Farmakognosi'', edisi IV. Pharmascience Pacific, Jakarta. Hal. 119 dan 163.</ref>
|