Poncke Princen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
k + gambar
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Gambar:princen.jpg|thumb|150 px|right|Poncke Princen]]
'''JohanHaji Johannes Cornelis (Jan[[H.J.C) Princen]]''', lebih dikenal sebagai '''Poncke Princen''' ([[Den Haag]], [[21 November]] [[1925]] – [[Jakarta]], [[2122 Februari]] [[2002]]) adalah seorang oposan sejati berkebangsaan [[Belanda]] yang pada [[1949]] beralih menjadi [[warga negara Indonesia]], sejak muda hingga tua, melawan berbagai rezim yang melakukan penindasan dan penyelewengan, mulai dari [[Nazi]] hingga [[Orde Baru]], mulai dari rezim sayap kanan hingga rezim yang cenderung ke-kiri-kiri-an. Dia hanya hidup di Belanda sejak lahir hingga masa muda, selebihnya dia habiskan di [[Indonesia]]. Nama “Poncke” konon diperolehnya dari roman yang digemarinya tentang pastur jenaka di Belgia Utara yang bernama Pastoor Poncke. Pada tahun 1994 perkumpulan penggemar roman tahun 1940-an tersebut mengadakan rapat dan memutuskan untuk melarang H.J.C Princen menggunakan nama Poncke. Siapalah yang peduli. Ia toh sudah lama terbiasa tak punya apa-apa. Semua sudah diambil darinya, termasuk kesehatannya. Di Indonesia, dia terutama terkenaldikenal sebagai pejuang [[Hak Asasi Manusia]]. Princen menikah dengan Sri Mulyati dan dikaruniai empat anak, Ratna, Iwan, Nico, dan Milanda.
 
== Latar belakang ==
Baris 6:
 
== Mengabdi Republik, berjuang untuk kemanusiaan ==
Indonesia lewat [[proklamasi]] sudah memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945, tetapi perang antara penjajah dan negara bekas jajahan masih terus menerus berkecamuk. PadaTanggal tahun26 September 1948, Princenserdadu Poncke yang muak menyaksikan sikap dan berbagai kebrutalan yang dilakukan bangsanya, meninggalkan KNIL di Jakarta menyeberangi garis demarkasi dan bergabung dengan pihak lawan yakni [[Tentara Nasional Indonesia]]. Ketika tentara negerinya menyerang Yogyakarta tahun 1949 dia telah bergabung dengan divisi Siliwangi dengan nomor pokok prajurit 251121085, kompi staf brigade infanteri 2, Grup Purwakarta. Malah ikut longmarch ke Jawa Barat dan terus aktif dalam perang gerilya. Isterinya, seorang peranakan republiken sunda dibunuh tentara Belanda dalam sebuah penyergapan dan pertempuran sengit. Tidak cuma isterinya, anaknya yang dalam kandungan ikut tewas. Poncke mendapat anugerah Bintang Gerilya dari Presiden Soekarno pada tahun [[1948]]1949. Pada tahun 1948 pula dia, walaupun seorang Belanda, secara langsung menerima penghargaan [[Bintang Gerilya]] dari Presiden Soekarno.
 
Pada tahun 1956, Princen menjadi politikus populer Indonesia dan menjadi anggota [[parlemen nasional]] mewakili Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia ([[IPKI]]). Tetapi dia pun akhirnya juga menyaksikan berbagai penyelewengan yang terjadi di dalam birokrasi saat itu. Dia juga kecewa dengan iklim politik yang semakin tidak kondusif. Dia pun keluar dari parlemen dan mulai bersikap vokal terhadap pemerintahan yang mulai otoriter saat itu dengan pihak militer yang bertindak sewenang-wenang. Princen ditahan dan dipenjara dari 1957 hingga 1958. Padasetelah bebas pada awal tahun 1960an, dia mulai secara lebih terfokus aktif dalam membelakegiatan Hakyang Asasibertujuan Manusia.untuk Dimengembangkan masademokrasi itudi pula,Indonesia diadengan jugamendirikan salahLiga satuDemokrasi. pendirikarena danaktifitasnya pemimpinyang awalkritis [[LPHAM]],tersebut lembagaperaih pembelabintang HAMgerilya pertamaini diakhirnya Indonesia. Karena sikap kritisnya terhadapdipenjarakan pemerintah dan terhadap [[Revolusi]], Princen dipenjara kembali pada tahun Soekarno(1962 hingga -1966).
 
Semenjak akhir tahun 1965, kekuasaan [[PKI|Partai Komunis Indonesia]] (yang saat itu menjadi massa utama pendukung Presiden [[Soekarno|Sukarno]] dan rival dari kekuatan militer), mulai merosot karena dibabat habis oleh [[Angkatan Darat]]. Dansehingga pamor kekuasaan Presiden Sukarno semenjak Maret 1966,. Degradasi energi kekuasaan Presidenini Sukarnokemudian jugadimanfaatkan mulaioleh menurun,sekelompok faksi militer dukungan [[CIA]] untuk melaluimelakukan "kudeta merayap" digantikanyang oleh Presidenmengantarkan [[Soeharto|Suharto]] menjadi presiden. Dan berdirilah rezim baru, [[Orde Baru]], menggantikan rezim yang lama - [[Orde Lama]]. Princen pun menikmati kebebasan kembali setelah dipenjara selama 4 tahun.Pengalaman hidupnya dari penjara ke penjara semakin mempertebal keyakinannya untuk mendesak negara memberikan perlindungan dan penegakan HAM dengan mendirikan Lembaga Pembela Hak Asasi Manusia [[LPHAM]] dan sekaligus memimpin lembaga pembela HAM pertama di Indonesia tersebut.
 
== Dikecewakan Orde Baru ==
Tetapi Princen kembali dikecewakan dengan rezim yang baru, dan perjuangannya pun tak berhenti walaupun rezim yang berkuasa sudah ganti. Princen justru membela pihak yang dulu memojokkannya, ia membela korban-korban pelanggaran [[HAM]] dan pembantaian yang terdiri dari bekas anggota [[PKI]] dan orang-orang yang dituduh [[komunis]]. Di akhir 1960-an, Princen juga terlibat dalam proses pembelaan terhadap penulis [[Pramoedya Ananta Toer]] (yang saat itu diasingkan ke Pulau [[Buru]]), dengan mencoba untuk mengadukan keadaan penulis tangguh ini di Buru ke [[Amnesty International]] secara sangat diam-diam. Karena pembelaan terhadap korban-korban yang dituduh PKI ini, Princen sendiri di kalangan umum juga sempat mendapat cap 'komunis' - orang lupa bahwa dia juga menentang kekuasaan yang didominasi komunis di masa [[Orde Lama]].
 
== DikecewakanMengkritisi Rezim Orde Baru ==
Di tahun 1974, Princen terlibat dalam penggalangan demonstrasi menentang pembangunan [[Taman Mini Indonesia Indah]]. Pembangunan monumen raksasa ini secara umum dinilai sebagai langkah yang sangat tidak tepat di tengah kondisi sosial-ekonomi yang masih buruk di saat itu. Princen dipenjarakan karena aksinya ini, sejak tahun 1974 hingga 1976.
Tetapi Princen kembali dikecewakan dengan rezim yang baru, dan perjuangannya pun tak berhenti walaupun rezim yang berkuasa sudah ganti. Princen justru membela pihak yang dulu memojokkannya, ia membela korban-korban pelanggaran [[HAM]] dan pembantaian yang terdiri dari bekas anggota [[PKI]] dan orang-orang yang dituduh [[komunis]]. DiPada akhirtahun 1960-an,1968 PrincenPoncke jugamenitipkan terlibatsebuah dalamperekam prosessuara pembelaankepada terhadapGoenawan penulisMoehammad [[Pramoedyayang Anantasaat Toer]]itu bekerja di Harian Kami dan termasuk dalam rombongan pertama wartawan dari Jakarta (yang saatakhirnya itumendapat diasingkanizin kepenguasa untuk melihat para tahanan politik di Pulau Buru. Poncke memintanya mewawancarai [[BuruPramoedya Ananta Toer]]), dengandiam-diam mencobadan untukmembuat mengadukansedikti keadaanlaporan penulistentang tangguh inikeadaan di BuruKamp tahanan itu kebuat [[Amnesty International]] secarayang sangatkemudian diam-diammengangkat Pramoedya sebagai ‘Prisoner of Conscience” lambang korban yang terinjak. Tahun berikutnya, Poncke Karena pembelaan terhadap korban-korban yang dituduh PKI ini, Princen sendiri di kalangan umum juga sempat mendapat cap 'komunis' - orang lupa bahwa dia juga menentang kekuasaan yang didominasi komunis di masa [[Orde Lama]].
 
Pada tahun 1968-1969, lewat sebuah investigasi, Princen mengungkapkan sejumlah fakta dan memprotes pembantaian masal PKI di Purwodadi Jawa Tengah. Kritik itu jelas melahirkan murka penguasa yang baru dua tahun menikmati imperiumnya. Tidak hanya harus membantah pemberitaan yang menghebohkan tersebut, pemerintah juga perlu mengambil tindakan yang lebih serius tidak hanya terhadap Poncke tapi juga terhadap pers, masyarakat Jawa Tengah dan masyarakat Indonesia.
 
Tak ayal, Tuduhan pengikut komunis sebagai stigma yang paling terkenal untuk mengamputasi musuh politik orde baru di gunakan Soeharto , Jenderal [[M. Panggabean]] (Panglima [[AD]]-[[KSAD]] pada waktu itu) dan Mayjen [[Soerono Reksodimedjo]] (Pangdam IV [[Diponegoro]]) disematkan kepada Princen agar kemudian lebih mudah untuk memenjarakannya.
 
Tidak hanya kritik yang dikeluarkan Poncke. Kakak dari Keis Princen ini juga menyarankan pemerintah membentuk tim independen untuk memeriksa laporan yang ia siarkan ke beberapa media nasional soal kasus Purwodadi. Hal itu ditujukan agar masyarakat dapat mengetahui apa yang sebenaranya terjadi pada kasus yang cukup menghebohkan masyarakat pesisir utara Jawa Tengah tersebut. Begitu mengerikannya dampak kasus ini, ditahun yang sama, ia bersama dengan rekan-rekannya mendirikan sebuah lembaga yang mencoba mengatasi trauma para korban PKI yang ia namakan Pusat Pemulihan Hidup Baru.
 
Gerakannya semakin meluas seiring ketidakadilan yang ia saksikan. Tahun 1970, Poncke menjadi salah satu yang mempelopori berdirinya Lembaga Bantuan Hukum. Di tahun 1974, Princen terlibat dalam penggalangan demonstrasi menentang pembangunan [[Taman Mini Indonesia Indah]]. Pembangunan monumen raksasa ini secara umum dinilai sebagai langkah yang sangat tidak tepat di tengah kondisi sosial-ekonomi yang masih buruk di saat itu. Princen dipenjarakan karena aksinya ini, sejak tahun 1974 hingga 1976.
 
== Berjuang hingga akhir hayat ==
Sejak dibebaskan tahun 1976, Princen tidak menjadi kendor, tetapi malah semakin vokal membela [[Hak Asasi Manusia]] di bawah represi orde militer yang menguasai negeri ini saat itu. Dia terlibat dalam pembelaan HAM di [[Timor Timur]], salah satu dari dua kasus yang menonjol adalah pembantaian Santa Cruz dan melindungi puluhan mahasiswa Timor-Timur. dia juga aktif dalam masalah perburuhan. Sejak tahun 1976 dia tak pernah dipenjarakan secara permanen, tetapi berulang kali diinterogasi dan juga diawasi secara ketat oleh [[polisi]], dan mungkin juga militer (yang tak jelas bedanya saat itu - sama-sama [[ABRI]]). Tahun 1980, ia juga ikut mendirikan [[YLBHI]], menjadi pengacara para korban pada peristiwa pembantaian [[Tanjung Priok]] (1984), membela puluhan mahasiswa [[ITB]] yang ditahan karena mendemo Mendagri [[Rudini]] (1989). Mendirikan sebuah Koalisi HAM yang bernama [[Indonesia Front for Defending Human Right]] ([[INFIGHT]]) 1989, [[Serikat Buruh Merdeka Setiakawan]] (SBMS) tahun 1990, [[KontraS]] (1998) dan lain-lain. Di kurun tahun 1997-1998, dia juga turut membela orang-orang yang dituduh [[PRD]] - yang oleh Orde Baru dianggap turunan dari [[PKI]].
 
Princen meninggal pada 21 Februari 2002 sebagai figur yang sangat dihormati dan dihargai oleh tokoh-tokoh dari berbagai golongan, dari [[Budiman Sujatmiko]] hingga [[Goenawan Mohammad]]. Pekerjaannya yang amat mulia kini dicoba diteruskan oleh [[Ahmad Hambali]] seorang aktivis muda yang sempat bertemu ketika sama-sama membela petani Sagara Garut tahun 1990-an. walaupun pencekalan masih terus berlangsung hingga ajal menjemput, namun rohnya kini bebas keluar masuk [[De Haag]], [[Heestede]], [[Amersfoort]], [[Enschede]], [[Harleem]] dan [[Sukabumi]]. Bebas juga dari protes kerdil para veteran perang kolonial, dari Drs. Kamsteeg yang melarangnya menggunakan nama Poncke. Yang tersisa hanya semangatnya. Sang desertir sudah pulang ke kesatuannya.
 
 
'''Sumber tambahan''': Ahmad Hambali, ''LPHAM dan Princen'', pengantar draft penelitian studi surat-surat protes Princen tahun 1990, LPHAM, Jakarta, 2004
Princen meninggal pada 21 Februari 2002 sebagai figur yang sangat dihormati dan dihargai oleh tokoh-tokoh dari berbagai golongan, dari [[Budiman Sujatmiko]] hingga [[Goenawan Mohammad]].
 
== Pranala luar ==