Parakan, Temanggung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k bot kosmetik perubahan
Evremonde (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
 
== Sejarah ==
Berdasarkan catatan sejarah [[Nugroho Notosusanto]], daerah Parakan ini adalah merupakan ''sima'' atau semacam tanah hibah pada masa [[Mataram Kuno]]. Beberapa peninggalan berupa prasasti dan candi bisa ditemui di sekitar wilayah Parakan, di antaranya [[Candi Gondosuli]] yang berada di sebelah tenggara Parakan.
 
Bambu runcing adalah sebuah tongkat dari bambu berwarna kuning yang bagian ujungnya dibuat runcing, dibuat sebagai senjata yang sederhana namun ampuh setelah diberi doa oleh para kyai untukPada melawanzaman penjajahan Jepang sebelum kemerdekaan RI didulu daerah Kabupatenini Temanggungterkenal (Jawadengan Tengah)senjata dan[[bambu penjajahan Belanda setelah Kemerdekaan (1945 - 1948) di daerah Ambarawa dan wilayah lainnyaruncing]]. Salah satu tokoh penggerak para pejuang pada masa ituperang kemerdekaan adalah KH Subchi (nama aslinya ‘Subuki’Subuki) yang dijuluki ‘Jenderal"Jenderal Bambu Runcing’Runcing" (sekarang namanya diabadikan menjadi nama sebuah jalan di kampung kaumanKauman Parakan), sedangkan tokoh-tokoh yang lain diantaranya Sahid Baidzowi, Ahmad Suwardi, Sumo Gunardo, Kyai Ali, H. Abdurrahman, Istachori Syam'ani Al-Khafidz dan masih banyak lagi yang lain. Parakan juga merupakan tempat lahir tokoh perjuangan nasional [[Mohamad Roem]], yang terkenal sebagai delegasi Indonesia dalam perundingan diplomasi [[Perundingan Roem-Royen|Roem-Roijen]].
Pada zaman penjajahan dulu daerah ini terkenal dengan senjata [[bambu runcing]]. Di mana para pejuang rakyat saat itu menggunakan bambu runcing.
Bambu runcing adalah sebuah tongkat dari bambu berwarna kuning yang bagian ujungnya dibuat runcing, dibuat sebagai senjata yang sederhana namun ampuh setelah diberi doa oleh para kyai untuk melawan penjajahan Jepang sebelum kemerdekaan RI di daerah Kabupaten Temanggung (Jawa Tengah) dan penjajahan Belanda setelah Kemerdekaan (1945 - 1948) di daerah Ambarawa dan wilayah lainnya. Salah satu tokoh penggerak para pejuang pada masa itu adalah KH Subchi (nama aslinya ‘Subuki’) yang dijuluki ‘Jenderal Bambu Runcing’ (sekarang namanya diabadikan menjadi nama sebuah jalan di kampung kauman Parakan), sedangkan tokoh-tokoh yang lain diantaranya Sahid Baidzowi, Ahmad Suwardi, Sumo Gunardo, Kyai Ali, H. Abdurrahman, Istachori Syam'ani Al-Khafidz dan masih banyak lagi yang lain. Parakan juga merupakan tempat lahir tokoh perjuangan nasional [[Mohamad Roem]], yang terkenal sebagai delegasi Indonesia dalam perundingan diplomasi [[Perundingan Roem-Royen|Roem-Roijen]].
 
Dikatakan parakan karena bersemayam kyai yang disebut parak atau perek. (kyaiKyai parak)kyai parakParak pertama berasal dari yaman[[Yaman]] dan yang kedua dari pelarian mataranMataram ketika amangkuratII[[Amangkurat II]] memerintah dan dalam struktur pemerintahan zaman belandaBelanda tidak pernah tercantum kelurahan parakanParakan melankan jetisJetis, ,klewoganKlewogan dan sebagainya namun dalam susunan berikutnya menjadi daerah kawedanan masih banyak yang harus diungkap tentang parakan termasuk perhatian pemerintah hindia belanda dengan parakan karena banyak pelarian tentara diponegoro yang mengungsi di parakanParakan sehingga belandaBelanda sengaja menjadikan parakanParakan sebagai pusat candu agar generasi mudanya rusak dan sulit untuk bergolak menentang belandaBelanda.
 
Parakan pernah menjadi pusat pemerintahan kabupaten menoreh dengan bupati terakhir krt sumodilogo yang membuat heboh dan meninggal dibunuh oleh tentara diponegaro dimakamkan dikalam jolopo krasak sedang kepalanya di selarong yogyakarta. Dulu parakan memang sebagai kota sorga bagi orang yang berduti ada candu wts dll pemerintah belanda menginginkan kota parakan sebagai tujuan orang untuk berfoya-foya sehingga banyak bursa candu bahkan seperti bah moho yang tinggal di wilayah kauman parakan .
Parakan pernah menjadi pusat pemerintahan Kabupaten menoreh dengan bupati terakhir KRT. Sumodilogo yang membuat heboh dan meninggal dibunuh oleh tentara Diponegoro dimakamkan di Kalam Jolopo Krasak sedang kepalanya di Selarong, Yogyakarta. Menurut catatan ada beberapa ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bermukim di Temanggung al.Kyai Shuhada dimakamkan di Bayurip Pasuruan Bulu,beliau ayah KH Mansur Banyurip dan kakek dari KH Zaenuddin(alm) mantan kepala desa Banyurip.
 
== Wilayah Administratif ==
Baris 48 ⟶ 47:
 
== Budaya dan Masyarakat ==
===Mata pencaharian===
;Pencaharian
Rata-rata masyarakat Parakan masih berprofesi sebagai petani, baik tanaman pangan (padi dan jagung) maupun komoditas lain yang dulu sempat menjadi ciri khas, yakni [[tembakau]]. Profesi mayoritas kedua di Parakan adalah sebagai pedagang yang berpusat di beberapa pasar tradisional,dan juga kebanyakan orang-orang berprofesi sebagai [[Tukang parkir]] hal itu di karnakan kurangnya lapangan pekerjaan
 
;Aktivitas ===Keagamaan===
Mayoritas penduduk Parakan beragama Islam, terbukti dengan banyaknya masjid, surau dan pesantren di daerah ini. Namun demikian, terdapat juga wihara, kelenteng dan gereja yang membuktikan eksistensi pemeluk agama lain di kota tersebut. Toleransi antarumat beragama di Parakan relatif tinggi yang dibuktikan di antaranya dengan berbagai perayaan hari besar keagamaan yang turut dimeriahkan oleh penganut agama lainnya. Milsanya pada malam sebelum Hari Raya [[Idul Fitri]], masyarakat mengadakan pawai obor keliling kota dan didukung dengan semarak oleh mereka yang beragama lain. Pada saat hari raya Idul Fitri pun mereka yang berlainan agama saling bersilaturahmi tanpa membedakan suku dan agama. Ada juga "Parade Kesenian Tradisional Islam" yang biasanya diadakan tiap tanggal 1 Hijriah (Tahun Baru Islam) berpusat di depan Masjid Al Barakah Bambu Runcing, Kauman, Parakan, yang dimeriahkan dengan berbagai macam unjuk kebolehan dari beberapa jenis kesenian, baik yang tradisional maupun modern yang sudah diadakan tiap tahun sejak 1995. Sebaliknya, saat Hari Raya [[Imlek]], masyarakat bersama-sama menikmati hiburan ''Liong'' atau [[Barongsai]] dan kadang-kadang Wayang Potehi atau boneka panggung khas negeri [[Cina]] di halaman kelenteng. Demikian pula saat hari [[Natal]] sering diadakan hiburan atau ''bazaar'' yang melibatkan masyarakat dari agama lain.
 
;===Bahasa Daerahdaerah===
Mayoritas penduduk menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Penggunaan strata (''Krama'' - ''Ngoko'')dalam bahasa juga masih sering dipraktekkan. Dialek Jawa di Parakan tidak jauh berbeda dengan dialek mataram yang merupakan prosentase terbesar dialek bahasa Jawa di Jawa Tengah. Meski demikian, dialek Banyumasan mulai mencampur dalam dialek Parakan. Yang paling kentara adalah penggunaan "nyong" sebagai kata ganti orang pertama tunggal, yang serupa dengan dialek Banyumasan. Beberapa kata bahkan muncul sebagai ciri dialek yang tidak dapat ditemui pada dialek bahasa Jawa lainnya. Misalnya kata "jotek" yang sinonim artinya dengan kata "emoh" (tidak mau) dalam dialek bahasa Jawa lainnya.
Kata-kata lainnya antara lain :
Baris 71 ⟶ 70:
* ''modar'' =mati kau!,mati,sukurin
 
;===Kesenian Tradisionaltradisional===
* ''Kubro'' ([[Kubrosiswo]]): Tarian dengan memakai seragam & topeng, diikuti dengan alat musik pukul. dimainkan juga oleh anak anak.
* ''Jaran Kepang'' ([[Kuda Lumping]]): Tarian dengan menggunakan tunggangan kuda yang terbuat dari bambu dan dihias meriah.
Baris 80 ⟶ 79:
* ''Burdahan dan Barjanjen'' .
;===Makanan Tradisionaltradisional===
* ''Emping Ento'', sejenis emping yang terbuat dari ketela pohon, rasanya gurih.
* ''Sego Gana'', nasi yang dicampur dengan sayuran, parutan kelapa, ikan teri, tempe dan kadang-kadang juga ditambah kentang, jeroan iso dll.
Baris 101 ⟶ 100:
* '''Ganjel Rel '''
* '''Semar Mendem'''
{{Kabupaten Temanggung}}
 
{{Parakan, Temanggung}}
{{kecamatan-stub}}
{{Kabupaten Temanggung}}