Paku ekor kuda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib) |
Kembangraps (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 21:
[[Gambar:Arvense_fertil.png|left|250px|thumb|Batang fertil ''E. arvense'' dengan strobilus di ujungnya. Batang ini muncul pada akhir musim salju, sebelum munculnya batang steril yang fotosintetik (lihat gambar di taxobox).]]
Spora yang dihasilkan paku ekor kuda umumnya hanya satu macam (homospor) meskipun spora yang lebih kecil pada ''E. arvense'' tumbuh menjadi [[pergiliran keturunan|protalium]] jantan. Spora keluar dari ''sporangium'' yang tersusun pada strobilus. Sporanya berbeda dengan spora paku-pakuan karena memiliki empat "rambut" yang disebut ''elater''. Elater berfungsi sebagai pegas untuk membantu pemencaran spora.
Paku ekor kuda menyukai tanah yang basah, baik berpasir maupun berlempung, beberapa bahkan tumbuh di air (batang yang berongga membantu adaptasi pada lingkungan ini). ''E.arvense'' dapat tumbuh menjadi gulma di ladang karena [[rizoma|rimpang]]nya yang sangat dalam dan menyebar luas di tanah. [[Herbisida]] pun sering tidak berhasil mematikannya. Di Indonesia, rumput betung (''E. debile'') digunakan sebagai sikat untuk mencuci dan campuran obat.
Pada masa lalu, kira-kira pada zaman [[Karbonifer]], paku ekor kuda purba dan kerabatnya (''Calamites'', dari divisio yang sama, sekarang sudah punah) mendominasi hutan-hutan di bumi. Beberapa spesies dapat tumbuh sangat besar, mencapai 30 m, seperti ditunjukkan pada fosil-fosil yang ditemukan pada deposit [[batu bara]]. Batu bara dianggap sebagai sisa-sisa serasah dari hutan purba ini yang telah membatu.
===
;Subgenus ''Equisetum''
*''[[Equisetum arvense]]'' -
*''[[Equisetum bogotense]]'' - Andean Horsetail
*''[[Equisetum diffusum]]'' - Himalayan Horsetail
|