Perang Aceh (1896-1901): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Evremonde (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Evremonde (bicara | kontrib)
Baris 16:
Sebelum fajar, pada tanggal [[23 Mei]] 1896, pasukan Belanda sudah bertempur dengan musuh, dan seberapapun kuat pasukan dan keberanian yang ditunjukkan oleh Umar untuk memimpin pasukan, ia harus mundur; untuk itulah [[J.B. van Heutsz]] dan [[Henri Mari Vis]] diberi penghargaan. Gampong Lam Hasan menunjukkan perlawanan sengit; selama berjam-jam baterai artileri yang kuat dekat Lamjamu ditembakkan tanpa henti; sia-sia saja Batalyon Infanteri IX mencoba menembus pertahanan yang kokoh itu dan saat fajar menyingsing mayor infanteri JR. Jacobs, dengan pasukan cadangannya yang terdiri atas 3 [[kompi]] di Batalyon VII, ditugaskan membantu Batalyon IX dan merebut [[Lam Hasan, Peukan Bada, Aceh Besar|Lam Hasan]]. Dengan Kompi I di barisan, separuh Kompi II pada sayap kiri dan sisanya ditanam di Ajuen Tebal untuk menghadapi gerak maju musuh. Dalam 20 [[menit]], tempat itu sudah diduduki Belanda dan seluruh pemberontak dibasmi habis. Dari separuh kompi yang turut serta dalam pertempuran yang sesungguhnya, 2 perwira terbunuh dan 30 orang lainnya namun mereka tetap menang. [[Mayor|May.]] JR. Jacobs, yang tertembak bersama [[kuda]]nya hingga harus jalan kaki bersama Kompi I untuk berperang, untuk kesempatan ini dihargai dan selama pertempuran berikutnya hingga akhir bulan [[Oktober]] dianugerahi [[Militaire Willems-Orde]] Kelas IV.
 
Serangan ke Lampisang diawali secara mendadak di malam hari oleh sebagian garis pertama sayap kanan dan kiri; barisan Van Heutsz harus mendaki [[bukit]] dan menduduki Glee Putih. Dibantu gelap, mereka mencapai perbukitan tanpa menghadapi perlawanan dan dapat melanjutkan serangan ke atas. Setibanya di atas, mereka dapat memantau Lampisang. Dari situlah tembakan diawali, yang di situ baterai gunung diperlukan. Umar dan pengikutnya melancarkan serangan mendadak yang singkat ke Bukit Sebun Beradin yang terletak di selatan. Van Heutsz mengirim laporan bahwa gerak maju harus secepatnya dilakukan oleh Batalyon VII dan IX. [[Lamteungoh, Peukan Bada, Aceh Besar|Lam Teungoh]], [[Lam ManjangManyang, Peukan Bada, Aceh Besar|Lam Manyang]] dan [[Lam Isek, Peukan Bada, Aceh Besar|Lam IsiIsek]] ditaklukkan oleh Batalyon XII dan XV, yang untuk itu Pasukan Cadangan Kolonial yang dipimpin oleh [[Sipko Adriaan Drijber]] diberi penghargaan khusus. [[Sipko Drijber]] terluka 2 kali. Pada tanggal [[23 Mei]], pasukan Belanda menderita kekalahan besar, ada 160 orang yang tak diikutsertakan lagi dalam serangan.
 
Di pagi berikutnya, pasukan bergerak ke Lampisang dan tempat tinggal Teuku Umar dibakar, diikuti dengan sebuah kubu yang kuat, yang terdiri atas Kampung Beradin dan Benteng Sebun. Secara keseluruhan, operasi di daerah Teuku Umar menelan 200 korban tewas dan terluka dari pihak Belanda. Setelah dihukum, pasukan kembali ke Kutaraja. JJK. de Moulin diangkat sebagai Gubernur Aceh namun hanya bertugas dalam waktu singkat. Pada tanggal [[7 Juli]] 1896, ia meninggal akibat [[hipertermia]].