Seminari Garum: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ranahilmu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Armada Riyanto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
 
== Selintas Sejarah Pendiriannya ==
=== Reportase Pertama ===
Reportase sejarah pendirian Seminari Garum ditulis pertama kali dalam sebuah artikel ringkas oleh Almarhum Romo Karl Prent CM, salah satu pembina seminari pada waktu itu, dalam bahasa Belanda, berjudul "Het Nieuwe Seminarie te Garum" (Seminari Baru di Garum). Tulisan ini dipublikasikan dalam majalah misi, ''Missiefront''.<ref>''Missiefront'', February 1960, hlm. 8-9. </ref>
 
Baris 9 ⟶ 10:
Dari kutipan reportase Romo Karl Prent CM di atas, Seminari Garum ternyata sudah dimulai (di tempat lain: di sebuah "kamar pastoran yang kotor") sebelas tahun yang silam (dari tahun 1959). Berarti, Seminari Garum memiliki awal pendirian tahun 1948. Dan, diketahui bahwa ketika Seminari Garum pertama kali digunakan tahun 1959, di situ terdapat pula pelajaran filsafat untuk 16 frater. Maksudnya, Seminari Garum pada awalnya juga sekaligus merupakan Seminari Tinggi (bagi para calon CM ketika itu), disamping pendidikan seminari menengah. Seminari Garum didirikan oleh para perintis Gereja Keuskupan Surabaya, para Romo CM, sebagai salah satu "puncak" karya misi bagi Keuskupan Surabaya.<ref>Bdk. dengan artikel dari Romo Jan Wolters CM, "Seminarie St. Vincentius te Surabaya," dalam ''Missiefront'', Agustus 1950, hlm. 150-154. Di dalam artikel itu, Romo Wolters CM menyebut bahwa karya seminari adalah karya puncak dari misi pengorbanan dan perintisan Romo-Romo CM bagi kevikariatan Surabaya.</ref>
 
=== Seminari Pertama ===
Dimana seminari pertama kali dimulai tahun 1948, yang disebut oleh Romo Karl Prent CM itu? Romo Prent dan Romo Wolters adalah dua imam yang merekam dengan baik apa yang terjadi tahun itu. Dikisahkan demikian: "Pada waktu awal [seminari] dapat disebut merupakan sebuah petualangan yang romantis. Hari-hari itu tahun 1948 adalah hari-hari kacau. Di suatu hari yang kacau oleh perang kemerdekaan, dimana wilayah negara dipisahkan oleh garis demarkasi, Pastor Dwidjosoesastro CM bersama dengan delapan anak berjalan kaki menembus garis demarkasi, datang ke Surabaya. Setelah perjalanan yang berliku-liku dan melelahkan, pada tanggal 29 Juni 1948, jam 12 siang, mereka tiba di Surabaya. Delapan itu adalah anak-anak Jawa yang ingin menjadi pastor, diantaranya dua yang tertua, Reksosoebroto dan Sastropranoto [juga Julius Haryanto] ketika itu (1948) sedang menyelesaikan studi mereka di Yogya dan kini [1959) mau menerima tahbisan. Keuskupan Surabaya sudah sejak lama sekali merindukan memiliki pastor sendiri. Sudah ada sebenarnya beberapa imam Jawa yang bekerja di Vikariat [Keuskupan Surabaya], namun sampai saat ini jumlah calon imam tidak cukup banyak untuk mendirikan seminari menengah sendiri."<ref>Karl Prent CM, "Het Nieuwe Seminarie te Garum", dalam ''Missiefront'', Februari 1960, hlm. 8</ref>
 
Yang dimaksud datang ke Surabaya ialah datang di Jalan Kepanjen No. 9, Surabaya, yang saat ini menjadi rumahRumah Provinsialat romo-romo CM. Baik Romo Jan Wolters CM maupun Romo Karl Prent CM berpendapat bahwa yang memulai pertama kali "seminari" di keuskupan Surabaya tahun 1948 tersebut adalah pastor Ignatius Dwidjosoesastro CM. Siapakah pastor Dwidjosoesastro ini? Dia adalah pastor Jawa Asli, CM pertama Indonesia, yang telah menjadi imam tahun 1941 di Belanda, dan kembali ke Indonesia tahun 1946 (sesudah Perang Dunia II). Dialah yang disebut sebagai "pro-vikaris apostolik" Surabaya pada waktu itu dari Vikaris Mgr. [[Michael Verhoeks CM]]. Ketika itu, wilayah vikariat Surabaya terbagi menjadi dua, karena perang agresi. Sebagian wilayah Mojokerto ke timur dikuasai oleh tentara Sekutu (Belanda), wilayah barat dikuasai oleh tentara rakyat Indonesia. Romo Dwidjosoesastro CM bertugas di wilayah barat.
 
Pada tanggal 25 Februari 1950, Seminari di Jalan Kepanjen No. 9 Surabaya dipindahkan di gedung sendiri, di Jalan Dinoyo 42. Ketika itu Jalan dinoyo 42 adalah mantan rumah Administrator daerah Darmo. Jika, ketika di Jalan Kepanjen, "rektor" seminari adalah Romo Superior Misi waktu itu, yaitu Romo van Megen CM; maka, di Jalan Dinoyo 42, rektor seminarinya adalah Romo van Driel CM.