T.B. Silalahi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Teddy s (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 32:
Pengabdian di bidang militer diawali sebagi Danton Yonkav 4 Siliwangi dalam operasi Kamdagri di [[Jawa Barat]] (1962),Wadanki dalam operasi Kamdagri di [[Sulawesi Selatan]] (1963-1965) bersamaan dengan operasi Dwikora. Danyonkav 8 Tank [[Kostrad]] (1972), ke [[Timur Tengah]] sebagai pasukan [[PBB]] pada perang Oktober 1973 antara [[Israel]] dan [[Mesir]] sebagai ''Camp Commandant UNEF Middle East'' di [[Kairo]]. Dosen Sesko AD (1974), Asops Kasdam XVI Hasanuddin di [[Ujung Pandang]] (1978), Kasdam IV Diponegoro (1984) dan Asisten Perencanaan dan Anggaran KASAD (1986) dengan pangkat [[Mayor Jenderal]] [[TNI]].
 
Sejalan dengan penugasannya, TB Silalahi memanfaatkan waktunya dengan mengikuti pendidikan di Fakultas Hukum [[Universitas Padjajaran]] [[Bandung]] sampai sarjana muda (1968) dan mendapatkan S1 pada '''Sekolah tinggi Hukum Militer''' dengan predikat ''Cumlaude'' (1995). Atas prestasinya dalam bidang pemerintahan dan sosial, ia beroleh gelar [[''[[Doctor Honoris Causa'']]'' dari [[Universitas Gregorio Araneta]], 8 agustus 1996 di [[Manila]], [[Filipina]]. Karir militernya dilanjutkan dengan tugas karya sebagai '''Sekretaris Jenderal Departemen Pertambangan dan Energi''' (1988). Pada masa Pemerintahan Presiden [[Soeharto]] (1993), Kabinet pembangunan VI, Ia mendapat kepercayaan menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan pangkatnya dinaikkan menjadi Letnan Jenderal TNI. Tahun 2004, Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] mengangkat TB Silalahi menjadi penasehat presiden yang kemudian pada tahun 2006 menjadi Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan pada tahun 2007 diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dalam bidang pertahanan dan keamanan.
 
TB Silalahi adalah pendiri dan anggota Dewan Pembina [[Yayasan Soposurung]] yang mendirikan dan mengelola sebuah sekolah unggulan di [[Balige]], [[Sumatera Utara]]. Menurunnya mutu pendidikan di Bonapasogit, menggerakkan hati TB Silalahi untuk turut serta bertanggungjawab, bersama teman-teman masa kecilnya (Alumni SMA Soposurung) beliau mendirikan [http://www.yasop.org/ '''Yayasan Soposurung''')], berupa sebuah asrama yang menampung siswa/i lulusan SMP yang terpilih melalui seleksi yang ketat untuk melanjutkan pendidikan di jenjang SMA, setiap tahun 40 orang putra-putri terbaik bonapasogit (sejak 2008 menjadi 80 orang) digembleng mental dan karakternya disamping mengikuti pendidikan formal di sekolah ('''SMAN 2 Balige'''). Konsep ini dikenal dengan istilah ''SMA Plus'' yang kemudian ditetapkan oleh Presiden [[Soeharto]] sebagai sekolah percontohan di seluruh [[Indonesia]]. Pekerjaan tidak sia-sia, saat ini ratusan alumni sedang menempuh kuliah diberbagiai perguaruan tinggi terbaik di [[Indonesia]]. Juga ratusan alumni sudah bekerja diberbagai bidang pekerjaan, swasta maupun negeri. Dalam maupun luar negeri.