Ambalat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aldo samulo (bicara | kontrib) ←Membatalkan revisi 3548194 oleh 125.167.93.40 (Bicara) |
|||
Baris 3:
== Awal persengketaan ==
Persoalan klaim diketahui setelah pada tahun 1967 dilakukan pertemuan teknis pertama kali mengenai hukum laut antara [[Indonesia]] dan [[Malaysia]]. Kedua belah pihak bersepakat (kecuali Sipadan dan Ligitan diberlakukan sebagai keadaan status quo ''lihat:'' [[Sengketa Sipadan dan Ligitan]]). Pada tanggal 27 Oktober 1969 dilakukan penandatanganan perjanjian antara Indonesia dan Malaysia, yang disebut sebagai ''Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia - Malaysia'', <ref name="law.fsu.edu">{{Citation | last = | first = | author-link = | last2 = | first2 = | author2-link = | title = Continenetal Shelf Boundary: Indonesia-Malaysia | journal = International Boundary Study Series a Limit in the Seas | volume = 1 | issue = | pages = | date = | url = http://www.law.fsu.edu/library/collection/LimitsinSeas/ls001.pdf |format=PDF| doi = | id = }}([http://www.law.fsu.edu/library/collection/LimitsinSeas/maps/ls1.html map])</ref> kedua negara masing2 melakukan ratifikasi pada 7 November 1969, tak lama berselang masih pada tahun [[1969]] Malaysia membuat peta baru yang memasukan pulau Sipadan, Ligitan dan Batu Puteh (Pedra blanca) tentunya hal ini membingungkan [[Indonesia]] dan [[Singapura]] dan pada akhirnya Indonesia maupun Singapura tidak mengakui peta baru Malaysia tersebut. Kemudian pada tanggal [[17 Maret]] [[1970]] kembali ditanda tangani ''Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia''. <ref>{{Citation | last = | first = | author-link = | last2 = | first2 = | author2-link = | title = Indonesia-Malaysia Territorial Sea Boundary | journal = International Boundary Study Series a Limit in the Seas | volume = 50 | issue = | pages = | date = | year = | url = http://www.law.fsu.edu/library/collection/LimitsinSeas/ls050.pdf |format=PDF| doi = | id = }} ([http://www.law.fsu.edu/library/collection/LimitsinSeas/maps/ls50.html map])</ref> Akan tetapi pada tahun [[1979]] pihak Malaysia membuat peta baru mengenai tapal batas kontinental dan maritim dengan yang secara sepihak membuat perbatasan maritimnya sendiri dengan memasukan blok maritim Ambalat ke dalam wilayahnya yaitu dengan memajukan koordinat 4° 10' arah utara melewati [[Pulau Sebatik]]. <ref name="HARVARD">[http://www.asiaquarterly.com/content/view/160/ Energy Security and Southeast Asia: The Impact on Maritime Boundary and Territorial Disputes]. Harvard Asia Quarterly. Fall 2005.</ref> Indonesia memprotes dan menyatakan tidak mengakui klaim itu, merujuk pada ''Perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia - Malaysia'' tahun 1969 dan ''Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia dan Malaysia'' tahun 1970. Indonesia melihatnya sebagai usaha secara terus-menerus dari pihak [[Malaysia]] untuk melakukan [[ekspansi]] terhadap wilayah Indonesia. Kasus ini meningkat profilnya setelah [[Pulau Sipadan]] dan [[Pulau Ligitan|Ligitan]], juga berada di blok Ambalat, dinyatakan sebagai bagian dari [[Malaysia]] oleh [[Mahkamah Internasional]].
== Aksi-aksi sepihak ==
|