Pasang Surut Dinasti Mataram: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
Baris 26:
5. Mangkubumi kepada Mas Said menantu secara implisit dengan Perjanjian Giyanti menyampaikan maksud bahwa dirinya mampu mencapai level legitimasi kerajaan sebagai Sultan meskipun terikat perjanjian dengan [[Belanda]].
 
6. Dengan '''Perjanjian Giyanti''' [[Mangkubumi]] melegitimasi diri sebagai '''penguasa''' kerajaan yang secara sah memiliki kewajiban menumpas pemberontak atau kekuatan kekuatan yang menentang Kerajaan.
 
== Perundingan II Pembagian Mataram ==
Baris 37:
2. Mas Said tanpa [[Belanda]] dan [[Mangkubumi]] berhasil menjadi [[Raja Muda]] dengan mendapatkan wilayah kekuasaan yang diambil dari wilayah [[Surakarta]] dan [[Yogyakarta]].
 
3. Mas Said memberikan keyakinan kepada mertuanya Mangkubumi bahwa tanpa persekutuan dengan Mangkubumi masih membuktikan keunggulannya dengan menggulung kekuatan gabungan sampai menewaskan '''Van Der Poll''' dan ancaman pembakaran '''Kraton''' Mangkubumi. '''Van der Poll''' adalah pahlawan perang Madura dan komandan utama pasukan gabungan.
 
4. Mas Said dengan merangkul Paku Buwono III kepada mertuanya Mangkubumi menyampaikan suatu kritik secara tersirat bahwa pecahnya [[Mataram]] menjadi dua bagian bukan keinginannya melainkan keinginan Mangkubumi. Belanda sampai kapan pun tidak akan mengijinkan Mangkubumi menjadi Raja di wilayah yang tunggal. [[Pembagian Mataram]] selain ijin Belanda juga kesepakatan Mangkubumi.
Baris 47:
== Stabilitas Mataram Yang Dipaksakan ==
 
Riwayat Mataram akhirnya sampai pada perundingan di Magelang yang merupakan suatu muslihat untuk mengakhiri perang yang berlarut larut di Jawa. '''Perjanjian Giyanti dan Salatiga''' ternyata masih menyimpan '''Bara''' dalam sekam karena tahun 1825-1830 [[Jawa]] kembali diacak acak oleh peperangan. Dalam perjalanan waktu sampai pada perundingan di Magelang disini dapat ditelusur lintasan dari pasang surutnya wangsa atau dinasti Mataram dalam mempertahankan keberadaannya. Berakhirnya Perang Jawa ini menandai terselenggaranya suatu kawasan yang stabil di Mataram dengan penyederhanaan wilayah masing masing dinasti.
 
'''1. Dinasti Baru'''
Baris 77:
Dengan demikian maka pada akhir abad 17 dan awal abad 18 tiga dinasti di jawa ini selanjutnya dipegang oleh; [[Paku Buwono IV]], [[Hamengku Buwono II]] dan [[Mangkunegara II]].
 
Pada awal abad 18 (tahun 1800) VOC-Belanda dibubarkan dan diwarisi oleh pemerintah kerajaan Belanda. KetikaBelanda diserbu Napoleon dan dianeksasi kedalam wilayah Perancis maka wilayah diseberang lautan yaitu Hindia Belanda menjadi kewenangan Perancis yang mengirimkan [[Daendels]] datang ke [[Jawa]].
 
Dalam waktu relatif singkat selama lebih kurang 10 tahun, di jawa telah berganti para [[Gubernur Jenderal]] di Batavia dari [[Perancis]] ke [[Inggris]] kemudian [[Belanda]]. Masa pemerintahan [[Daendels]] dan [[Raffles]] ini dapat diketahui prestasi prestasi tiga dinasti dalam pergaulan dan diplomasinya dengan pemerintaha pendudukan dalam eksistensi dan penampilannya;
Baris 93:
1). Hamengku Buwono II terjebak kedalam konflik internal kerajaan yang melibatkan kerabat dalam sendiri. Intrik dan konflik yang tidak bisa ditanganinya menyebabkan kemerosotan eksistensi KaSultanan Yogyakarta.
 
2). Hamengku Buwono II terhimpit oleh jaringan kelompok kelompok kepentingan dalam keraton yang sulit didamaikan dan potensi mengundang campur tangan pihak luar istana untuk memenangkan tujuan dan kepentingan masing masing kelompok yang saling bertikai/konflik.
 
3). Hamengku Buwono II mengalami pemakzulan sebagai Sultan dengan pemaksaan kekuatan militer yang dilakukan oleh [[Daendels]] dan [[Raffles]]. Akibat yang lebih jauh kekuasaan Kasultanan dibelah dengan munculnya '''Paku Alaman''' yang mengambil wilayah 4000 karya dari Kasultanan.
 
'''c. Mangkunegaran'''
Baris 101:
1). [[Mangkunegara II]] membentuk Korps militer bersenjata pilihan dengan nama '''Legiun mangkunegaran'''
 
2). Mangkunegara II memperluas wilayah mangkunegaran dari 4000 karya menjadi 5000 karya serta memperbesar jumlah personil ''Legiun Mangkunegaran''' dari 800 menjadi 1150 personil dan akhirnya 1500 personil.
 
3). Mangkunegara II mengadakan penyerbuan ke Yogyakarta untuk mencegah meluasnya konflik internal keluarga dan mencegah pembubaran KaSultanan Yogyakarta.
 
'''5. Dinasti Yang Penuh Konflik'''