Pasang Surut Dinasti Mataram: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k bot kosmetik perubahan |
Ranggajaya (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Pasang surut dinasti Mataran''' adalah benang merah yang mencermati gejolak antar waris tahta terutama pada perebutan tahta III yang pada akhirnya melahirkan dinasti dinasti yang baru sebagai kelanjutan dari dinasti Mataram. Tampilnya dinasti baru sebagai kelanjutan dengan para cikal bakal mencatatkan sejarah tersendiri sebagai suatu strategi bangsa Indonesia di wilayah jawa menghadapi hegemoni kekuasaan Belanda sekaligus benteng budaya dengan corak dasar sama (Jawa) tetapi mengembangkan dengan gaya/style berbeda
== Perebutan Kekuasaan di mataram ==
Menelusur perebutan kekuasaan di '''Mataram''' menjadi sangat unik ketika dua kubu yang semula bermusuhan dan berhadapan di kemudian hari bergandeng tangan dengan segala romantisme waktu.Antara kekuasaan dan kebudayaan yang didalamnya memeuat unsur unsur religi dalam kekausaan Mataram disatukan dan penguasa tampil sebagai personifikasi yang diagungkan dan dijunjung tinggi.
'''1. Sultan Agung'''
[[Sultan Agung]] tampil sebagai penguasa [[Mataram]] menggantikan adiknya [[RM.Martapura]] yang hanya sebentar duduk di kursi tahta Mataram.Selanjutnya tampil [[RM.Rangsang]] menempati tempat yang ditinggalkan oleh adiknya.Ceritera babad mengisahkan dengan begitu romantismenya dan menutup kesan telah terjadi penggeseran tampuk kekuasaan. '''RM. Martapura''' menjadi raja Mataram bukan sekadar basa basi karena pesan raja sebelumnya adalah hukum yang tidak boleh dilanggar.
'''2. Sunan Amral dan Pangeran Puger'''
Pemberontakan '''Trunajaya''' yang kemudian menguras harta benda danpenduduk '''Mataram''' telah menimbulkan konflik antar kaka beradik yaitu [[Sunan Amral]] dan [[Pangeran Puger]].Konflik anata kakak dan adik menghasilkan dua penguasa Mataram sebagai raja dengan dua keraton.Sunan Amral tampil sebagai penguasa Mataram di kartasura sedang pangeran Puger tampil sebagai penguasa Mataram di Keraton Plered. Antara Sunan Amral dengan Pangeran Puger kemudian dicapai kata sepakat dan Pangeran Puger mengakhiri Mataram yang di Plered sebagai raja.Mataram berhasil disatukan dengan Sunan Amral sebagai Raja Mataram.
'''3. Sunan Mas Dengan Pangeran Puger'''
Sunan Amral digantikan oleh putra mahkota yang tampil sebagai Sunan Mas menggantikan ayahnya sebagai penguasa.Konflik pada masa ini terjadi antara Pangeran Puger dan Sunan Mas.Pangeran Puger dengan bantuan militer Belanda menyerbu keraton dan berhasil mengusir Sunan mas dari kursi kekuasaan. Pangeran Puger kemudian berkuasa dngan gelar Sunan Pakubuwono I.
'''4. Pangeran Arya Mangkunegara Dengan Pangeran Balitar'''
Pola perebutan kekuasaan terulang kembali selewat Pakubuwono I. Putra Mahkota Mangkunegara yang menjadi penguasa menggantikan ayahnya tidak mempergunakan gelar Pakubuwono melainkan gelar pendahulu ayahnya dan untuk dirinya Pangeran Mangkunegara setelah menjadi raja Mataram bergelar Sunan Amangkurat IV.
Dalam konflik anatara Pangeran Mangkunegara dengan Pangeran Balitar, Belanda sekali lagi berpihak yang diramalkan memiliki peluang untuk menang yaitu Mangkunegara.
'''5. Sunan Pakubuwono II dengan Pangeran Arya Mangkunegara Kartasura'''
Semula Sunan Amangkurat IV menyiapkan putera sulungnya menjadi putra mahkota menggantikan dirinya.RM. Suro sebagai putera tertua Sunan diwisuda sebagai sebagai putra mahkota dengan gelar yang sama seperti Amangkurat IV yaitu gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara.
Sepeninggal Sunan, kedudukan putra mahkota bergeser dari Mangkunegara kepada adiknya Pangeran Adipati Anom yang kemudian setelah menjadi raja bergelar Sunan Pakubuwono II.Meski tergeser dari kedudukan calon raja, Pangeran Mangkunegara tetap menjalankan tugas tugasnya di mataram tetapi keberadaan sang pangeran menajdikan sang adik tidak begitu nyaman dalam menajlankan pemerintahannya.Alhasil Pangeran Mangkunegara kartasura dibuang ke Ceylon.
'''6. Pakubuwono II Dengan Amangkurat V'''
Pakubuwono II tidak pernash sepi dari tantangan dan setelah mendepak kakaknya Pakubuwono II yang peragu ini digulingkan dari kursi kasunanan oleh pemberontakan yangdidukung oleh orang Cina dan Jawa yang dikenal sebagai [[geger pacina]]. Pemberontakan yang berhasil ini kemudian mengangkat cucu Sunan Mas sebagai raja Mataram dengan gelar Sunan Amangkurat V.
Pakubuwono II yang teruysir dari singgasana kerajaan mencari bantuan Belanda dan Cakraningrat dari Madura untuk mengusir para agresor yang berhasil.Satuan gabungan belanda-Mataram-Madura berhasil mendepak Amangkurat dari singgasana dan terus melakukan pengejaran menangkap Amangkurat V.Penangkapan Sunan berakhir dengan keputusan pembuangan Amangkurat V ke Ceylon.
'''7. Pakubuwono II Dengan Raden Mas Said'''
Keberhasilan penangkapan Amangkurat V oleh satuan Belanda-Mataram-Madura tidak diikuti dengan keberhasilan menangkap panglima perang Amangkurat V yaitu Pangeran Prangwadana, yang tidak lain adalah Raden Mas Said putera Pangeran Arya Mangkunegara Kartasura.
Mas Said yang tidak tertangkap memperkuat barisan di Sukowati sampai kemudian ada sayembara perang penumpasan pemberontakan.Pangeran Mangkubumi adik Pakubuwono II menyanggupi maju dalam sayembara dan pasukan pemvberontak dapat terusir dari Sukowati tanpa penangkapan Mas Said. Tidak tertangkapnya Mas Said oleh Pangeran Mangkubumi menjadi kecurigaan yang berujung pada bergabungnya sang pangeran kepada pemberontak.
'''Solo''' adalah tempat atau ibukota Kraton [[Mataram]] sedangkan Giyanti, Salatiga dan Magelang adalah tempat yang menyisakan catatan catatan sejarah Mataram. Perhelatan kekuasaan '''Mataram''' meninggalkan jejak jejak nya di tempat tempat termasud; Solo, Giyanti (Sragen), Salatiga dan Magelang.
|