Ramadhan K.H.: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-ramadhan +ramadan)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Ramadhan +Ramadan)
Baris 1:
[[Berkas:RamadhanRamadan kh.jpg|right|thumb|RamadhanRamadan KH]]
'''RamadhanRamadan K.H.''' yang nama lengkapnya adalah '''RamadhanRamadan Karta Hadimadja''' ({{lahirmati|[[Kota Bandung|Bandoeng]]|16|3|1927|[[Cape Town]], [[Afrika Selatan]]|16|3|2006}}) adalah seorang penulis biografi Indonesia. Ia meninggal setelah menderita [[kanker prostat]] selama ±3 bulan.
 
'''Kang Atun''', panggilan akrab RamadhanRamadan, adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Ayahnya, Rd. Edjeh Kartahadimadja, adalah seorang patih Kabupaten Bandung pada masa kekuasaan [[Hindia Belanda]]. Ia dilahirkan dari perkawinan ayahnya dengan Saidah. [[Aoh K. Hadimadja]] ([[1911]] - [[1972]]) yang juga dikenal sebagai penyair dan novelis itu, adalah kakak kandung seayah RamadhanRamadan yang lahir dari rahim istri pertama ayahnya yakni Rd. Djuwariah binti Martalogawa. Ketika usia RamadhanRamadan masih belum genap tiga bulan, ayahnya terpikat perempuan lain dan menceraikan Saidah yang langsung dikembalikan ke kampung. Pengalaman tersebut membuat ia dekat dengan sosok ibu dan menghayati derita kaum perempuan.
 
== Pendidikan dan pekerjaan ==
RamadhanRamadan pernah bekerja selama 13 tahun sebagai wartawan [[Kantor Berita Antara|Antara]]. Lalu, dia minta berhenti karena tak tahan melihat merajalelanya korupsi waktu itu. Dia tercatat sebagai mahasiswa [[Institut Teknologi Bandung|ITB]] dan Akademi Dinas Luar Negeri di Jakarta, kedua-duanya tidak tamat. Dia juga pernah bertugas sebagai Redaktur Majalah Kisah, Redaktur Mingguan Siasat dan Redaktur Mingguan Siasat Baru.
 
Semasa hidupnya RamadhanRamadan terkenal sebagai penulis yang kreatif dan produktif. Ia banyak menulis puisi, cerpen, novel, biografi, dan menerjemahkan serta menyunting.
 
Kumpulan puisinya yang diterbitkan dengan judul "Priangan Si Djelita" (1956), ditulis saat RamadhanRamadan kembali ke Indonesia dari perjalanan di Eropa pada 1954. Kala itu, ia menyaksikan tanah kelahirannya, [[Jawa Barat]], sedang bergejolak akibat berbagai peristiwa separatis. Kekacauan sosial politik itu mengilhaminya menulis puisi-puisi tersebut.
 
Sastrawan [[Sapardi Djoko Damono]], menilai buku tersebut sebagai puncak prestasi RamadhanRamadan di dunia sastra Indonesia. Menurut Sapardi, buku itu adalah salah satu buku kumpulan puisi terbaik yang pernah diterbitkan di Indonesia. "Dia adalah segelintir, kalau tidak satu-satunya, sastrawan yang membuat puisi dalam format tembang [[kinanti]]," papar Sapardi.
 
Pada tahun-tahun terakhir hidupnya RamadhanRamadan tinggal di Capetown mengikuti istrinya, [[Salfrida Nasution]], yang bertugas sebagai [[Konsul Jenderal]] [[Indonesia|Republik Indonesia]] di kota itu. Sebelumnya ia pernah tinggal di [[Los Angeles]], [[Paris]], [[Jenewa]], dan [[Bonn]], menyertai istrinya yang terdahulu, Pruistin Atmadjasaputra, juga seorang diplomat, yang dikenal dengan panggilan "Tines". Tines, yang dinikahinya pada [[1958]], mendahuluinya pada [[10 April]] [[1990]] di [[Bonn]], [[Jerman]]. Setelah ditinggal istrinya, pada tahun [[1993]] RamadhanRamadan menikah kembali dengan Salfrida, seorang sahabat istrinya yang pernah menyumbangkan darahnya ketika Tines sakit.
 
== Korban fitnah ==
Pada tahun [[1965]] RamadhanRamadan sempat ditahan selama 16 hari di Kamp Kebon Waru, Bandung, bersama-sama dengan [[Dajat Hardjakusumah]], ayah kelompok pemusik [[Bimbo]] yang saat itu menjabat pimpinan Kantor Antara Cabang Bandung.
 
Keduanya ditahan karena dilaporkan bertemu [[A. Karim DP]] dan [[Satyagraha]], pimpinan PWI ([[Persatuan Wartawan Indonesia]]) Pusat yang masa itu dianggap berideologi kiri dan mendukung [[G-30-S]]. Oleh karena itu, mereka juga dianggap pendukung G-30-S. Belakangan ia baru tahu bahwa mereka difitnah kelompok lain dapat menguasai kantor Antara cabang Bandung. Sesudah enam belas hari dalam tahanan, keduanya dibebaskan dan pimpinan pusat Antara memindahkannya ke Jakarta. RamadhanRamadan langsung pindah ke Jakarta.
 
== Menulis biografi Presiden [[Soeharto]] ==
Pada 1982, ketika tinggal di Jenewa, RamadhanRamadan dihubungi oleh Kepala Mass Media [[Sekretariat Negara R.I.|Sekretariat Negara]] di [[Jakarta]], [[Gufran Dwipayana]] yang mengajaknya untuk menulis biografi [[Soeharto]] yang masih menjabat sebagai presiden R.I. waktu itu. RamadhanRamadan mula-mula menolak, karena sebagai orang Jawa Barat merasa tak menguasai budaya Jawa, daerah asal Soeharto. Namun Soeharto sudah menjatuhkan pilihan pada RamadhanRamadan.
 
Nama RamadhanRamadan dipilih lantaran bukunya, [[Kuantar ke Gerbang]], biografi kisah cinta [[Inggit Garnasih]] dengan Presiden [[Soekarno]] sangat berkesan bagi Dwipayana, orang dekat Soeharto, yang dipercayai menentukan calon penulis biografi Soeharto.
 
Selama penulisan biografi Soeharto hanya dua kali Kartahadimadja bertemu dengan orang terkuat di masa Orde Baru. Pertanyaan di luar pertemuan itu diajukan Kartahadimadja dengan cara merekamnya. Lalu rekaman itu dititipkannya lewat Dwipayana, yang setiap Jumat bertemu Soeharto. Berdasarkan rekaman jawaban itulah RamadhanRamadan lebih banyak bekerja.
 
Penulisan biografi Soeharto membuat RamadhanRamadan merasa tertekan, tak sama dengan ketika dia menulis buku biografi tokoh lain. Dia merasa berat melakukannya karena takut salah tulis atau malah ditangkap.
 
RamadhanRamadan biasanya mengajak seorang atau lebih penulis lain untuk menulis biografi. Selain meringankan tugas, sekiranya dia berhalangan, sakit, atau meninggal dunia, penulisan buku itu tidak terhenti.
 
Tidak selamanya perjalanan RamadhanRamadan dalam menulis berjalan mulus. Rencana menulis biografi [[Ibnu Soetowo]], mantan Direktur Utama [[Pertamina]], dan [[Wiweko]], tokoh penerbangan nasional, gagal lantaran perselisihan antara narasumber dengan rekan Kartahadimadja yang membantunya menulis. Penulisan biografi Yulia Sukamdani juga batal karena permintaan suaminya.
 
Setelah Tines berpulang, RamadhanRamadan kembali ke Indonesia bersama kedua anaknya. Ia ingin menagih honor kepada Soeharto, tetapi Dwipayana sudah meninggal dunia. Sekretaris Militer Presiden Syaukat Banjaransari menyarankannya agar menulis surat langsung kepada Presiden. Beberapa hari kemudian datang telepon dari Kolonel [[Wiranto]], ajudan Presiden Soeharto. Ia diminta datang ke [[Istana Cendana|Jl. Cendana]]. Bersama Gumilang ia datang, masuk ke halaman, langsung diberi mobil [[Honda Accord]] warna merah. Mobil baru dengan jok terbungkus plastik. Namun Soeharto tidak menemuinya. Mereka hanya bertemu di depan garasi dan terbatas dengan Wiranto.
 
== Akhir hayat ==
Pada hari-hari terakhirnya, RamadhanRamadan kembali menekuni kegemarannya di masa lalu, melukis. Salah satu tema lukisan kesayangannya adalah rangkaian pegunungan di belakang rumahnya di Cape Town.
 
Ia meninggal dunia tepat pada peringatan hari kelahirannya yang ke-79 tahun. Ia meninggalkan istrinya, Salfrida, dua orang putra dari Tines, [[Gilang RamadhanRamadan|Gilang]] dan Gumilang, dan lima orang cucu.
 
RamadhanRamadan pernah mendapatkan sejumlah penghargaan, antara lain "Hadiah Sastra ASEAN" (Southeast Asia Write Award) pada [[1993]]. Pada tahun [[2001]] ia diangkat menjadi anggota kehormatan Perhimpunan Sejarahwan Indonesia. Selain itu RamadhanRamadan juga merupakan salah seorang anggota [[Akademi Jakarta]].
 
== Karya-karya RamadhanRamadan ==
=== Biografi ===
* [[Kuantar ke Gerbang]]: kisah cinta kisah cinta [[Inggit Garnasih|Ibu Inggit]] dengan [[Soekarno|Bung Karno]] (1981)
Baris 57:
* H. Priyatna Abdurrasyid - dari Cilampeni ke New York: mengikuti hati nurani (2001)
* H. Djaelani Hidajat - dari tukang sortir pos sampai menteri: sebuah otobiografi (ditulis bersama dengan Tatang Sumarsono) (2002)
* Pergulatan tanpa henti - Adnan Buyung Nasution (dibantu dituliskan oleh RamadhanRamadan K.H. dan Nina Pane) (2004)
 
=== Novel ===
Baris 67:
=== Puisi ===
* Priangan si Djelita: kumpulan sandjak (1956)
* Am Rande des Reisfelds: zweisprachige Anthologie moderner indonesischer Lyrik / herausgegeben von Berthold Damshäuser und RamadhanRamadan K.H. aus dem indonesischen übersetzt von Berthold Damshäuser = Pinggir sawah : antologi dwibahasa puisi Indonesia modern / disunting bersama dengan Berthold Damshäuser, diterjemahkan ke dalam [[bahasa Jerman]] oleh Berthold Damshäuser (1990)
* Gebt mir Indonesien zurück! - Anthologie moderner indonesischer Lyrik / herausgegeben von Berthold Damshäuser und RamadhanRamadan K.H.; aus dem Indonesischen übersetzt von Berthold Damshäuser, mit einem Vorwort von Berthold Damshäuser (1994)
* Jakarta & Berlin dalam cermin puisi: antologi dwibahasa dengan puisi mengenai Jakarta dan Berlin (2002)
* Antologie Bilingue de la Poesie Indonesienne Contemporaine: antologi puisi dwibahasa Indonesia-Prancis (..)
Baris 92:
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.kompas.com/gayahidup/news/0603/16/175226.htm/ "Sastrawan RamadhanRamadan KH Berpulang"], ''KOMPAS''
* {{id}} [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/17/0105.htm "Selamat Jalan, Kang RamadhanRamadan K.H."], ''Pikiran Rakyat''
* {{id}} [http://72.14.203.104/search?q=cache:qvIFbCfMjMoJ:www.pantau.or.id/txt/27/06.html+rumah+bernarda+alba&hl=en&gl=us&ct=clnk&cd=6/ RamadhanRamadan Kartahadimadja], ''Pantau''
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/r/ramadan-kh/index.shtml/ Tokoh Indonesia]
* {{id}} [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0207/18/naper/hari12.htm/ 16 Hari dalam Kehidupan RamadhanRamadan KH]
 
{{lifetime|1927|2006|RamadhanRamadan K.H.}}
 
[[Kategori:Tokoh dari Bandung]]