Ulos: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 55:
Memang, ada juga pihak yang menyebutkan “Budaya Batak” itu jangan kaku, terjebak dalam pemahaman sempit yang hanya terkait dengan acara seremonial. Esensi daripada pemahaman saat mangulosi seharusnya jangan dilebarkan. Sebab fungsi ulos itu menjadi “ada” ketika dia diuloskan, disampirkan di punggung.
“Kegenitan budaya” Batak ini perlu terus dikritik. Mangulosi para persohor itu sama dengan mencoreng adat dan melenyapkan esensi sebuah tradisi. Pakem yang sudah berakar-berurat jangan sampai tercerabut. ***oleh: Hotman J. Lumban Gaol
 
 
tentang penulis: Hotman J. Lumban Gaol alias Hojot Marluga, lahir di Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang-Hasundutan, Sumatera Utara pada 1 September 1978. Sejak lulus dari STM tahun 1996, dia bekerja sebagai buruh pabrik di PT PYN Manufacturing di Bantar Gebang, Bekasi. Krisis moneter tahun 1998, membuatnya di PHK, sejak itu, dia bekerja serabutan. Tahun 1999, dia diterima berkerja di tabloid Jemaat Indonesia sebagai sirkulasi. Dari sana dia belajar menulis di majalah Industri dan Bisnis. Kemudian bergabung di majalah rohani Devotion dan majalah Berita Indonesia sampai tahun 2006. Tahun 2007-Mei 2010 wartawan majalah TAPIAN, hingga terakhir Manager Marketing di majalah tersebut. Sejak Juli 2010 menjadi wartawan majalah Narwastu Pembaruan.