Pragaan, Sumenep: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 202.70.58.122 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh TjBot |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-merubah +mengubah) |
||
Baris 32:
Perdagangan di sepanjang jalan utama berpusat di sekitar pasar Prenduan yang sejak tahun 1972 sudah dipindahkan ke bagian Barat Desa. Namun hingga kini kegiatan perdagangan di bekas lokasi pasar lama masih berlangsung dengan intensitas kesibukan yang masih padat.
Selain sebagai daerah perdagangan desa ini juga sangat dikenal sebagai desa santri. Sejak terjadinya kerusuhan anti Cina pada tahun 1920-an. Penduduk etnis Cina yang sebetulnya telah banyak berkontribusi terhadap majunya perdagangan di desa ini diusir dari desa. Sejak itu pula penduduk desa 100% terdiri dari penduduk pribumi dan seluruhnya beragama Islam. Pendidikan keagamaan di desa ini sangat kuat. Tokoh penting dalam penyebaran dan pendidikan ke Islaman tidak terlepas dari peran seorang saudagar yang kaya raya pada jamannya yaitu Kiyai Gema. Selanjutnya melalui keturunannya berkembang pondok pesantren yang sangat besar pengaruhnya dalam kemajuan pendidikan agama Islam adalah Pondok Pesantren AL-Amin yang didirikan oleh Kiyai Jauhari dan selanjutnya diserahkan kepada putera-puterinya. Pondok pesantren putera Al-Amin dipimpin oleh Kiyai Ahmad Tijani (alm) yang menempuh pendidikan agama di Saudi Arabia dan sempat lama tinggal disana sebagai pejabat di Sekjen Rabitah Alam Islamie. Pimpinan harian lebih banyak dikelola oleh adiknya yaitu Kiyai Idries Jauhari. Pada sekitar tahun 1989-an adiknya Kiyai Mahtum yang sebelumnya menempuh pendidikan di saudi arabia dan sempat bermukim cukup lama disana pulang dan memimpin pondok pesantren puteri al-Amin.
Perdagangan di desa terutama sekitar tahun 60-80an berupa perdagangan tembakau dan gula siwalan. Melalui tembakau desa ini termasuk daerah yang kaya. Pengusaha pribumi tumbuh dengan nilai kekayaan yang cukup besar. Banyak diantaranya kemudian memiliki pergaulan dengan para pengusaha di pulau Jawa. Dan mereka banyak juga yang memiliki rumah-rumah mewah tidak saja di desa tetapi juga di pulau Jawa. Rumah di Jawa digunakan untuk memudahkan mereka selama mengurusi pusaha perdagangannya di Jawa, selain untuk menyekolahkan putera-puteri mereka di sekolah-sekolah bergengsi di Jawa. Keberhasilan perdagangan tembakau pada saat itu telah
Satu hal yang sangat penting pula adalah peran penguasaha dalam pengembangan keislaman di desa. Pengusaha dan kiyai berkolaborasi dalam mejukan pendidikan di desa. Pengusaha menjadi tulang punggung dalam pendanaan pengembangan pondok pesantren. Demikian pula banyak pemuda-pemuda yang cerdas diberangkatkan ke berbagai kota untuk menimba ilmu ke Islaman atas biaya penguasaha dan selanjutnya para pemuda tersebut diminta kembali ke desa untuk bersama-sama mengembangkan ilmu dan pendidikan yang telah dirintis oleh para Kiyai.
|