Sejarah Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 29:
 
== Kejatuhan Majapahit ==
Sebelum 1450, Islam telah memperoleh tempat berpijak di istana Majapahit di Jawa Timur. Van Leur memperkirakan hal ini ditolong oleh adanya disintegrasi budaya Brahma di India. [[Surabaya]] (Ampel) menjadi pusat belajar Islam dan dari sana para pengusaha Arab yang terkenal meluaskan kekuasaan mereka. Jatuhnya kerajaan Jawa, yaitu [[kerajaan Majapahit]] pada tahun [[1468]] dikaitkan dengan intrik dalam keluarga raja karena fakta bahwa putra raja, [[Raden Patah]] masuk Islam. Tidak seperti pemimpin-pemimpin Hindu, para misionaris Islam mendorong kekuatan militer supaya memperkuat kesempatan-kesempatan mereka. Memang tidak ada tentara asing yang menyerbu Jawa dan memaksa orang untuk percaya, namun dipergunakan kekerasan untuk membuat para penguasa menerima iman [[Muhammad]]. Baik di Jawa Timur maupun Jawa Barat, pemberontakan dalam keluarga-keluarga raja digerakkan oleh tekanan militer Islam. Ketika para bangsawan berganti keyakinan, maka rakyat akan ikut. Meskipun demikian, Vlekke menunjukkan bahwa perang-pra keagamaan jarang terjadi di sepanjang sejarah Jawa.
 
== Kerajaan Demak ==
Raden Patah menetap di Demak yang menjadi [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam|kerajaan Islam]] pertama di Jawa. Ia mencapai puncak kekuasaannya menjelang [[1540]] dan pada waktunya menaklukkan suku-suku hingga ke Jawa Barat. Bernard Vlekke mengatakan bahwa Demak mengembangkan wilayahnya hingga Jawa Barat karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan Islam. Pada waktu itu, [[Sunan Gunung Jati]], seorang pangeran Jawa, mengirim putranya [[Hasanuddin]] dari Cirebon, untuk mempertobatkan orang-orang Sunda secara ekstensif. Pada [[1526]], baik Banten maupun [[Sunda Kelapa]] berada di bawah kontrol Sunan Gunung Jati yang menjadi [[sultan Banten]] pertama. Penjajaran Cirebon dengan Demak ini telah menyebabkan Jawa Barat berada di bawah kekuasaan Islam. Pada kuartal kedua abad ke-16, seluruh pantai utara Jawa Barat berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya telah menjadi Muslim. Karena menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira 260.000 jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah penduduk jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika orang-orang Sunda masih merupakan suku kecil yang berlokasi terutama di pantai-pantai dan di lembah-lembah sungai seperti [[Ciliwung]], [[Citarum]], dan [[Cisadane]].
 
== Natur Islam ==
Ketika Islam masuk ke Sunda, memang ditekankan [[rukun Islam|lima pilar utama]] agama, namun dalam banyak bidang yang lain dalam pemikiran keagamaan, sinkretisme berkembang dengan cara pandang orang Sunda mula-mula. Sejarawan Indonesia [[Soeroto]] yakin bahwa Islam dipersiapkan untuk hal ini di India. "Islam yang pertama-tama datang ke Indonesia mengandung banyak unsur filsafat Iran dan India. Namun justru komponen-komponen merekalah yang mempermudah jalan bagi Islam di sini." Para sarjana yakin bahwa Islam menerima kalau adat -istiadat yang menguntungkan masyarakat harus dipertahankan. Dengan demikian Islam bercampur banyak dengan Hindu dan adat istiadat asli masyarakat. Perkawinan beberapa agama ini biasa disebut "[[agama Jawa.]]". Akibat percampuran Islam dengan sistem kepercayaan majemuk, yang sering disebut ''[[aliran kebatinan]]'', memberi deskripsi akurat terhadap kekompleksan agama di antara suku Sunda saat ini.
 
== Kolonialisme Belanda ==
Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada [[1596]], Islam telah menjadi pengaruh yang dominan di antara kaum ningrat dan pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Secara sederhana, Belanda berperang dengan pusat-pusat kekuatan Islam untuk mengontrol perdagangan pulau dan hal ini menciptakan permusuhan yang memperpanjang konflik [[Perang Salib]] masuk ke arena Indonesia. Pada [[1641]], mereka mengambil alih Malaka dari [[Portugis]] dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan Belanda terhadap kerajaan Mataram sangat kuat hingga mereka mampu merebut hak-hak ekonomi khusus di daerah pegunungan (Priangan) Jawa Barat. Sebelum [[1652]], daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan mereka. Ini mengawali 300 tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang hanya berakhir pada saat [[Perang Dunia II]].
 
Peristiwa-peristiwa pada abad ke-18 menghadirkan serangkaian kesalahan Belanda dalam bidang sosial, politik, dan keagamaan. Seluruh dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah persyaratan-persyaratan yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para penguasa lokal. Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat mengadakan revolusi menentang kesultanan yang dikendalikan oleh seorang wanita Arab, [[Ratu Sjarifa]]. Menurut [[Ayip Rosidi]], Ratu Sjarifa adalah kaki tangan Belanda. Namun, Vlekke berpendapat bahwa "[[Kiai Tapa]]", sang pemimpin, adalah seorang Hindu, dan bahwa pemberontakan itu lebih diarahkan kepada pemipin-pemimpin Islam daripada kolonialis Belanda. (Sulit untuk melakukan rekonstruksi sejarah dari beberapa sumber karena masing-masing golongan memiliki kepentingan sendiri yang mewarnai cara pencatatan kejadian.)
 
== Agama bukanlah isu hingga tahun 1815 ==
Selama 200 tahun pertama [[Belanda]] memerintah di Indonesia, sedikit masalah yang dikaitkan dengan agama. hal ini terjadi karena secara praktis Belanda tidak melakukan apa-apa untuk membawa [[kekristenan]], yakni agama yang dianut bangsa Belanda, kepada penduduk Indonesia. Hingga tahun [[1800]], ada "gereja kompeni" yakni "[[gereja]]" yang hanya namanya saja karena hanya berfungsi melayani kebutuhan para pekerja Belanda di [[Perusahaan Hindia Timur]] (VOC). Badan ini mengatur seluruh kegiatan Belanda di kepulauan Indonesia. Hingga [[abad ke-19]] tidak ada kota bagi anak-anak Indonesia sehingga rakyat tidak mempunyai cara untuk mengetahui kekristenan.
 
Pada pergantian abad ke-19, VOC gulung tikar dan [[Napoleon]] menduduki Belanda. Pada [[1811]], [[Inggris]] menjadi pengurus Hindia Timur Belanda. Salah satu inisiatif mereka adalah membuka negeri ini terhadap kegiatan [[misionaris Kristen|misionaris]]. Walaupun demikian, hanya sedikit yang dilakukan di Jawa hingga pertengahan abad tersebut. Kendati demikian, beberapa fondasi telah diletakkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menjadi model bagi pekerjaan di antara orang Sunda.
 
== Sistem budaya ==
Kesalahan politik yang paling terkenal yang dilakukan Belanda dimulai pada tahun [[1830]]. Kesalahan politik ini disebut sebagai Sistem[[CultuurstelselSistem Budaya]] (''Cultuurstelsel''), namun sebenarnya lebih tepat jika disebut sistem perbudakan. Sistem ini mengintensifkan usaha-usaha pemerintah untuk menguras hasil bumi yang lebih banyak yang dihasilkan dari tanah ini. Sistem budaya ini memeras seperlima hasil tanah petani sebagai pengganti pajak. Dengan mengadakan hasil panen yang baru seperti [[gula]], [[kopi]], dan [[teh]], maka lebih besar lagi tanah pertanian yang diolahnya. Pengaruh ekonomi ke pedesaan bersifat dramatis dan percabangan sosialnya penting. Melewati pertengahan abad, investasi swasta di tanah Jawa Barat mulai tumbuh dan mulai bermunculan perkebunan-perkebunan. Tanah diambil dari tangan petani dan diberikan kepada para tuan tanah besar. Menjelang [[1870]], hukum agraria dipandang perlu untuk melindungi hak-hak rakyat atas tanah.
 
== Pertumbuhan populasi di Jawa ==
Pada tahun [[1851]] di Jawa Barat, suku Sunda berjumlah 786.000 jiwa. Dalam jangka waktu 30 tahun jumlah penduduk menjadi dua kali lipat. Priangan menjadi titik pusat perdagangan barang yang disertai arus penguasa dari Barat serta imigran-imigran Asia (kebanyakan orang Tionghoa)Pada awal abad ke-19 diperkirakan bahwa sepertujuh atau seperdelapan pulau Jawa merupakan hutan dan tanah kosong. Pada tahun 1815 seluruh Jawa dan Madura hanya memiliki 5 juta penduduk. Angka tersebut bertambah menjadi 28 juta menjelang akhir abad tersebut dan mencapai 108 juta pada tahun 1990. Pertumbuhan populasi di antara orang Sunda mungkin merupakan faktor non-religius yang paling penting di dalam sejarah suku Sunda.
 
== Konsolidasi pengaruh Islam ==
Baris 77:
Memahami orang Sunda pada zaman ini merupakan tantangan yang besar bagi sejarawan, antropolog, dan sarjana-sarjana agama. Bahkan sarjana-sarjana Sunda yang terkemuka segan untuk mencoba melukiskan karakter dan kontribusi rakyat Sunda. Agaknya, melalui berbagai cara masyarakat Sunda telah terserap ke dalam budaya Indonesia sejak 50 tahun yang lalu.
 
== SumberLihat pula ==
* [[Silsilah raja-raja Sunda]]
 
== Referensi dan bacaan lebih lanjut ==
* Veritas 1/2 (Oktober 2000), h. 203-213
* Cosmology and Social Behavior in a West Java Settlement (Ohio University Center for International Studies, 1978) 16.
* Edi S. Ekadjati, Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya (Jakarta: Girimukti Pasaka, 1984) 93.
* Indonesia di Tengah-tengah Dunia dari Abad ke Abad Vol. 2 (1978) 177-178.
* Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java, From Taruma Nagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, tahun 2007.
* Saleh Danasasmita, Sajarah Bogor, Tahun 2000
* Ayatrohaedi: Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, 2005.
* Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
* Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1
* Yoséph Iskandar. 1997. Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Geger Sunten, Bandung.
 
== Pranala luar ==
* [http://adhuy.wordpress.com/2006/02/14/sejarah-sunda-130-1579-m-yoseph-iskandar/ Sejarah Sunda (130 – 1579 M)]
* [http://tuturussangrakean.blogspot.com/2009/06/sejarah-sunda-terkuak.html Sejarah Sunda Terkuak]
* [http://www.kasundaan.org/id/index.php?option=com_content&view=article&id=15&Itemid=26 Sejarah Sunda]
* [http://imngrh.wordpress.com/2007/10/16/mencari-sejarah-sunda-dengan-dua-perahu/ Mencari Sejarah Sunda dengan Dua Perahu]
* [http://www.sundanet.com/?p=127 Sekilas Sejarah Sunda]
 
[[Kategori:Sejarah Jawa Barat]]