Kakawin Ramayana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{refimprove}}
[[Berkas:Lontar ramayana.jpg|thumb|Dua lembar [[lontar]] kakawin Ramayana yang tertua dan sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional R.I. Lontar ini berasal dari pegunungan Merapi-Merbabu, [[Jawa Tengah]] dari [[abad ke-16]] [[Masehi|M]].]]
 
Baris 6 ⟶ 5:
''Sang Yogiswara çista, sang sujana suddha menahira huwus matje sira''
 
kalimat tersebut jika diterjemahkan demikian :
 
''Sang Yogi (pendeta/begawan) semakin bertambah pandai, Para sujana (cendekia/bijak) semakin bersih hatinya setelah membaca cerita ini''.
Baris 12 ⟶ 11:
Jadi jelas bahwa Yogiswara bukan merupakan nama penulis Ramayana Jawa ini.
 
Syair dalam bentuk kakawin ini adalah salah satu dari banyak versi mengenai kisah sang [[Rama]] dan [[Sita]], wiracarita agung yang versi awalnya digubah di India oleh [[Walmiki]] dalam [[bahasa SansekertaSanskerta]]. Beberapa peneliti mengungkapkan, bahwa Kakawin Ramayana versi Jawa ini ternyata tidak sepenuhnya mengacu langsung kepada Ramayana versi [[Walmiki]], akan tetapi mengacu ini merupakan transformasi dari kitab ''[[Rawanawadha]]'' yang ditulis oleh pujangga India kuno bernama [[Bhattikawya]]. Hal ini disimpulkan oleh [[Manomohan Ghosh]], seorang peneliti sastra dari India yang menemukan beberapa bait Ramayana Jawa yang sama dengan bait bait dalam ''Rawanawadha''.
 
Dari segi alur cerita, Kekawin Ramayana juga memiliki perbedaan dengan Ramayana Walmiki. Pada akhir cerita, sekembalinya Rama dan Sita ke [[Ayodya]], mereka berpisah kembali, jadi Rama dna Sita tidak hidup bersama, demikian versi Walmiki. Sedang dalam versi Jawa, Rama dan Sita hidup bersama di Ayodya.
Baris 21 ⟶ 20:
Di pertapaan, Rama dan Laksmana menghabisi semua raksasa dan kemudian mereka menuju negeri Mithila di mana diadakan sebuah [[sayembara]]. Siapa menang dapat mendapat putri raja bernama Sita. Para peserta disuruh merentangkan busur panah yang menyertai kelahiran Sita. Tak seorangpun berhasil kecuali Rama, maka mereka pun menikah dan lalu kembali ke Ayodya.
 
Di Ayodya Rama suatu hari akan dipersiapkan dinobatkan sebagai raja, karena ia adalah putra sulung. Namun Kaikeyi, salah seorang istri raja Dasaratha yang bukan ibu Rama berakta bahwa sri baginda pernah berjanji bahwa Bharata lah yang akan menjadi raja. Maka dengan berat hati raja Dasaratha mengabulkannya karena memang pernah berjanji demikian. Kemudian Rama, Sita dan Laksmana pergi meninggalkan istana. Selang beberapa lama, raja Dasaratha meninggal dunia dan Bharata mencari mereka. Ia merasa tidak pantas menjadi raja dan meminta Rama untuk kembali. Tetapi Rama menolak dan memberikan sandalnya ([[bahasa SansekertaSanskerta]]: ''pâduka'') kepada Bharata sebagai lambang kekuasaannya.
 
[[Berkas:Sita diculuk.jpg|thumb|Relief Sita yang diculik. Relief ini terdapat di [[Candi Prambanan]], [[Jawa Tengah]].]]
Baris 84 ⟶ 83:
Kakawin Ramayana setelah diteliti oleh para pakar ternyata secara detail tidak mirip dengan versi-versi Ramayana di [[Nusantara]] lainnya, seperti [[Hikayat Sri Rama]] dalam [[bahasa Melayu]], [[Serat Rama Keling]] dalam [[bahasa Jawa|bahasa Jawa Baru]] dan juga relief-[[relief]] Ramayana yang terdapatkan di [[Candi Prambanan]].
 
Setelah diteliti ternyata sebagian besar kakawin Ramayana berdasarkan sebuah syair dalam bahasa SansekertaSanskerta dari India yang berjudul ''Rāvaṇavadha'' yang ditulis oleh pujangga bernama ''Bhaṭṭikāvya'' dari [[abad ke-6]] sampai [[abad ke-7|7]].
 
Dalam [[sastra Jawa Baru]], kakawin Ramayana digubah ulang oleh kyai Yasadipura menjadi [[Serat Rama]].