Babad Arya Tabanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alittresna (bicara | kontrib)
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
Baris 187:
Beliau juga memutuskan hubungan dengan Dalem, mengingat berkaitan dengan peristiwa Betara Nisweng Penida.
 
Setelah Sri Megada Sakti mantap kekuasaannya, maka ingin membalaskan dendam terhadap wilayah Penida, lalu diserang dan dapat ditaklukan, sehingga semua kekuasaan daerah Penida masuk Kerajaan Tabanan, seperti : Pandak, Kekeran, Nyitdah, Kediri dan lainnya.
Di Kabakaba lalu memerintah Prabu Alit, oleh karena masih muda, timbul pembangkangan dari pengikutnya. Prabu Alit melapor kepada Sri Megada Sakti, lalu beliau menertibkan dan menaklukan desa-desa yang membrontak. Itulah sebabnya daerah negara Tabanan semakin meluas dari lembah Sungai Sungi hingga ke Timur Sungai Pulukan dan sepanjang pantai Selatan.
 
Saat pemerintahaan beliau, Tabanan diserang oleh Ki Gusti Panji Sakti yang berkuasa di Den Bukit ( Kerajaan Buleleng ). Mereka menyerang ke Wongaya dan merusak Pura Kahyangan Wongaya. Adanya penyerangan tersebut, di Tabanan gempar, kentongan di Bale Agung yang bernama Ki Tan Kober dibunyikan dan rakyat Tabanan bersiap untuk menyerang musuh di Wongaya. Dengan pertolongan Dewata maka keluarlah tawon yang sangat berbisa yang jumlahnya sangat banyak, menyerang pasukan Pasukan Ki Panji Sakti, sehingga mereka lari terbirit-birit. Ki Panji Sakti sadar, bahwa dia telah mendapatkan kutukan Dewata, karena merusak Pura Wongaya, lalu mengirim utusan utusan ke Tabanan menyatakan maaf atas kesalahannya dan berjanji akan berlaku bersahabat. Dan puteri Sang Nata yang bernama Gusti Luh Abian Tubuh diperistri oleh putera Ki Panji Sakti yang bernama Ki Gusti Padang
 
Beliau berputra :
Baris 203:
 
== XII. '''Putra Sulung Sri Megada Sakti / Ratu Lepas Pemade / Ida Cokorda Tabanan, Raja XII''' ==
Setelah Sri Megada Sakti mangkat, sebagai raja Tabanan digantikan oleh putera sulungnya yang bergelar Ida Cokorda Tabanan.
Cokorda Tabanan lama beliau belum mempunyai putera, karenanya beliau memutuskan dan berjanji : “ Kalau lahir seorang putera, walau dari istri Sudra, maka dialah kelak akan menggantikannya “. Selanjutnya yang pertama hamil adalah istri beliau yang bernama Mekel Sekar dan akhirnya melahirkan seorang putera yang diberi nama Ki Gusti Ngurah Sekar. Selanjutnya yang kedua hamil pada istri beliau yang Prami dan lahir juga seorang putera diberi nama Ki Gusti Ngurah Gede.
Setelah Sang Prabu mangkat, sesuai janjinya maka yang naik tahta adalah Ki Gusti Ngurah Sekar dengan gelar Cokorda Sekar / Prabu Singasana Tabanan.
 
Baris 222:
Ki Gusti Ngurah Sekar menggantikan Cokorda Ngurah Tabanan sebagai Raja Tabanan bergelar Ida Cokorda Sekar.
 
Adik beliau Ki Gusti Ngurah Gede meninggalkan istana, karena tidak puas dengan kedudukannya, lalu tinggal dirumah seorang brahmana di Banjar. Setelah dibujuk dia baru mau kembali ke Tabanan dengan syarat diberikan kekuasaan sama seperti kakaknya, Cokorda Sekar setuju, maka Ki Gusti Ngurah Gede dibikinkan Puri di Kerambitan yang sama seperti Puri Singasana Tabanan dan sebagian wilayah kerajaan dan rakyatnya diserahkan kepada Ki Gusti Ngurah Gede. Setelah dinobatkan beliau bergelar Cokorda Gede Banjar, selanjutnya beliau menurunkan para arya di Kerambitan. Kedudukannya adalah sebagi Raja Kedua, mereka memerintah bersama-sama dan tak mengalami halangan apapun.
 
Beliau berputra :