* Kematian disaat tidak terbangun dari tidur.
* Kematian sebelum lahir, karena perawatan janin yang tidak benar.
ARTIKEL KEMATIAN
“Cukuplah kematian sebagai nasehat… Yang paling cerdas dan paling pintar adalah orang yang paling banyak mengingat-ingat mati dan paling banyak sedia bekal untuk mengadapi kematian. …. (al akyasu aktsarukum zikram lil mauti)”
Ada berbagai macam cara untuk mengingat-ingat kematian. Salah satunya dengan berta’ziyah apabila ada orang mati, berziarah ke makam para keluarga atau handai taulan atau ke makam alim ulama (bukan untuk tujuan syirik).
Bila kita punya waktu luang, marilah kita menyediakan waktu sekejab mata untuk dekat dengan kuburan atau makam. Entah dengan mengunjungi sanak saudara / keluarga kita yang telah pergi mendahului menghadap Sang Khalik, mengikuti ziarah ke makam para wali / ulama untuk mendoakan arwah-arwah beliau yang sudah tiada sekaligus mengetahui sejarah akan perkembangan agama Islam di Indonesia yang disampaikan melalui para wali. Dan yang lebih penting lagi bila kita pergi berziarah ke makam para waliyullah bukan untuk ngalap berkah (karena orang yang sudah mati bukannya kita minta doa pada para almarhum namun kitalah yang masih hidup yang berhak dan berkwajiban untuk mendoakannya. Dan pergi ke tempat-tempat keramat orang-orang alim ulama itu adalah senantiasa kita mengetahui perjuangan beliau dalam menegakkan agama Islam).
Dekat dengan kuburan berarti kita akan ingat mati. Sebab mau tidak mau kita ini adalah DAFTAR ANTRIAN MENUJU KEMATIAN. Bisa cepat, bisa pula lambat. Bisa kita dalam keadaan siap dengan bekal yang cukup untuk kehidupan akhirat kita atau tidak siap, kita tetap akan mengalami yang namanya MATI. Kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Dan bagaimana pula dengan kematian kita? Hanya Allah Yang Maha Tahu. kita hanya wajib berdoa dan berusaha untuk menjalani kehidupan di dunia ini dengan baik dan semoga kematian kita khusnul khotimah.
Dekat kuburan? Sekali lagi bukan untuk minta doa pada yang telah tiada, akan tetapi seperti dituliskan di atas, marilah kita jadikan kuburan sebagai tempat untuk melakukan tafakur (perenungan). Merenungi bila kita kesepian dan tidak ada kawan, saudara atau siapa pun kecuali hanya amal ibadah kita selama di dunia. Jangan jadikan pula sebagai tempat yang angker atau menyeramkan. Kita akan menjadi penghuninya menunggu hari persidangan apakah kita masuk surga atau neraka kelak. Itulah rumah kita yang abadi. Bukan rumah yang sekarang kita tempati.
Sebagai makhluk berakal, setiap manusia sadar benar bahwa kita akan mati. Tetapi sering sekali ada manusia yang lupa saja bahwa kita pasti akan mati. Banyak yang bertingkah laku seakan-akan ia akan hidup selama-lamanya di atas dunia ini. Mungkin pikiran semacam ini bagus bila kita sedang berjuang baik melalui belajar di bangku sekolah, universitas, ataupun belajar dengan cara-cara lain dan apabila kita sedang bekerja. Agar kita memiliki semangat yang tinggi untuk meraih prestasi di dunia yang hanya sementara ini.Namun ada kalanya kematian juga kita pikirkan apabila kita sedang sholat, mengikuti pengajian-pengajian atau dzikir-dzikir bersama atau bertaziyah apabila ada orang yang meninggal. Dan juga dengan cara mendoakan orang yang telah meninggalkan dunia yang fana ini, menziarahi kuburannya (Nabi memperbolehkan asal bukan untuk tujuan yang tidak benar) baik itu makam para leluhur / kerabat kita maupun para wali/alim ulama. Ya, seperti ada kegiatan wisata religi yang memang bagus bila itu untuk bertujuan seperti saya katakan di atas dan bukan tujuan yang menimbulkan syirik seperti meminta sesuatu kepada orang yang telah meninggal.Dengan berwisata religi bagus pula karena kita bisa melepaskan kepenatan kita dari rutinitas yang ada.
Salah satu ajaran agama Islam yang sulit dapat dimengerti oleh sebagian orang ialah bahwa agama Islam menganjurkan kepada umatnya agar sering-sering mengingat mati, sedang mati itu adalah satu kejadian yang tidak menarik, malah mengerikan. Untuk apakah gerangan agama Islam menyuruh umatnya mengingat akan sesuatu yang menakutkan dan mengerikan itu? Apakah hal ini tidak membawa bahaya, melenyapkan kegembiraan hidup, dan menjadikan seseorang menjadi malas bekerja?
Dari Ibnu Umar ra berkata : Pada suatu hari beliau menjumpai Rasulullah SAW dan berada di tengah-tengah sahabat-sahabat Nabi, tiba-tiba sahabat dari Anshar berdiri dan bertanya kepada Rasullah SAW : Ya Nabiyullah, siapakah manusia yang paling pintar dan cerdas otaknya? (Manil akyasu ya Rasulullah?)
Rasulullah lalu menjawab : Yang paling cerdas dan pintar adalah orang yang paling banyak mengingat kematian, dan paling banyak sedia bekal untuk kematian (al akyasu aktsarukum zikram lil maut). Orang yang paling banyak mengingat kematian itu dianggap Rasulullah SAW sebagai orang yang cerdas dan pintar karena orang yang paling banyak mengingat mati itulah yang paling lengkap persediaan (sangu/bekal) untuk mati, sehingga dialah orang yang mendapat kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat nanti.
Rasulullah SAW pun juga bersabda ”Bila hati seorang dimasuki oleh Nur (Cahaya Iman), maka itu akan menjadi lapang dan terbuka”. Dari ucapan Rasulullah itu banyak orang yang bertanya, apakah tandanya hati yang lapang dan terbuka itu? Rasulullah pun menjawab,”Ada perhatiannya terhadap kehidupan yang kekal di akhirat nanti, dan timbul kesadaran dan pengertiannya terhadap tipu daya kehidupann dunia sekarang ini, lalu dia bersedia menghadapi mati sebelum datangnya mati itu.” (Hibnuurai).
Akhirnya Rasulullah SAW memiliki sabda yang singkat namun tegas untuk kita semua umatnya yang beriman:”CUKUPLAH MATI ITU SEBAGAI GURU ATAU PELAJARAN”.
Hadist-hadist yang tersebut di atas ini sudah cukup rasanya sebagai dalil bahwa agama Islam menganjurkan kepada kita agar sering-sering akan mati., karena sering mengingati mati menjadikan kita cerdas dan pintar, menjadikan hati dan dada menjadi lapang, menjadi tanda bahwa hati dan dada kita sudah dimasuki Nur atau Cahaya Iman.
Bila hadist-hadist itu dibalikkan, dia akan menyatakan bahwa sebodoh-bodoh manusia di dunia ialah orang yang lupa atau tak pernah mengingati akan mati. Orang yang lupa sama sekali akan mati, tidak pernah ingat akan mati, sama bodohnya dengan kerbau, sapi dan kambing. Lihatlah kambing, sapi atau kerbau itu, dengan jarak hanya beberapa meter saja dari tempat pembantaian, namun kambing sapi dan kerbau itu belum juga sadar bahwa dia akan segera mati disembelih di tempat pembantaian itu. Perhatiannya di saat itu masih 100% kepada rumput yang hijau atau kambing, sapi atau kerbau betina. Karena kebodohan itu, dia masih main-main, guyonan atau berkelahi satu sama lain.
Alangkah bodohnya kambing, sapi dan kerbau itu. Dan begitu pulalah keadaannya orang-orang yang lupa atau tak pernah ingat akan mati itu. Bukan saja bodoh, tetapi dada atau hatinya menjadi akan mati itu. Bukan saja bodoh, tetapi dada atau hatinya menjadi sempit, dada dan hatinya menjadi gelap gulita, tak ada sinar atau cahaya padanya. Seperti orang-orang yang tersangkut jaringan NARKOBA MEMATIKAN DAN MEMALUKAN itu adalah orang-orang sesat, gelap mata hati dan pikirannya. ORANG-ORANG PALING BODOH. TIDAK INGAT MATI. HIDUPNYA HANYA SENANG-SENANG itu ada pada pemakai atau jaringan narkoba yang memalukan bagi diri sendiri, keluarga, agama, dan bangsa-.Padahal kematian seakan sudah tinggal hitungan detik buat pecandu barang haram tersebut. Apa mau kita mati sia-sia?
Berulang sampai berpuluh-puluh kali Allah SWT dalam kitab suciNYA Al Qur’an mengingatkan kita akan mati, jangan lupa yang kita sekalian akan mati :
QS. ANNISA 78 : ”Di mana saja kamu berada, mati pasti akan menjumpaimu, sekalipun kamu berada dalam mahligai yang kokoh kuat.”
QS. AL JUMU’AH 8 : “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
QS. AL ANKABUT (29) : 57 dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.”
Sekarang coba kita renungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.
Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian mati; Allah menjelaskan dalam Al Qur’an tentang perilaku manusia pada umumnya terhadap kematian dalam ayat berikut ini:
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8)
MATI BAWA HARTA
Banyak orang yang berpendapat buat apa hidup pontang panting mencari harta yang banyak. bukankah bila kita mati tidak dibawa. Agaknya ungkapan ini sepintas benar. Namun bila kita cermati ungkapan ini salah. Yang benar adalah mari kita berjuang dan bersungguh-sungguh mencari harta yang banyak, bila mati harta harus kita bawa. lalu bagaimana cara mati dengan bawa harta? Agar harta bisa kita bawa mati, maka dengan menggunakannya di jalan Allah (yang diridhai). Seperti untuk mencukupi kebutuhan / nafkah keluarga dengan tanpa berlebih-lebihan, untuk ibadah haji/umroh, untuk pembangunan lembaga pendidikan dan sosial, untuk shodaqah/infaq/zakat kepada yatim piatu dan kaum dhuafa.
Lalu, bagaimana dengan kita? Sudahkah bekal kita mencari harta sebanyak-banyaknya sudah di jalan Allah? Sebagai bekal kita nantinya di akhirat yang akan kita pertanggungjawabkan pada Allah SWT?
Ada banyak contoh untuk mengingatkan kita pada hal-hal yang berbau kematian. Seperti yang telah disebutkan di atas yakni dengan berziarah ke makam sanak saudara atau waliyullah,
Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?
Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang [dengan kematian]; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!
Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.
Dimulai saat anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, kita akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat kematian menghampiri, hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.
Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburan anda sering dikunjungi. Seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.
Sementara itu, keluarga dekat anda akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh kematian anda. Di rumah, ruang dan tempat tidur anda akan kosong. Setelah pemakaman, sebagian barang-barang milik anda akan disimpan di rumah: baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas anda di kantor akan dibuang atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergian anda. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenang anda. Tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasi anda yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah anda diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya bagi anda.
Sementara semua hal ini terjadi di dunia, jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.
Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi.
Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.Ya, tetapi apa alasan semua hal ini terjadi? Seandainya Allah ingin, tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting
Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan lain perkataan, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya – yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini -. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.
Walaupun setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya. Bahkan ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari pertemuannya. Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba keluarga dekat sajalah yang dapat mengingatkannya [akan kematian]. Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka. Asumsi yang menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat sedang tidur atau karena kecelakaan merupakan orang lain; dan apa yang mereka [yang mati] alami tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.
Bahkan mungkin saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca artikel ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur kemungkinan tersebut terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya:
Katakanlah: “Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. 33:16)
Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja yakni harta yang dimanfaatkan untuk hal-hal positif dan ilmu yang bermanfaat.
Tetapi janganlah sekali-kali kita mengira bahwa anjuran agama Islam agar kita sering mengingati mati itu berarti bahwa agama menyuruh kita bercita-cita supaya kita lekas mati. (Bila hati dan hidup sudah sumpek memang keputusasaan dalam menjalani hidup, matilah yang tiba-tiba terlintas di benak kita baik sadar atau tidak kita ucapkan).
Kematian itu nasehat paling pokok dan penting. Dan satu-satunya penceramah buat pencerah hidup kita yang mungkin lebih mudah mengena ke hati kita. Lihatlah orang-orang yang mendatangi pengajian atau khotbah Jum’at. Hanya satu orang berceramah dan pendengarnya begitu banyak. Namun bila kita melewati sebuah makam atau kuburan, pendengar hanya satu dan penceramah yang banyak. Siapakah penceramah yang banyak itu? Yakni penceramah bisu yang sudah berada di alam yang berbeda dengan kita yakni para mayit-mayit. Renungkanlah! *(berbagai sumber)*
Penulis,
by: Novy ER +628123368731
(pernah dimuat dalam Majalah Hidayah Edisi Desember 2010)
== Lihat pula ==
|