Ludwig Ingwer Nommensen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adamhajag (bicara | kontrib)
Tulisan ini kurang lengkap dan agak berat sebelah. Bagian pertama sudah diluruskan, sementara bagian kedua akan dikerjakan di kemudian hari.
Kia 80 (bicara | kontrib)
Baris 11:
Namun janjinya pada [[Tuhan]] selalu mendesaknya agar segera memenuhinya. Maka ia melamar menjadi penginjil. Beberapa tahun ia belajar sebagai calon penginjil. Sesudah lulus, ia ditugaskan oleh lembaga zending Lutheran [[Rheinische Missionsgesellschaft]] ke [[Sumatra]] dan tiba pada bulan [[Mei]] [[1862]] di [[Kota Padang|Padang]]. Ia memulai misinya di [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]]. Ia belajar [[bahasa Batak]] dan [[bahasa Melayu]], dan ternyata dengan cepat bahasa-bahasa itu dikuasainya. Ia lalu mulai mengadakan kontak dengan [[suku Batak]], terutama dengan raja-raja. Ia mempelajari adat-istiadat Batak dan mempergunakannya dalam mempererat pergaulan.
 
Nommensen meminta izin masuk ke pedalaman, tapi dilarang pemerintah, karena sangat berbahaya bagi orang asing. Oleh sebab itu maka mula-mula zending dimulai di daerah [[Sipirok]] yang sesudah [[Perang Padri]] telah dimasukkan dalam wilayah [[Hindia-Belanda]]. Di situ sebagian dari penduduk sudah memluk agama Islam sehingga kemajuannya lambat. Ketika diberi izin oleh pemerintah kolonial, maka Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) menunjuk [[Silindung]] sebagai tempat tinggal Nommensen yang baru. Kehadiran zending ditantang oleh sebagian raja dan juga oleh sebagian besar penduduk namun Nommensen berhasil berhasil mengumpulkan jemaatnya yang pertama di [[Huta Dame]] (terjemahan dari Yerusalem - Kampung Damai). Tahun 1873 ia mendirikan gedung [[gereja]], [[sekolah]] dan rumahnya di [[Pearaja]]. Hingga kini Pearaja menjadi pusat [[Gereja HKBP]].
 
Pekerjaan Nommensen diberkati Tuhan sehingga Injil makin meluas. Sekali lagi ia memindahkan tempat tinggalnya ke kampung [[Sigumpar]] pada tahun [[1891]], dan ia tinggal di sini sampai wafat. Nommensen menerjemahkan kitab [[Perjanjian Baru]] ke dalam [[bahasa Batak]] (Silindung - Samosir - Humbang - Toba). Ia juga berusaha memperbaiki pertanian dan peternakan. Sekolah-sekolah, balai-balai pengobatan dibukanya. Dalam [[misi]]nya, ia menyadari perlunya melibatkan orang-orang [[Batak]]. Maka dibukanyalah sekolah penginjil yang menghasilkan [[penginjil-penginjil Batak]] pribumi. Demikian juga untuk memenuhi kebutuhan guru di sekolah, Nommensen membuka [[pendidikan guru]].
 
Nommensen meninggal pada usia sangat tua, 84 tahun, pada tanggal [[23 Mei]] [[1918]]. Nommensen kemudian dimakamkan di [[Sigumpar]], di tengah suku Batak, setelah bekerja demi suku ini selama 57 tahun.
 
 
== Bibliografi ==