Ludwig Ingwer Nommensen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kia 80 (bicara | kontrib)
Adamhajag (bicara | kontrib)
Baris 13:
Nommensen meminta izin masuk ke pedalaman, tapi dilarang pemerintah, karena sangat berbahaya bagi orang asing. Oleh sebab itu maka mula-mula zending dimulai di daerah [[Sipirok]] yang sesudah [[Perang Padri]] telah dimasukkan dalam wilayah [[Hindia-Belanda]]. Di situ sebagian dari penduduk sudah memluk agama Islam sehingga kemajuannya lambat. Ketika diberi izin oleh pemerintah kolonial, maka Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) menunjuk [[Silindung]] sebagai tempat tinggal Nommensen yang baru. Kehadiran zending ditantang oleh sebagian raja dan juga oleh sebagian besar penduduk namun Nommensen berhasil mengumpulkan jemaatnya yang pertama di [[Huta Dame]] (terjemahan dari Yerusalem - Kampung Damai). Tahun 1873 ia mendirikan gedung [[gereja]], [[sekolah]] dan rumahnya di [[Pearaja]]. Hingga kini Pearaja menjadi pusat [[Gereja HKBP]].
 
Pekerjaan Nommensen diberkati Tuhan sehingga Injil makin meluas. Sekali lagi ia memindahkan tempat tinggalnya ke kampung [[Sigumpar]] pada tahun [[1891]], dan ia tinggal di sini sampai wafat. Nommensen menerjemahkan kitab [[Perjanjian Baru]] ke dalam [[bahasa Batak]] (Silindung - Samosir - Humbang - Toba). Ia juga berusaha memperbaiki pertanian dan peternakan. Sekolah-sekolah, balai-balai pengobatan dibukanya. Dalam [[misi]]nya, ia menyadari perlunya melibatkan orang-orang [[Batak]]. Maka dibukanyalah sekolah penginjil yang menghasilkan [[penginjil-penginjil Batak]] pribumi. Demikian juga untuk memenuhi kebutuhan guru di sekolah, Nommensen membuka [[pendidikan guru]].
 
Karena kehadiran para misionaris tidak disetujui oleh sebagian raja, terutama oleh mereka yang berpihak pada Si Singamangaraja XII maka pada Januari 1878 [[Singamangaraja]] sebagai raja yang memiliki kedaulatan atas Silindung memberi ultimatum kepada para zendeling RMG untuk segera meninggalkan Silindung. Pada akhir Januari Nommensen meminta kepada pemerintah kolonial Belanda untuk mengirim tentara untuk segera manaklukkan Tanah Batak yang pada saat itu masih merdeka. Awal 1978 pasukan pertama di bawah pimpinan Kapten Scheltens bersama dengan Kontrolir Hoevel menuju Pearaja dan disambut oleh Nommensen. Antara Februari hingga Maret 380 pasukan tambahan dan 100 narapidana didatangkan dari Sibolga. April 1878 ekspedisi militer untuk menumpaskan pasukan Singamangaraja dimulai. Penginjil Nommensen dan Simoneit mendampingi pasukan Belanda selama ekspedisi militer yang menjadi terkenal sebagai Perang Toba Pertama. Atas jasa membantu pemerintah Belanda maka pada 27 Desember 1878 Nommensen dan Simoneit menerima surat penghargaan dari pemerintah Belanda, ditambah uang tunai sebanyak 1000 Gulden. <ref>
Nommensen meninggal pada usia sangat tua, 84 tahun, pada tanggal [[23 Mei]] [[1918]]. Nommensen kemudian dimakamkan di [[Sigumpar]], di tengah suku Batak, setelah bekerja demi suku ini selama 57 tahun.
{{cite book
|last=Kozok
|first=Uli
|title= Utusan Damai di Kemelut Perang. Peran Zending dalam Perang Toba berdasarkan Laporan L.I. Nommensen dan Penginjil RMG lain.
|year=2010
|month=
|language=Indonesian
|publisher= Yayasan Pustaka Obor, École française d’Extrême-Orient. Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial, Unimed, Sekolah Tinggi Teologi Jakarta
|isbn= 9789794617762
|page=217
}}
</ref>
 
Setelah Silindung dan Toba ditaklukkan dalam Perang Toba Pertama Batakmission mengalami kemajuan dengan pesat. Pada tahun 1881 Nommensen memindahkan tempat tinggalnya ke kampung [[Sigumpar]], dan ia tinggal di sini sampai akhir hayatnya. Pada tahun kematiannya Batakmission (cikal bakal [[Huria Kristen Batak Protestant (HKBP)]] jumlah orang Batak yang dibaptis telah mencapai 180.000 orang.
 
Nommensen tidak banyak menulis, tetapi ia menerjemahkan kitab [[Perjanjian Baru]] ke dalam [[bahasa Batak]]. Jasa Nommensen dikenang oleh orang Batak antara lain karena RMG menekankan bidang pendidikan dengan membuka sekolah penginjil yang menghasilkan [[penginjil-penginjil Batak]] pribumi. Demikian juga untuk memenuhi kebutuhan guru di sekolah, RMG membuka [[pendidikan guru]]. <ref>
{{cite book
|last=Aritonang
|first=Jan Sihar
|title=Sejarah pendidikan di Tanah Batak.
|year=1995
|language=Indonesian
|publisher=Gunung Mulia. Jakarta
|isbn=9789794617762
|page=487
}}
</ref>
 
Nommensen meninggal pada usia sangat tua, 84 tahun, pada tanggal [[23 Mei]] [[1918]] pada usia 84 tahun. Nommensen kemudian dimakamkan di [[Sigumpar]], di tengah suku Batak, setelah bekerja demi suku ini selama 57 tahun.
 
== Bibliografi ==