Kerja jarak jauh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Gilangreffi (bicara | kontrib) |
Gilangreffi (bicara | kontrib) |
||
Baris 46:
== Permasalahan yang Mungkin Timbul ==
* Kekhawatiran terbesar terkait ''telecommuting'' adalah: ketakutan akan kehilangan kontrol; 75% [[manajer]] menyatakan mempercayai karyawannya, namun sepertiganya mengaku perlu melihat kinerja karyawannya untuk memastikan segalanya baik-baik saja<ref>"Links to Jellies worldwide."</ref>.
* Hambatan yang menghambat gagasan ''telecommuting'' terus tumbuh adalah ketidakpercayaan terhadap [[karyawan]] dan ketidakterhubungan personal di antara para karyawan<ref>"Lister, Kate, Undress For Success--The Naked Truth About Making Money at Home, (John Wiley & Sons 2009, ISBN 978-0-470-38332-2)quoting Management-Issues.com (July 30, 2007 survey"</ref>.
* ''Telecommuting'', bagi sebagian orang dilihat sebagai sebuah pelengkap dari bekerja di [[kantor]] dan bukan kegiatan utama<ref>Matt Rosenberg (2007-09-26). "Slow But Steady "Telework Revolution" Eyed". Cascadia Prospectus. Retrieved 2007-10-07.</ref>.
* Masalah keamanan juga perlu diperhatikan ketika mengimplementasikan ''telecommuting''. Pada tahun 2006 terdapat kasus pencurian [[laptop]] salah seorang anggota departemen [[Federal]] [[Amerika Serikat]]. Meski anggota departemen tersebut bukan seorang ''telecommuter'', kasus ini memunculkan kekhawatiran bekerja di luar tempat kerja<ref>Pliskin, N. (1998, March–April). "Explaining the paradox of telecommuting", para. 5 [Electronic version]. Business Horizons</ref>. Sembilan puluh persen [[eksekutif]] menganggap ''telecommuting'' sebagai satu [[konsep]] yang sangat kurang dalam hal keamanan. Para eksekutif pun mempermasalahkan pekerjaan kecil yang dibawa dan dikerjakan di luar kantor oleh para ''non-telecommuter'' karena kurangnya pelatihan, alat, dan teknologi yang mereka miliki<ref>Lemos, Robert: Veterans Affairs warns of massive privacy breach Security Affairs Retrieved 03–11–06</ref>.
* Beberapa
* Manajer [[lapangan]] [[tradisional]] umumnya tak terbiasa dengan hasil. Hal ini menyebabkan hambatan yang serius bagi perusahaan yang berupaya mengadopsi ''telecommuting'' di kantornya. Tanggung jawab dan [[kompensasi]] pekerja akan menjadi masalah utama pula. Perusahaan-perusahaan yang akan mengadopsi ''telecommuting'' hendaknya memeriksa masalah [[hukum]] lokal, isu-isu persatuan, dan hukum wilayah. ''Telecommuting'' pun memerlukan pelatihan dan pengembangan yang mencakup [[evaluasi]], simulasi [[program]], pertemuan tim, materi tertulis, dan forum. Pembagian [[informasi]] harus diselaraskan dengan kantor virtual dan proses penyelesaian [[konflik]] harus dikembangkan. Dukungan operasional dan administratif perlu didesain ulang untuk mendukung lingkungan kantor virtual. Fasilitas-fasilitas pun perlu ditinjau dan dikoordinasikan dengan baik. Kesimpulan manajer untuk mengimplementasikan ''telecommuting'' pada organisasi adalah untuk menerapkan pendekatan yang bertujuan “mengevaluasi, mengedukasi, mengorganisasi, dan menginformasi para karyawan”<ref>Davenport, T. (1998, Summer). "Two cheers for the virtual office" [Electronic version] para. 8. Sloan Management Review</ref>.
* Bekerja secara ''telecommuting'' juga dapat berdampak negatif pada karir seseorang. Survei terkini terhadap 1.300 [[eksekutif]] di 71 negara mengindikasikan gagasan ''telecommuting'' tidak terlalu didukung. Karyawan yang lebih sering bekerja dengan ''telecommuting'' akan kurang dipromosikan dalam pekerjaaannya. Perusahaan tidak akan mempromosikan seseorang hingga seseorang tersebut secara konstan terlihat dan dapat diukur performanya<ref>Organizational Behavior,eight edition,McGraw-Hill</ref>.
== Referensi ==
|