Abdul Hadi WM lahir dari garis keturunan saudagar [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] yang hijrah dan menetap di Sumenep. <ref>{{http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html}}</ref> Ayahnya, saudagar dan guru bahasa [[Jerman]] bernama K. Abu Muthar menikah dengan putri keraton Solo bernama RA. Martiya.<ref>[http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html]</ref> Anak sulung dari empat bersaudara (semua laki-laki) ini di masa kecilnya sudah berkenalan dengan bacaan-bacaan yang berat dari pemikir-pemikir seperti [[Plato]], [[Sokrates]], [[Imam Ghazali]], [[Rabindranath Tagore]], dan [[Muhammad Iqbal]].<ref>[http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html]</ref> Sejak kecil pula ia telah mencintai puisi dan dunia tulis menulis.<ref>[http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html]</ref> Penulisannya dimatangkan terutama oleh karya-karya [[Amir Hamzah]] dan [[Chairil Anwar]].<ref>[http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/hadi.html]</ref> Bersama teman-temannya Zawawi Imron dan Ahmad Fudholi Zaini, Hadi mendirikan sebuah pesantren di kota kelahirannya tahun 1990 yang diberi nama "Pesantren An-Naba", yang terdiri dari masjid, asrama, dan kiai, juga sanggar seni tempat para santri diajari sastra, seni rupa (berikut memahat dan mematung), desain, kaligrafi, mengukir, keramik, musik, seni suara, dan drama.<ref>[http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:MOviyRCgrpUJ:202.158.52.214/id/arsip/1990/01/06/AG/mbm.19900106.AG17722.id.html+abdul+hadi+wm+%2Ban-naba&cd=17&hl=id&ct=clnk&gl=id&source=www.google.co.id]</ref>