Tenjomaya, Ciledug, Cirebon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: BP2014 |
||
Baris 11:
|kepadatan =-
}}
'''Tenjomaya''' adalah [[desa]] di kecamatan [[Ciledug, Cirebon|Ciledug]], [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Desa ini berbatasan dengan desa [[damarguna, Ciledug, Cirebon|Damarguna]] (sebelah timur), Desa [[leuweung gajah, Ciledug, Cirebon|Leuweung Gajah]] (sebelah selatan), Desa [[pabuaran wetan , Ciledug, Cirebon|Pabuaran Wetan]] (sebelah barat) dan [[sawah|Pesawahan]] (sebelah utara). Mata Pencaharian penduduknya adalah bertani dan berladang.
== Sejarah ==
Sejarah penamaan desa Tenjomaya adalah berasal dari kata Katenjo yang berarti terliaht dan maya yang berarti samar. Penamaan desa ini tidak terlepas dari peran para sespuh desa yang secara turun-temurun menceritakan leganda penamaan desa Tenjomaya.
Alkisah di Cirebon bagian timur (sekarang Leuwenggajah), Nyi rambut kasih yang sekian lama berdekatan dengan Sunan Kalijaga akhirnya luluh dan tertarik untuk memeluk agama islam. Dilain pihak Nyi Dewi Angin-Angin yang telah sepakat menikah secara bathin dnegan sunan kalijaga merasa dikhianati dan bermaksud untuk membuat perhitungan dengan nyi rambut kasih.
Dari kasunanan Cirebon Nyi Dewi Angin-Angin yang dibakar api cemburu pergi menuju Cirebon yimur dengan menunggang kereta kencana emas, diiringi sepasukan prajurit perempuan cantik, di kediaman nyi rambut kasih tampak hadir bawahannya seperti ki gedeng centongbolong, ki gedeng krapyak, ki gedeng picung pugur dan ki gedeng singa upas. Dalam oertemuran itu mereka membhasa tentang ajaran baru yang mereka peluk yaitu agama islam. Mereka berkeinginan untuk terus memelihara dan meyebarluaskan agama tersebut keseluruh pelosok negeri.
Pada saat mereka sedang asyik membahasa ajaran Sunan Kalijaga, tiba-tiba dikejutkan oleh suara gemuruh sepasukan prajurit Nyi Dewi Angin-Angin lengkap dengan peralatan perang. Dengan suara lantang Nyi Dewi Angin-Angin menantang perang kepada nyi dewi rambut kasih. Selanjutnya pertempuran itu pun tak terelakkan. Pasukan Nyi Dewi Angin-Angin yang seluruh prajuritnya adalah wanita dengan gigih mengobrak-abrik pertahanan prajurit nyi rambut kasih. Ki gedeng centong bolong sebagai kepercayaan nyi rambut kasih dnegan kesaktiannya memimpin pasukannya untuk meladeni serangn tiba-tiba itu. Meskipun pasukan Nyi Dewi Angin-Angin adalah wanita, tetapi kesaktiannya mampu mengungguli kesaktian prajurit Nyi rambut kasih. Merasa pasukannya mulai terdesak, Nyi Dewi Angin-Angin, nyi dewi rambut kasih kemudian menantang langsung Nyi Dewi Angin-Angin. Sesaat kemudian pertempuran dahsyat pun terjadi.
Pada kesempatan lain, Nyi Dewi Angin-Angin tiba-tiba berubah wujud menjadi seorang raksasa yang mampu menguasai padukuhan leuweung gajah. Karena meresa terdesak, nyi dewi rambut kasih pergi menuju Cirebon untuk meminta pertolongan kepada H. Abdullah Iman.
Melhat kedatangan nyi rambut kasih dengan kondisi tak menentu, H. Abdullah Iman yang saat itu bersama Sunan Kalijaga merasa iba. Kemudian setelah menceritakan duduk persoalannya, H. Abdullah Iman menjelaskan bahwa yang mampu menaklukan Nyi Dewi Angin-Angin hanyalah Sunan Kalijaga. Berhubung Sunan Kalijaga memiliki hubungan khusus dengan nyi rambut kasih, maka dengan tulus sunan kalijaga menyanggupi tugas dari H. Abdullah Iman atau mbah kuwu cakrabuana itu. Kedatangan Sunan kalijaga bersam nyi rambut kasih ke leuweung gajah disambut geram oleh raksasa jelmaan Nyi Dewi Angin-Angin. Mengetahui yang dihadapi adalah raksasa yang secara pandangan masih maya (samar-samar) tetapi dalam batinnya terlihat (katenjo) bahwa raksasa itu adalah istrinya sendiri. Secepat kilat Sunan Kalijaga mengeluarkan keris pusakanya, kemudian dengan kesaktiannya keris itu diputar-putar hingga berubah menjadi seekor kelabang. Dengan kekuatannya kelabang jadi-jadian itu masuk kedalam raga raksasa itu. Tiba-tiba raksasa itu menjerit dan roboh, kemudian wujudnya berubah kembali menjadi Nyi Dewi Angin-Angin.
Setelah merasa kalah, Nyi Dewi Angin-Angin kemudian meninta maaf kepada Sunan Kalijaga dan berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi. Kemudian dijelaskan oleh suanan kali jaga bahwa diantara dirinya dan nyi rambut kasih tidak ada hubungan apa-apa. Kedekatan mereka hanyalah untuk menyebarkan agama islam. Selanjutnya Nyi Dewi Angin-Angin diberi nama nyi dewi cindemaya. Pernikahan Sunan Kalijaga dan Nyi Dewi Angin-Angin yang juga penguasa laut kidul bergelar nyi roro kidul hanya secara batin, artinya tidak melakukan hubungan secara lahir, maka keduannya berpisah. Nyi Dewi Angin-Angin kembali ke laut kidul sebagai penguasa samudra, sedangkan sunan kalijaga pulang ke kadilangu.
Berangkat dari cerita pertempuran antara Sunan Kalijaga dengan nyi dewi angn-angin yang meskipun terlihat (katenjo) berwujud raksasa tetapi sebenarnya samar-samar (maya), maka sesepuh desa leuweung gajah saat itu, bapak solehin, menamai dearah itu sebagai desa Tenjomaya saat teradi pemekaran desa leuweung gajah tahun 1982.
Nama-nama kepala desa Tenjomaya yang diketahui:
• Mas’ud (Pj) 1982-1985
• Mas’ud 1985-1993
• Mas’ud 1993-1995
• Slamet 1995-1996
• Taufik A.R 1997-1998
• Topik 1998-2002
• Tohir 2002-2003
• Hadori 2003- sekarang
{{Ciledug, Cirebon}}
|