Segeri, Pangkajene dan Kepulauan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diantara +di antara)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Diantara +Di antara)
Baris 28:
Oleh karena sejak Datu GollaE menjadi karaeng di Segeri telah mengakui kekuasaan tertinggi dari Gowa, dengan sendirinya sewaktu beliau diangkat menjadi raja (Datu) di Agang Nionjo, kerajaan ini dibawah pengaruh kekuasaan Gowa, walaupun dikatakan bahwa Agang Nionjo dengan Gowa hanya terwujud suatu persekutuan (verbond). Pada peristiwa perwujudan persekutuan itu, sarung dari keris arajang Kerajaan Agang Nionjo diberikan kepada Gowa, sedangkan mata dari keris arajang itu disimpan sendiri oleh Agang Nionjo. Keris arajang tersebut dinamai Daeng Tamacinna yang sebenarnya berasal dari To Sangiang (To-manurung) yang mula – mula mendirikan Kerajaan Agang Niondjo. (Makkulau, 2007)
 
DiantaraDi antara tahun 1619 dan 1630 Kerajaan Segeri, bersamaan dengan kerajaan – kerajaan kecil yang terletak di sebelah selatan, ditaklukkan oleh Raja Gowa, [[Sultan Alauddin]] Tumenanga di Gaukangna. Dalam Tahun 1667 sewaktu Gowa dikalahkan oleh Belanda, Kerajaan Segeri ditaklukkan dengan senjata oleh Belanda dan menurut pasal 20 Perjanjian Bungaya, Kerajaan Segeri dijadikan “Noorderprovincien” (Daerah – daerah utara), dibawah kekuasaan langsung Kompeni Belanda. Tahun 1776, La Tenri Sessu Arung Pantjana Petta LaoE ri Segeri, putera dari We Tenrileleang, Datu Tanete / PayungE ri Luwu XXVI, yang lebih dikenal dengan nama Sultana Aisyah MatinroE ri Soreang, mendapat izin tinggal dari belanda untuk menetap di Segeri. Rakyat Segeri mengakui La Tenrisessu selaku rajanya.
 
Sementara kekuasaan kompeni Belanda di Noorderdistricten hilang disebabkan oleh penyerbuan – penyerbuan dari orang – orang Bone di antara Tahun 1776 dan 1799, maka Karaeng segeri, La Tenrisessu Arung Pantjana dengan bantuan dari Addatuang Sidenreng, Arung Berru, dan Datu Tanete, memberi pukulan yang hebat kepada [[Raja Bone]], La Tenritappu (MatinroE ri Rompegading). Enam tahun kemudian Noorderdistricten (termasuk Segeri) jatuh ke dalam tangan orang – orang Bone. Beberapa tahun kemudian, sewaktu orang Inggris pada tahun 1814 mengambil alih pemerintahan Belanda, Inggris dapat mengusir orang – orang Bone dari daerah – daerah tersebut.