'''Neoplatonisme''' dibangun oleh Plotinus (204-70 SM) yang merupakan filosof besar fase terakhir Yunani. <ref name="Filsafat dan Metafisika">{{cite book|last=Sholikhin|first=KH. Muhammad|title=Filsafat dan Metafisika dalam Islam: Sebuah Penjelajahan Nalar, Pengalaman Mistik, dan Perjalanan Aliran Manunggaling Kawula Gusti|publisher=Penerbit Narasi|year=2008|location=Jogjakarta|pages=161-168|isbn=979-168-100-7}}</ref> Neoplatonisme merupakan rangkaian terakhir dari fase Helenisme Romawi, yaitu suatu fase pengulangan ajaran Yunani yang lama, jadi aliran ini masih berkisar pada filsafat Yunani, yang teramu dalam mistik (tasawuf Timur), dan juga digabung dengan berbagai aliran lain yang mendukung. <ref name="Filsafat dan Metafisika">{{cite book|last=Sholikhin|first=KH. Muhammad|title=Filsafat dan Metafisika dalam Islam: Sebuah Penjelajahan Nalar, Pengalaman Mistik, dan Perjalanan Aliran Manunggaling Kawula Gusti|publisher=Penerbit Narasi|year=2008|location=Jogjakarta|pages=161-168|isbn=979-168-100-7}}</ref> Akibatnya, di dalamnya kadang terjadi tabrakan antara filsafat Yunani dengan agama-agama samawi. <ref name="Filsafat dan Metafisika">{{cite book|last=Sholikhin|first=KH. Muhammad|title=Filsafat dan Metafisika dalam Islam: Sebuah Penjelajahan Nalar, Pengalaman Mistik, dan Perjalanan Aliran Manunggaling Kawula Gusti|publisher=Penerbit Narasi|year=2008|location=Jogjakarta|pages=161-168|isbn=979-168-100-7}}</ref> Neoplatonisme ini terdapat unsur-unsur Platonisme, [[Pythagoras|Phytagoras]], [[Aristoteles]], Stoa, dan mistik Timur, jadi, berpadu antara unsur-unsur kemanusiaan, keagamaan dan mistik. <ref name="Filsafat dan Metafisika">{{cite book|last=Sholikhin|first=KH. Muhammad|title=Filsafat dan Metafisika dalam Islam: Sebuah Penjelajahan Nalar, Pengalaman Mistik, dan Perjalanan Aliran Manunggaling Kawula Gusti|publisher=Penerbit Narasi|year=2008|location=Jogjakarta|pages=161-168|isbn=979-168-100-7}}</ref>
