Maryono (musikus): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibrahimmusa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ibrahimmusa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
Menginjak usianya yang ke 15 tahun, melalui koneksi ayahnya, ia memperoleh pekerjaan untuk bermain musik dalam sebuah Korps Musik [[Angkatan Laut]] di [[Surabaya]] sebagai pemain [[klarinet]]. Di situlah Maryono berkenalan dengan [[Jack Lesmana]] dan [[Bubi Chen]]. [[Grup musik]] ini, selain bermain untuk upacara resmi [[Angkatan Laut]], juga sering mengisi acara pesta atau mengiringi dansa. Di luar [[grup musik]] itu, Maryono juga sering tampil sebagai session player dengan beberapa [[pemusik]] [[Surabaya]], misalnya dengan tiga bersaudara Teddy Chen, Jopie Chen, dan [[Bubi Chen]]. Kemudian, bersama [[Jack Lesmana]] juga pernah membentuk Big Band, namun dalam grup ini Maryono mencoba memainkan [[saksofon]], [[klarinet]], atau kadang [[bass]]. Salah satu gaya permainan Maryono yang menjadikan namanya cukup terkenal adalah kemampuannya memainkan [[klarinet]] yang dicopot-copot bagian per bagian hingga tinggal sepotong bagian terakhir, yang ternyata masih dapat dibunyikan. Jadi pada masa itu, jika [[Idris Sardi]] mendapat julukan si biola maut, maka klarinet maut adalah Maryono.<ref name="bio" />
 
Pada pertengahan tahun [[1950|50-an]] Maryono dan [[Bubi Chen]] telah bergabung bersama dalam Jack Lesmana Quintet, dan sering mengisi sebuah program acara musik di [[RRI]] [[Surabaya]].<ref>[http://rollingstone.co.id/read/2011/02/08/175440/1562999/1103/jack-lesmana-lokomotif-jazz-indonesia Jack Lesmana lokomotif jazz Indonesia], Rollingstone.co.id, diakses 19 April 2011</ref> Kemudian pada tahun [[1960]] [[Jack Lesmana]] hijrah ke [[Jakarta]]. Tinggal [[Bubi Chen|Bubi]] dan Maryono di [[Surabaya]]. Pada pertengahan [[1960|60-an]], Maryono akhirnya juga hijrah ke [[Jakarta]] dan pada tahun [[1966]] kembali bertemu [[Jack Lesmana]] dalam [[grup musik]] [[Indonesian All Stars]]. Anggota [[Indonesian All Stars]] adalah Jopie Chen ([[bas]]), [[Bubi Chen]] ([[piano]]), [[Jack Lesmana]] ([[gitar]]), [[Benny Mustapha]] ([[drum]]). Kemudian bersama [[Indonesian All Stars]] bertemu dengan [[Tony Scott (musisi)|Tonny Scott]], (pemain Klarinet asal [[Amerika Serikat]]) yang kebetulan pada waktu itu sering mondar-mandir ke [[Jakarta]]. Dari situlah Indonesian All Star mulai berlatih keras, dalam rangka keberangkatannya untuk tampil di [[Berlin]] Jazz Festival dan juga rencananya membuat album bersama [[Tony Scott (musisi)|Tonny Scott]] yang idenya seperti percampuran musik [[Jazz]] Timur dan Barat. Akhirnya pada tahun [[1967]] terciptalah album ''[[Djanger Bali (album)|Djanger Bali]]'', yang rekamannya dilakukan di [[Villingen-Schwenningen|Villingen]] [[Jerman]] di bawah label SABA Record. Pada waktu itu rekaman piringan hitam tersebut tidak beredar di [[Indonesia]], kemudian para kolektor mendapatkannya dari [[Amerika Serikat]].<ref>[http://dennysak.multiply.com/journal/item/462/Djanger_BaliAlbum_Jazz_Memintal_Kutub_Budaya_Barat_dan_Timur Maryono di Rumah Musik Denny Sakrie], Rumah Musik Denny Sakrie, diakses 19 April 2011</ref>
 
Pada tahun [[1970]], Maryono diajak bergabung oleh [[Mus Mualim]] bersama [[grup musik]] Indonesia VI, untuk tampil dalam ''"Expo 1970 di [[Osaka]], [[Jepang]]"'', bersama Sadikin Zuchra, [[Idris Sardi]], [[Benny Mustapha]], [[Tjok Sinsoe]], dan [[Mus Mualim]] sendiri. Pada tahun [[1972]], Maryono kembali lagi ke [[Surabaya]], dan mendirikan band Maryono and His Boys, dan di [[grup musik]] ini Maryono bertemu dengan [[Embong Rahardjo]]. Kelompok ini bermain di klub LCC dan Diamond Amusement Centre di [[Surabaya]]. Setelah berkiprah 13 tahun, Maryono and His Boys bubar. Maryono kemudian sempat menjadi bintang tamu pada kelompok band [[Srimulat]]. Kemudian pada sekitar awal tahun [[1980]] Maryono kembali lagi ke [[Jakarta]], dan mulai bergabung dengan Ireng Maulana All Stars.<ref name="bio" />