Konstantinopel: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 29:
Sementara itu, kaum [[Barbar]] menguasai Kekaisaran Romawi Barat: Kaisarnya lari ke [[Ravenna]], dan kerajaannya binasa. Setelah peristiwa ini, Konstantinopel benar-benar menjadi kota terbesar di Kekaisaran Romawi sekaligus di dunia. Kaisar-kaisar tidak lagi mondar-mandir dari satu ibu kota dan istana ke ibu kota dan istana lainnya. Mereka berdiam di istananya dalam kota besar itu, dan mengutus jenderal-jenderal untuk memimpin bala tentara mereka. Kemakmuran Mediterania Timur dan Asia Barat mengalir masuk ke Konstantinopel.
===527–565===
[[Image:Map of Constantinople (1422) by Florentine cartographer Cristoforo Buondelmonte.jpg|thumb|Peta Konstantinopel (1422) karya Kartografer asal Firenze [[Cristoforo Buondelmonti]]<ref>''Liber insularum Archipelagi'', [[Bibliothèque nationale de France]], Paris.</ref> adalah peta Konstantinopel tertua yang masih ada, dan satu-satunya peta yang berasal dari masa sebelum kota itu ditaklukkan bangsa Turki pada 1453]]
Kaisar [[Justinianus I]] (527–565) termasyur berkat kemenangan-kemenangannya dalam peperangan, reformasi-reformasi hukumnya, dan karya-karya pembangunannya. Dari Konstantinopellah armada ekspedisinya bertolak untuk merebut kembali bekas Keuskupan Afrika pada atau sekitar 21 Juni 533. Sebelum bertolak, kapal Komandan [[Belisarius]] berlabuh di depan istana kekaisaran, dan Patriark memimpin doa demi keberhasilan armada. Setelah memenangkan pertempuran pada 534, [[Bait Kedua|harta-benda Bait Allah Yerusalem]] yang dijarah pasukan Romawi pada [[Pengepungan Yerusalem (70)|70 Masehi]] dan yang kemudian dibawa ke [[Kartago]] oleh kaum [[Vandal]] setelah menjarah Roma pada 455, dibawa kembali ke Konstantinopel dan disimpan di sana selama beberapa waktu, mungkin saja di dalam [[Gereja St. Polyeuctus]], sebelum akhirnya dikembalikan kepada [[Yerusalem]] di [[Gereja Makam Kudus|Gereja Kebangkitan]] atau Gereja Baru.<ref>Margaret Barker, Times Literary Supplement 4 Mei 2007 hal. 26.</ref>
Lomba balap kereta sangat digemari di Roma selama berabad-abad. Di Konstantinopel, hippodromos makin lama makin meningkat reputasinya sebagai tempat berpolitik. Di sanalah (sebagai bayangan yang silam dari pemilihan umum di Roma lama) rakyat secara aklamasi menunjukkan persetujuan mereka atas seorang kaisar baru, dan di sana pula mereka terang-terangan mengkritik pemerintah, atau menyerukan penggantian menteri-menteri yang tidak disukai masyarakat. Pada masa pemerintahan Justinianus, ketertiban umum di Konstantinopel menjadi isu politik yang penting.
Selama periode akhir Romawi dan awal Bizantin, Agama Kristen menuntaskan permasalahan-permasalahan mendasar akan identitasnya, dan perselisihan antara kubu [[Ortodoks]] dan [[Monofisitisme|Monofisit]] menimbulkan kekacauan yang serius. Kekacauan ini diekspresikan melalui keikutsertaan dalam keanggotaan pendukung tim biru dan hijau pada balapan kereta. Para pendukung tim biru dan tim hijau konon<ref>Procopius' '' Secret History'': lihat P Neville-Ure, Justinian and his Age, 1951.</ref> memelihara kumis dan janggut, mencukur rambut di bagian depan dan memanjangkan rambut di bagian belakang kepala, mengenakan jubah berlengan lebar dan berikat pinggang; dan membentuk kelompok-kelompok yang meraung-raung dan melakukan kejahatan di jalanan pada malam hari. Pada akhirnya kekacauan-kekacauan ini memuncak pada sebuah pemberontakan besar pada 532, yang dikenal sebagai [[Kerusuhan Nika|kerusuhan "Nika"]] (dari pekik-perang "Kemenangan!" yang diteriakkan para pemberontak).
Kebakaran yang disulut para pemberontak Nika menghanguskan basilika St. Sophia yang dibangun Konstantinus, yakni gedung Gereja utama Konstantinopel, yang berdiri di utara Augustaeum. Justinianus menugaskan [[Anthemius dari Tralles]] dan [[Isidorus dari Miletus]] untuk menggantikannya dengan gedung Gereja [[Hagia Sophia|St. Sophia]] yang baru dan yang tiada duanya. Gedung ini adalah katedral agung Gereja Ortodoks, yang kubahnya konon bertahan di ketinggian atas kehendak Tuhan semata, dan yang terhubung langsung dengan istana sehingga keluarga kerajaan dapat pergi ke Gereja tanpa perlu melalui jalanan.<ref>St. Sophia dialihfungsikan menjadi mesjid setelah Konstantinopel ditaklukkan Utsmaniyah, dan kini berfungsi sebagai museum.</ref> Peresmiannya digelar pada 26 Desember 537 dan dihadiri kaisar, yang berseru, "Wahai [[Bait Salomo|Salomo]], aku telah menyaingimu!"<ref>Sumber kutipan: ''Scriptores originum Constantinopolitanarum'', ed T Preger I 105 (Lihat [[A. A. Vasiliev]], ''History of the Byzantine Empire'', 1952, jilid I hal. 188).</ref> Pengurusan St. Sophia ditangani oleh 600 orang termasuk 80 imam, dan menghabiskan biaya pembangunan sebesar 20.000 pon emas.<ref name="cost">T. Madden, ''Crusades: The Illustrated History'', 114.</ref>
[[Image:Walls of Constantinople.JPG|thumb|left|Bagian yang telah direstorasi dari benteng pertahanan yang melindungi Konstantinopel selama [[Abad Pertengahan]]]]
Justinianus juga menugaskan Anthemius dan Isidorus untuk meruntuhkan bangunan asli Gereja Para Rasul Kudus yang dibangun Konstantinus dan menggantikannya dengan sebuah gedung [[Gereja Para Rasul Kudus|gereja baru]] dengan nama yang sama. Gereja ini dirancang dalam bentuk salib sama-sisi dengan lima kubah, dan dihiasi mosaik-mosaik indah. Gereja ini terus menjadi tempat pemakaman para kaisar mulai dari Konstantinus sendiri sampai abad ke-11. Ketika Konstantinopel jatuh ke tangan Turki pada 1453, Gereja ini diruntuhkan untuk menyediakan tempat bagi makam [[Mehmet II|Mehmet II Sang Penakluk]]. Justinianus juga memperhatikan aspek-aspek lain dari lingkungan pembangunan kota. Dia menetapkan larangan mendirikan bangunan di tepi laut, dengan maksud untuk menjaga keindahan pemandangan.<ref>Justinian, ''Novellae'' 63 dan 165.</ref>
Selama masa pemerintahan Justinianus I, populasi Konstantinopel mencapai 500.000 jiwa.<ref>[http://www.tulane.edu/~august/H303/handouts/Population.htm Early Medieval and Byzantine Civilization: Constantine to Crusades], Dr. Kenneth W. Harl.</ref> Akan tetapi tingkat kepadatan populasi juga menurun akibat menyebarnya [[Wabah Justinianus]] antara 541–542 Masehi. Waba itu membunuh sekitar 40% warga kota.<ref>[http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/4381924.stm Past pandemics that ravaged Europe], [[BBC News]], November 7, 2005.</ref>
==Referensi==
|