Han Awal: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k kosmetik |
|||
Baris 18:
Han belakangan lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris yang menggeluti pemugaran bangunan-bangunan tua. Pada tahun 1988 ia terlibat proyek pemugaran Katedral Jakarta yang sudah mengalami kerusakan berat di berbagai bagian. Ia mengusulkan mengganti atap sirap gereja Katolik yang hampir berusia seabad itu dengan pelat tembaga yang tahan lama. Karya Han yang monumental di bidang pemugaran adalah Gedung Arsip Nasional, Jalan Gajah Mada 111, Jakarta. Bersama arsitek Belanda, Cor Passchier dan [[Budi Lim]], arsitek lulusan Inggris, ia terlibat pemugaran besar-besaran atas gedung yang dibangun pejabat VOC, Renier de Klerk, akhir abad ke-18 itu. Pemugaran dibiayai oleh berbagai pihak swasta di Belanda, sebagai hadiah ulang tahun emas Proklamasi Kemerdekaan RI, tahun 1995. "Bangunan tua harus diberi aura baru, sesuai dengan tuntutan zaman. Lampu harus dibuat lebih terang dari dulu, juga pengatur udara," kata Han yang sangat memperhatikan detail.
Dalam menggarap pemugaran bangunan tua, ia sering terkesima dengan aspek estetis dan budaya yang melekat pada bangunan itu. Untuk merekam semua itulah, Han mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur bersama sejumlah arsitek.
"Bangunan-bangunan tua umumnya tak lagi mempunyai gambar, baik gambar desain arsitektur maupun konstruksi. Jadi, untuk memugar, saya harus mengukur ulang. Saya sering terpaksa melakukan penggalian data sampai ke Belanda, KITLV di Leiden, Koninklijk Instituut voor de Tropen di Amsterdam, atau kepada teman-teman yang juga bekerja pada konservasi," ujarnya.
Han pun menjalin pertemanan dengan para arsitek Belanda, termasuk Cor Passchier. Kerja sama intensif baru terjadi setelah ia bertemu para arsitek Negeri Kincir itu di sebuah seminar tentang bangunan warisan sejarah di Indonesia yang digelar IAI tahun 1980-an.
"Sebagai pemugar bangunan tua, saya menemukan hal-hal tak terduga. Ternyata, tak semua bangunan tua bikinan Belanda itu baik. Banyak konstruksi yang diselewengkan dan kaidah arsitektur yang tak dilaksanakan dengan benar. Konstruksi jadi tambal sulam. Tapi, itu kan manusiawi dan bukan hal memalukan," papar Han.
== Penghargaan Profesor Teeuw ==
Han kini sedang sibuk menangani pemugaran Gedung Bank Indonesia, Jakarta Kota. Bekas gedung Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda yang berdiri sejak 1828. Setelah itu, ia berencana memugar bangunan Gereja Imanuel, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, dan sebuah rumah tua di Jalan Prapatan, Jakarta. Bangunan itu pada abad ke-19 adalah rumah seorang mayor China.
Pertengahan Agustus 2007, dalam sebuah acara di Erasmus Huis, Jakarta, dia menjadi salah satu dari tiga orang Indonesia yang dianugerahi penghargaan Profesor Teeuw. Penghargaan yang menggunakan nama Profesor AA Teeuw, guru besar kajian budaya Indonesia di Universitas Leiden, Belanda, itu diberikan dua tahun sekali sejak 1992 kepada warga Indonesia atau Belanda yang dinilai berjasa meningkatkan hubungan kebudayaan kedua negara.
== Catatan Kaki ==
|