Hans Teeuw: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cocondolo (bicara | kontrib)
Cocondolo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
Profesor Teeuw Foundation diluncurkan pada tahun 1991 sebagai warisan Program Studi Profesor Teeuw di Indonesia.<ref name="ref1"> http://www.kitlv.nl/pdf_documents/Call_for_nominations_Prof__Teeuw_Award_2011.pdf</ref> Program ini memainkan peran penting dalam kerjasama peneliti Indonesia dan Belanda di bidang Studi Bahasa Indonesia dari tahun 1975 sampai tahun 1991. Inisiator dari Profesor Teeuw Yayasan bertujuan menghormati Profesor Teeuw atas karyanya.<ref name="ref1"/>
 
Setiap dua tahun sekali, seorang pemenang Indonesia atau Belanda, atau orang yang tinggal di Indonesia atau Belanda,pada gilirannya akan menerima Penghargaan Profesor Teeuw, atas kontribusinya-nya terhadap hubungan budaya Indonesia-Belanda dalam arti lebih luas. Penghargaan ini bisa di bidang sastra, musik, tari, arsitektur, sejarah, lingkungan, hukum dll. Penghargaan ini diberikan sebagai hadiah bagi pemenang untuk karyanya di bidang hubungan budaya Indonesia-Belanda dan sebagai rangsangan untuk melanjutkan pekerjaan tersebut.<ref name="ref1"/>
 
== Peraih Profesor Teeuw Award ==
Baris 11:
Pada tahun 2000, antropolog dan wartawan Indonesia Mulyawan Karim memenangkan Award, yang kemudian diberikan sebagai hibah perjalanan yang digunakan Mulyawan untuk melakukan penelitian di Belanda. Pada tahun 2002, F.X. Suhardi Djojoprasetyo meraih penghargaan sebagai pengakuan atas kegiatannya sebagai guru di bidang tari dan gamelan Jawa, yang telah ia lakukan di Belanda sejak tahun 1975.<ref name="ref1"/>
 
Pada tahun 2004, Profesor Teeuw Foundation memberikan penghargaan kepada [[Ajip Rosidi]], yang selama lebih dari 40 tahun, telah memberikan kontribusi yang berharga bagi studi, publikasi, dokumentasi, dan promosi sastra Indonesia dengan cara yang lebih luas. Ia sangat dihormati di dunia internasional, baik oleh bangsa Barat maupun bangsa Timur termasuk Jepang). Jika memungkinkan, ia juga mencari, mempraktekkan dan mempromosikan kegiatannya dengan bekerjasama dengan Belanda dan lembaga-lembaga mereka.<ref name="ref1"/>
 
Pada tahun 2007, Profesor Teeuw Award digelar di dua tempat, Belanda maupun dan Indonesia. Kali ini penghargaan diberikan kepada pemenang yang telah memberi kontribusi pada hubungan budaya Indonesia-Belanda di bidang arsitektur dan studi arsitektur. Di Belanda, Profesor Teeuw Award 2007 diberikan kepada dua pemenang yakni arsitek Cor Passchier, dan sejarawan dan antropolog Freek Colombijn. Di Indonesia, tiga pemenang yang terpilih untuk menerima penghargaan adalah [[Han Awal]], Wastu Pragantha Zhong dan Soedarmadji JH Damais.<ref name="ref1"/>