Monumen Nasional: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bayurimbiasmoro (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 47:
| references =
}}
 
'''Monumen Nasional''' atau yang populer disingkat dengan '''Monas''' atau '''Tugu Monas''' adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat [[Indonesia]] untuk merebut [[kemerdekaan]] dari pemerintahan kolonial [[Hindia Belanda]]. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal [[17 Agustus]] [[1961]] di bawah perintah presiden [[Sukarno]], dan dibuka untuk umum pada tanggal [[12 Juli]] [[1975]]. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran [[emas]] yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan [[Medan Merdeka]], [[Jakarta Pusat]]. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 Waktu Indonesia Barat. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.
 
== Sejarah ==
 
Setelah pusat pemerintahan [[Indonesia|Republik Indonesia]] kembali ke [[Jakarta]] setelah sebelumnya berkedudukan di [[Yogyakarta]] pada tahun [[1950]] menyusul pengakuan kedaulatan [[Indonesia|Republik Indonesia]] oleh pemerintah Belanda pada tahun [[1949]], Presiden Sukarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan [[Menara Eiffel]] di lapangan tepat di depan [[Istana Merdeka]]. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa [[Indonesia]] pada masa revolusi kemerdekaan [[1945]], agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
 
Baris 56 ⟶ 58:
 
== Pembangunan ==
 
[[Berkas:Sukarno Inspect Monas Construction.JPG|120px|thumb|left|Sukarno menginspeksi pembangunan Monas. Foto ini dibuat sekitar tahun 1963-1964.]]
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun [[1961]]/[[1962]] - [[1964]]/[[1965]] dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1961]] dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan [[Maret]] [[1962]]. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan [[Oktober]]. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan [[Agustus]] [[1963]]. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun [[1966]] hingga [[1968]] akibat terjadinya [[Gerakan 30 September|Gerakan 30 September 1965]] ([[Gerakan 30 September|G-30-S/PKI]]) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun [[1969]]-[[1976]] dengan menambahkan [[diorama]] pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal [[12 Juli]] [[1975]] oleh [[Presiden Republik Indonesia]] [[Soeharto]].<ref name="NATMONOFF1223">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 12-23</ref><ref name="JAKGOVWEBSITE">Jakarta Administration website</ref> Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama [[Medan Merdeka]]. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu ''Lapangan Gambir'', ''Lapangan Ikada'', ''Lapangan Merdeka'', ''Lapangan Monas'', dan ''Taman Monas''. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
 
== Rancang Bangun Monumen ==
 
Rancang bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; [[Lingga (arca)|Lingga]] dan [[Yoni]]. Tugu [[obelisk]] yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta melambangkan malam hari.<ref>Monument Nasional brochure; Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Unit Pengelola Monumen Nasional</ref> Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia. Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "[[alu]]" dan "[[Lesung]]", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter obelisk di atas landasan persegi setinggi The 17 meter, pelataran cawan. Monumen ini dilapisi dengan [[marmer]] [[Italia]].
 
Baris 65 ⟶ 69:
 
== Relief Sejarah Indonesia ==
 
[[Berkas:Relief of Indonesian History, Monas.JPG|thumb|right|Relief timbul sejarah Indonesia menampilkan [[Gajah Mada]] dan sejarah [[Majapahit]]]]
Pada halaman luar mengelilingi monumen, pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan [[sejarah Indonesia]]. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara di masa lampau; menampilkan sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, [[Sumpah Pemuda]], Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.
Baris 70 ⟶ 75:
 
== Museum Sejarah Nasional ==
 
[[Berkas:Diorama 02.JPG|thumb|right|Pelajar memperhatikan diorama sejarah Indonesia]]
Di bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 [[diorama]] pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti [[Sriwijaya]] dan [[Majapahit]], disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru di masa pemerintahan Suharto.
 
== Ruang Kemerdekaan ==
 
[[Berkas:Independence_Room.JPG|thumb|right|Ruang kemerdekaan]]
Di bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater. Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya naskah asli [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]] berlapis emas, dan bendera merah putih, dan dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.<ref name="HEUKEN25"/><ref name="NATMONOFF2428">National monument Office, Jakarta (1996) pp. 24-28</ref>. Di dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama ''Gerbang Kemerdekaan'' yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan lagu "'''[[Padamu Negeri]]'''" diikuti kemudian oleh rekaman suara [[Sukarno]] tengah membacakan naskah proklamasi pada [[17 Agustus]] [[1945]]. Pada sisi selatan terdapat patung [[Garuda Pancasila]], lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka [[Merah Putih]], yang aslinya dikibarkan pada tanggal [[17 Agustus]] [[1945]]. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara diding marmer hitam ini menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi '''[[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]]'''.
 
== Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan ==
 
[[Berkas:Monas Peak Platform.JPG|thumb|right|Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat menikmati panorama Jakarta dari ketinggian]]
Sebuah [[elevator]] (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota [[Jakarta]]. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.