Marpaung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rintojiang (bicara | kontrib)
rapikan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
'''Marpaung''' merupakan salah satu marga suku Batak.
 
Di pedalaman Batak pada tahun 1450-1500 M, Islam menjadi agama resmi orang-orang Batak Toba, khususnya dari kelompok marga Marpaung yang bermukim di aliran sungai Asahan '''(bukan pedalaman tano batak)'''. Demikian juga halnya dengan Batak Simalungun yang bermukim di Kisaran, Tinjauan, Perdagangan, Bandar, Tanjung Kasau, Bedagai, Bangun Purba dan Sungai Karang.{{tidak memenuhi kriteria kelayakan|d=21|m=01|y=2010|i=14|ket=|kat=Y}}
 
Antara tahun 1450-1818 M, kelompok marga Marpaung menjadi supplaier utama komoditas garam ke Tanah Batak di pantai timur. Mesjid pribumi pertama didirikan oleh penduduk setempat di pedalaman Tanah Batak; Porsea, lebih kurang 400 tahun sebelum mesjid pertama berdiri di Mandailing. Menyusul setelah itu didirikan juga mesjid di sepanjang sungai Asahan antara Porsea dan Tanjung Balai. Setiap beberapa kilometer sebagai tempat persinggahan bagi musafir-musafir Batak yang ingin menunaikan sholat. Mesjid-mesjid itu berkembang, selain sebagai termpat ibadah, juga menjadi tempat transaksi komoditas perdagangan.{{tidak diberi sumber|d=21|m=01|y=2010|i=7|ket=|kat=Y}}
{{#if:||[[Kategori:Gambar tanpa informasi lisensi|{{PAGENAME}}]]}}
 
Salah satu tokoh Marpaung yakni Mansur Marpaung atau yang dikenal dengan nama "Tuan Lobe" dari Porsea menjadi Sultan di Kesultanan Asahan pada tahun 1820. Kesultanan ini telah lama keropos dan menjadi turunan Kesultanan Aceh. Pada era kerusuhan di Sumatera Timur (1947), Kesultanan ini akhirnya ambruk.{{hapus:kelayakan}}
'''TULISAN DIATAS SALAH BESAR TANPA ADA KEBENARAN YANG BENAR HANYA MARPAUNG MEMANG SALAH SATU MARGA DARI SUKU BATAK'''
 
== Referensi ==