Melayu-Bugis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mengembalikan ke revisi sebelum revisi 4531173 bertanggal 2011-07-07 15:02:37 oleh 125.162.60.219 menggunakan popups |
|||
Baris 14:
Tidak dapat diketahui pasti kapan orang Melayu Pattani dan Minangkabau mulai bermukim di Makassar. Beberapa sumber lokal menyatakan bahwa kedatangan orang Pattani dan Minangkabau tak lama setelah kejatuhan Malaka ketangan Portugis pada tahun 1511. Kehadiran Portugis di Malaka menyebabkan kepentingan orang Johor, Pattani, dan Minangkabau menjadi terganggu.
Datuk Leang Abdul Kadir dan Tuan Fatimah dikenal sebagai cikal bakal keluarga Melayu asal Pattani. Sedangkan Datuk Makotta dan Tuan Sitti merupakan cikal bakal keluarga Minangkabau. Di Makassar terjadi perkawinan antara orang Pattani dengan Minngkabau, yang ditandai dengan perkawinan Tuan Aminah, putri Leang Abdul Kadir dengan Tuan Rajja, putra Datuk Makotta. Perkawinan ini biasa diberi gelar ''incek''. Kemudian terjadi pula perkawinan antara orang Melayu dengan orang Bajau, yang diberi gelar ''kare''. Perkawinan antara ''kare'' dan ''incek'', melahirkan generasi masyarakat Melayu-Bugis yang dikenal dengan sebutan ''tubaji'' (bahasa Makassar) dan ''tudeceng'' (bahasa Bugis). Sepanjang kurang lebih 150 tahun telah terjadi perkawinan campuran di antara para bangsawan Bugis-Makassar dengan orang-orang Melayu. Keturunannya tidak lagi menyebut diri sebagai orang Melayu, melainkan menyebut diri mereka juga sebagai orang Bugis atau orang Makassar namun bukan berarti bahwa Suku Bugis berasal dari percampuran antara 'kare' dan 'incek' karena jauh sebelum mereka datang bahasa Bugis telah dipergunakan.
== Kembali ke Tanah Melayu ==
|