Pragaan, Sumenep: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Raziq hasan (bicara | kontrib)
Raziq hasan (bicara | kontrib)
Baris 37:
Prenduan merupakan desa yang paling pesat perkembangannya dan paling banyak penduduknya di kecamatan Pragaan. Jumlah penduduk sekitar 2000 jiwa. Hampir seluruh penduduk merupakan kerabat. Satu sama lain memiliki hubungan kekeluargaan. Hal ini terjadi karena banyakna perkawinan anrtar keluarga. Banyak diantaranya yang tidak tahu lagi bagaimana sebutannya. Pernikahan berlangsung antar saudara misalnya ponakan dengan paman, antara saudara sepupu dan sebagainya. Penduduk pendatang berdasarkan silsilah pada umumnya dari daerah Jawa Timur di bagian Utara mulai dari Pasuruan, Jember, Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi. Beberapa juga dari Makasar dan dari keturunan Cina dari Pamekasan dan Jawa. Keturunan Cina banyak yang berhasil menjadi saudagar.
 
===Kegiatan Ekonomi===
Perdagangan di sepanjang jalan utama berpusat di sekitar pasar Prenduan yang sejak tahun 1972 sudah dipindahkan ke bagian Barat Desa. Namun hingga kini kegiatan perdagangan di bekas lokasi pasar lama masih berlangsung dengan intensitas kesibukan yang masih padat.
Selain sebagai daerah perdagangan desa ini juga sangat dikenal sebagai desa santri. Sejak terjadinya kerusuhan anti Cina pada tahun 1920-an. Penduduk etnis Cina yang sebetulnya telah banyak berkontribusi terhadap majunya perdagangan di desa ini diusir dari desa. Sejak itu pula penduduk desa 100% terdiri dari penduduk pribumi dan seluruhnya beragama Islam.
 
=Kegiatan Pendidikan=
Pendidikan keagamaan di desa ini sangat kuat. Tokoh penting dalam penyebaran dan pendidikan ke Islaman tidak terlepas dari peran seorang saudagar yang kaya raya pada jamannya yaitu Kiyai Gema. Selanjutnya melalui keturunannya berkembang pondok pesantren yang sangat besar pengaruhnya dalam kemajuan pendidikan agama Islam adalah Pondok Pesantren AL-Amin yang didirikan oleh Kiyai Jauhari dan selanjutnya diserahkan kepada putera-puterinya. Pondok pesantren putera Al-Amin dipimpin oleh Kiyai Ahmad Tijani (alm) yang menempuh pendidikan agama di Saudi Arabia dan sempat lama tinggal disana sebagai pejabat di Sekjen Rabitah Alam Islamie. Pimpinan harian lebih banyak dikelola oleh adiknya yaitu Kiyai Idries Jauhari. Pada sekitar tahun 1989-an adiknya Kiyai Mahtum yang sebelumnya menempuh pendidikan di saudi arabia dan sempat bermukim cukup lama disana pulang dan memimpin pondok pesantren puteri al-Amin.