Suriname: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 63:
Selama Suriname berada di bawah kekuasaan Inggris, situasi [[ekonomi]] Suriname mengalami kemunduran. Penyebab utama adalah pelarangan perdagangan budak, sementara kebun - kebun masih sangat memerlukan tenaga buruh untuk dikelola. Selanjutnya melalui perjanjian [[London]] pada tanggal [[13 Agustus]] [[1814]] dan di[[ratifikasi]] dalam perjanjian [[Wina]], Suriname dikembalikan lagi kepada pihak Belanda. Pemerintahan Suriname dipimpin langsung oleh seorang [[gubernur]] dengan didampingi oleh sebuah dewan ke[[polisi]]an yang bertugas sebagai penasihat gubernur.
 
Dengan dihapusnya perbudakan pada tanggal [[1 Juli]] [[1863]], kehidupan ekonomi semakin tidak menentu. Pada tahun [[1870]], pemerintah Belanda menandatangani sebuah perjanjian dengan Inggris untuk mendatangkan [[imigran]] asing ke Suriname. Perjanjian ini di[[implementasi]]kan secara resmi pada tahun [[1873]] sampai [[19141917]], di mana rombongan imigran Hindustan pertama dari [[India]] didatangkan. Kedatangan rombongan berikutnya adalah para imigran dari [[Jawa]] pada tahun [[1890 - 1939]].
 
Seiring dengan ditempatkannya para imigran di sektor perkebunan, Suriname mengalami kemajuan pula dalam beberapa bidang lainnya. [Telekomunikasi]], pembuatan [[jalan raya]] dan pembukaan jalur hubungan [[laut]] langsung antara Suriname dan Belanda merupakan contoh.
Baris 71:
Tuntutan ini ditanggapi secara serius dengan diadakannya sebuah konferensi di Belanda pada tahun [[1970]]. Konferensi ini diadakan untuk membicarakan persiapan pelepasan Suriname sekaligus menyusun kabinet yang terdiri dari wakil-wakil partai. Suriname selanjutnya menjadi [[negara merdeka]] sejak tanggal [[25 November]] [[1975]]. Walaupun demikian, perekonomian negara yang baru merdeka ini tetap sangat tergantung pada bantuan pembangunan Belanda.
 
Pada tanggal [[25 Februari]] [[1980]], lima tahun setelah kemerdekaannya, Suriname diguncang oleh kudeta yang dilancarkan pihak militer. Peristiwa kudeta ini telah mengakibatkan jatuhnya Pemerintah Demokrasi Parlementer pertama sejak kemerdekaan Suriname. SituasiSetelah menjadiRezim semakinMiliter panasBerkuasa , maka timbul gerakan -gerakan kontra -revolusi yag bertujuan untuk mengembalikan demokrasi di Suriname dengan tampilnyakudeta. penduduktetapi sukubeberapa Bushnegrousaha kudeta itu gagal untuk menggulingkan rezim militer Bouterse. kudeta tersebut antara : Kudeta oleh Sersan Fred Ormskerk pada 30 Maret 1980, kudeta oleh Sersan Wilfred Hawker pada 15 March 1981. dan Amerindianterakhir oleh Letnan Surendre Rambocus dan Sersan Djiewansingh Sheombar yang tinggaldibantu dikelompok daerah-daerahsaaayap pedalamankanan, sebagaikaum penentangBuruh, utamadan kekuasaanpolitisi militer.Hindustani Sekitar& 35Jawa tetapi kudeta inipun gagal.000 Sebagai reaksi terhadap [[pendudukpemberontakan]] Bushnegrotersebut, danpada 6500tanggal Amerindian[[8 telahDesember]] menjadi[[1982]] pelakupihak utamamiliter pemberontakanmelakukan penembakan terhadap penguasa15 militertokoh oposisi [[demonstran]].Peristiwa ini telah mengakibatkan dihentikannya bantuan pembangunan Belanda kepada Suriname, yang berdampak semakin buruknya kondisi perekonomian Suriname.
Namun hal ini tidak membuat upaya menggulingkan rezim militer berhenti, justru ini memicu muncul perlawanan yang lain dan kali datang dari Etnis Bushnegro dan Amerindian di Pedalaman Suriname.
mereka tampil sebagai penentang utama kekuasaan militer. Sekitar 35.000 [[penduduk]] Bushnegro dan 6500 Amerindian telah menjadi pelaku utama pemberontakan terhadap penguasa militer.
 
Kelompok-kelompok militan dari kedua golongan itu adalah kelompok [[Mandela]] ([[Bushnegro]]) di bawah pimpinan mantan anggota militer [[Ronny Bruswijk]] dan kelompok [[Tukayana Amazones]] ([[Amerindian]]). Sebagaidibawah reaksipimpinan terhadapAlex [[pemberontakan]]Jubitana tersebut,dan padaThomas tanggal [[8 Desember]] [[1982]] pihak militer melakukan penembakan terhadap 15 tokoh [[demonstran]]Sabajo.
 
Peristiwa ini telah mengakibatkan dihentikannya bantuan pembangunan Belanda kepada Suriname, yang berdampak semakin buruknya kondisi perekonomian Suriname. Puncak dari konflik bersenjata tersebut terjadi pada tahun 1986, yaitu ketika Pihak Militer terpaksa harus berhadapan dengan pemberontak Bushnegro yang telah bersatu dan menamakan dirinya Jungle Commando.dan satu peleton Tentara yang gagl menangkap Ronnie Brunswijk kemudian melakukan pembantaian terhadap 35 orang Bushnegro di Desa Moiwana(Moiwana Massacre) Sementara itu, dalam tahun yang sama kelompok Amerindian juga meningkatkan aksi pemberontakannya. Kemelut ini telah mengakibatkan sekitar 7000 orang Bushnegro melarikan diri ke Cayenne (Guyana Perancis) dan meminta suaka politik kepada pemerintah setempat.
 
Pemerintah militer diakhiri dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum pada bulan November 1987, yang telah mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada golongan sipil. Namun demikian, pemerintahan hasil pemilu ini tidak berjalan lama. Pada bulan Desember 1990, pihak militer kembali melancarkan kudeta tidak berdarah yang dikenal dengan sebutan Kudeta Telepon. Akibatnya pemerintah yang demokratis kembali lumpuh. Pihak militer kemudian membentuk Pemerintah Sementara yang salah satu tugasnya adalah mempersiapkan Pemilihan Umum yang demokratis.