Ilyas Karim: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{paragraf pembuka}}
'''Ilyas Karim''', adalah seseorang yang merupakan salah satu [[pahlawan]] [[Indonesia]].lahir di [[Padang]], [[Sumbar]] pada tahun 1927. Ia merupakan salah satu dari///////
== Kehidupan ==
'''Ilyas Karim''',Lahir di [[Padang]], [[Sumbar]] pada tahun 1927, dia sekeluarga baru menetap di [[Jakarta]] pada 1936. Ayahnya dulu seorang [[camat]] di [[Matraman]]. Di zaman penjajahan [[Jepang]], ayahnya dibawa ke [[Tegal]] dan dieksekusi tentara Jepang. Sejak saat itu, Ilyas menjadi yatim
Ilyas menceritakan pengalamannya sebagai pengibar bendera Merah Putih pertama di republik ini.<ref name="apa">[http://www.contoh.org Teks pranala], referensi?</ref> Waktu itu, Ilyas adalah seorang murid di Asrama Pemuda Islam (API) yang bermarkas di [[Menteng]] Jakarta Pusat. Malam hari sebelum dibacakan proklamasi kemerdekaan RI, Ilyas beserta 50-an teman dari API diundang ke rumah Soekarno di Pegangsaan Timur No. 56.
Saat berkumpul di rumah Soekarno itulah [[Sudanco]] ([[Komandan Peleton]]) Latief menunjuknya untuk menjadi pengibar bendera di acara proklamasi kemerdekaan keesokan harinya.<ref name="apa" /> Satu orang pengibar yang lain yang ditunjuk adalah Sudanco Singgih, seorang tentara [[PETA]].<ref name="apa" /> "Saya ditunjuk karena paling muda. Umur saya waktu itu 18 tahun," kata Ilyas.
Setelah pengibaran Sang Saka Merah Putih itu, Ilyas kemudian menjadi tentara. Pada 1948, Ilyas dan sejumlah pemuda di Jakarta diundang ke [[Bandung]] oleh [[Mr Kasman Singodimejo]]. Di Bandung, dibentuk [[Tentara Keamanan Rakyat]] ([[TKR]]). Kesatuan tentara ini kemudian ini nama [[Siliwangi]]. Nama Siliwangi merupakan usul dari Ilyas.<ref name="apa" />
Sebagai tentara, Ilyas pernah diterjunkan di sejumlah medan pertempuran di berbagai daerah, termasuk ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di [[Libanon]] dan [[Vietnam]]. Pada 1979, Ilyas pensiun dengan pangkat [[letnan kolonel]]. Kehidupannya mulai suram, karena dua tahun kemudian dia diusir dari tempat tinggalnya di asrama tentara Siliwangi, di [[Lapangan Banteng]], Jakpus. Sejak saat itu hingga saat ini dia tinggal di pinggir rel KA. (ded kurai)
|